Sorry Dg. Marowa kubawa-bawaki namata soal *situs porno*... Hehehe... Biar lebih *marowa*ki... :-D
Cocokmi, saya setuju bahwa yang mau *narsis*, silakan, yg tidak mau tidak usah dipaksakan... Blog, juga blognya orang sendiri-sendiri koq?... Nangurai sikang?... : 1. So called *Narsis* itu sudah ada sebagai bawaan sejak lahir. (S. Freud) 2. Tdk ada definisi yg fixed tentang apa anjo nikanayya *narsis*. Selama ini sifatnya hanya *pelabelan* (cendrung berupa *vonis*) Khususnya jika digunakan oleh seseorang/kelompok terhadap orang/kelompok lain. Apalagi penggunanya/pelabel tersebut BUKAN berasal dari kalangan Pisskolog... Pissss men :-D 3. Kutanyaki di milis yg isinya para Pisskolog, apa depinisi fixed *narsis* itu, eh... tenapa na nia anjo anjawabki. Tabe Lompo KutuKata http://kutukata.blogspot.com <http://kutukata.blogspot.com> --- In blogger_makassar@yahoogroups.com, "DM" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Kekekekekeke....... > Keramaian di sebelah, menjalar masuk ke kamarku. (Sepertinya loh. CMIIW) > > Boleh ikut nimbrung gak? > Tapi maaf-maaf, ini dari sisi premanG. > Narsis......, why not? > Pan kata2 narsis sendiri belum tentu semua orang sama interpretasinya. > Saya mungkin punya definisi sendiri tentang narsis. > Nampakkan bila itu sisi positifnya lebih besar. Kenapa tidak? Asal jangan itu membuat diri tinggi hati. (Masalah tinggi hati, masalah jiwa, dan yg paling tau, adalah yg bersangkutan) > > Ada istilah saya yg diambil dari salah satu judul lagu Bon Jovi, "keep the faith" > Kalo yakin, silakan dijalankan, semisal anjing menggonggong sekalipun. Iyah, kalo "yakin" loh. > Lalu keyakinan itu dari mana? Dari pujian orang? Jumlah banner yang nempel di blognya? (Hehehehe, bukan sinis loh, mentang2 gak punya banner piala virtual) > Keyakinan, kembali lagi kepada hati. Lalu ada yg bisa mengetahui hati orang lain? Gak ada. Yang ada, paling "nebak" > "Keep the faith", tentu harus sudah dilengkapi dengan penopang utama, tanggung jawab. > Lah..., tanggung jawab ke siapa? > Ke Tuhan? Masyarakat sekeliling? > Jawabannya "iyah". Tp ingat, ada yg lebih utama, "tanggungjawab ke diri sendiri". Sudah bisa gak dipertanggungjawabkan pada diri sendiri? Disitulah jawabannya. > > Kesimpulan saya, narsis artinya "keep the faith". "Enjoy aja!", tp tanggungjawab ke diri sendiri, bisa gak? Kalo ke org lain mah, bisa aja pura2 tidak tau. Dst...dst.... > > Jadi boleh narsis? Yah bolehlah...... > Ntar mengarah ke tinggi hati bin takabbur, gimana dong? Pertanyaan balik, berani gak mempertanggungjawabkan pada kata hatimu sendiri? Sekali lagi 'beranikah?", bukan nekad loh. > > Oooiiii...., aq ngomong apa sih? > Yang mau narsis, silakan! Yg gak mau, gak usah dipaksakan. > Dan kata kunci, "tanggungjawab pada diri sendiri" > > Piiiiiiissssss, > DM > http://catatanku.com > http://selayar.blogspot.com > Sent from my BlackBerry® wireless device >