*http://www.pdpersi.co.id/?show=detailnews&kode=968&tbl=artikel*
*Mau Coba Home Schooling? Asyiknya Belajar di Rumah! Senin, 9 Apr 2007 11:07:41* *Pdpersi, Jakarta *- Kemarin, mestinya hari libur bagi anak-anak seusia Muhammad Zaki Anwar, 11. Tanggal merah, sekolah diliburkan, maka tak ada kegiatan belajar. Namun, pagi-pagi sekali, Zaki sudah bangun, bersiap belajar. Bukan ke sekolah, karena Zaki memang tak terdaftar di institusi pendidikan formal manapun. Namun, jika biasanya Zaki memulai kegiatan belajarnya setelah makan siang, sendirian, di ruang tengah rumahnya di kawasan Tanjung Barat Jakarta Selatan, pagi itu kegiatan belajarnya terbilang istimewa. Bukan cuma istimewa karena ia akan bertemu dengan teman-teman peserta home schooling lainya. Tapi, juga karena materi pelajaran yang akan mereka geluti hari itu adalah memasak coklat! Namun, bukan cuma cara melelehkan dan menghidangkan coklat yang akan mereka pelajari nanti. Ketika kompor dinyalakan, mereka akan membahasnya dalam bahasa Inggris, pun ketika adonan mesti ditimbang, di situ matematika harus dipraktekkan. Sampai akhirnya ketika kue coklat akhirnya terhidang, giliran pelajaran budi pekerti dan agama yang mesti dilaksanakan. Belajar berbagi dan berdoa sebelum makan Telah lebih dari setahun, Zaki meninggalkan bangku sekolahnya. Maka ia pun terbebas dari rangkaian PR hingga tumpukkan buku paket yang mesti dibawanya setiap hari ke sekolah. Zaki bisa memilih kapan ia ingin belajar, begitu juga waktu belajarnya. Zaki memilih belajar setelah shalat dzuhur selama dua jam. "Dua jam itu belajar dari buku dan jadwal yang diberikan Ibu, tapi aku juga kliping koran sesuai yang aku suka. Kalau aku ingin belajar tentang listrik, berarti aku juga cari buku tentang listrik, membaca terus merangkumnya," ujar Zaki. Dhanang Sasongko Sekretaris Jenderal Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif (Asah Pena) mengungkapkan, home schooling mulai populer di negeri ini sejak dua tahun lalu. Kini, tak kurang 1.200 anak keluar dari sistem pendidikan formal dan memilih belajar di rumah. Separuhnya, benar-benar bebas dari sistem formal, hingga disebut masuk dalam sistem informal. Indikator utamanya, mereka benar-benar belajar mandiri dibimbing orang tua, tak mengikuti ujian persamaan Paket A untuk SD, Paket B untuk SMP dan Paket C untuk SMA. Sementara, tak kurang 600 anak lainnya masuk dalam sistem non formal. Belajar di rumah, tapi berorientasi untuk mendapat izasah setara dengan teman-temannya di kelas formal. Sebagian besar peserta home schooling jenis ini juga bergabung dalam komunitas home schooling yang kini marak berdiri. Selain kurikulum yang telah rinci, modul belajar yang detil serta sistem evaluasi yang terencana, peserta home schooling yang telah tergabung dalam komunitas juga mendapat kunjungan teratur dari guru. Guna mendapatkan layanan jenis ini, komunitas home schooling Kak Seto milik Seto Mulyadi, penggagas home schooling yang juga ketua Asah Pena, mematok dana Rp 350 ribu hingga Rp 450 ribu per bulan. Sementara, komunitas home schooling Langkahku binaan Shelomita, penyanyi yang juga psikolog mematok dana Rp 350 ribu. Berbeda dengan Kak Seto yang menyasar anak SD hingga SMA, Shelomita lebih berkonsentrasi pada anak pra sekolah. "Ada banyak komunitas yang bisa jadi alternatif, karena idealnya home schooling juga adalah alternatif yang bisa dipilih jika anak memang menginginkannya. Ada juga yang lebih murah, jika orang tuanya rajin mencari sendiri. Karena hakikatnya, mendidik anak adalah bagian dari kewajiban orang tua," ujar Yanti, ibunda Zaki yang juga tengah memperjuangkan sistem home schooling generik bebas biaya. Mestinya, kata Yanti, pemerintah juga mendukung penuh upaya itu. Karena, sistem home schooling sebagai alternatif, mestinya tak cuma bisa jadi pilihan bagi keluarga berpunya, tapi juga mereka yang berada di garis marjinal. Sehingga nantinya, home schooling bukan cuma membebaskan dari sistem yang kaku, namun juga dari biaya pendidikan yang mencekik. *(ztn) * -- ------------------------- rusle http://noertika.wordpress.com http://noertika.wordpress.com/2007/06/27/percuma-punya-sistem-bagus-kalo-pelaksananya-geblek/ http://noertika.wordpress.com/2007/06/23/terima-kasih/