Hmm..mudah-mudahan investor yang lain tidak berpikiran serupa..

ATG

---------- Forwarded message ----------
From: anantö/ <[EMAIL PROTECTED]>
Date: Mon, Jul 7, 2008 at 11:14 AM
Subject: [CikarangBaru] Investor Jepang Ancam Hengkang
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED],
[EMAIL PROTECTED]


   http://cetak.fajar.co.id/news.php?newsid=69761

Investor Jepang Ancam Hengkang
Merugi Rp48 M Akibat Pemadaman Bergilir

JAKARTA – Krisis listrik yang melanda Indonesia dalam beberapa waktu
terakhir, tidak hanya merisaukan masyarakat dalam negeri.Investor asing yang
menanamkan investasinya jutaan dolar AS di tanah air, juga mulai resah.
Investor Jepang malah sudah berancang-ancang mengalihkan investasinya ke
Tiongkok.

Rencana dan niatan investor asing untuk hengkang tersebut membuat pemerintah
jadi kelimpungan. Maklum, jika satu investor asing saja berhenti beroperasi
di tanah air, seperti saat salah satu produsen alat dan perlengkapan sport
merelokasi pabriknya ke Vietnam beberapa tahun lalu, dipastikan akan
mendongkrak angka pengangguran.

Ancaman penutupan bisnis para investor Jepang yang tergabung dalam Jakarta
Japan Club (JJC), itu terungkap dalam surat keluhan sekaligus protes kepada
Kamar Dagang dan Industri (Kadin) atas pemadaman listrik yang kerap terjadi
yang dikirimkan Kamis, 3 Juli 2008.

Dalam suratnya itu, terungkap bahwa anggota JJC sudah mempersiapkan
pengalihan sejumlah investasinya ke Tiongkok.

Surat keluhan senada juga diikirimkan Duta Besar Jepang untuk Indonesia.
"Suratnya kami terima 3 Juli lalu," ungkap Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri (Kadin) MS Hidayat, Minggu, 6 Juli 2008.

Ketua Asosiasi Industri Perlampuan dan Listrik Indonesia, John Manoppo
menambahkan, dalam kurun waktu dua bulan terakhir (Mei-Juni, red) tidak
kurang dari 400 perusahaan Jepang di Indonesia merugi lebih dari Rp48 miliar
akibat krisis listrik. "Makanya mereka mengancam akan merelokasi bisnisnya
ke Tiongkok bila kondisi tersebut tidak segera ditangani," sebut John
Manoppo.

Dari perusahaan sebanyak itu, sebagian besar di antaranya bergerak di sektor
industri makanan, minuman, perlampuan listrik, dan pertekstilan. Salah
satunya PT Panasonic Lighting Indonesia di Pasuruan yang merugi Rp4 miliar
karena kehilangan pasokan listrik selama delapan (8) jam sehari.

Kerugian yang tidak sedikit itu berasal dari kesulitan memenuhi order ekspor
akibat jam kerja yang menurun drastis. "Mereka bilang, lebih baik memilih
Tiongkok yang pasokan listriknya lancar plus infrastrukturnya bagus," ungkap
John Manoppo.

Mendapat ancaman serius dari JJC itu, pemerintah melalui Wakil Presiden HM
Jusuf Kalla, meminta agar investor Jepang bersabar menunggu pasokan listrik
dari pembangkit listrik proyek-proyek 10.000 MW pada Juni 2009.

"Sabar dulu. Ini lagi diatur agar krisis listrik selesai tahun depan. Ini
bukan omong kosong, karena Juni 2009 sudah masuk 1.000 MW dari pembangkit di
Banten dan Indramayu," ujar Kalla di sela-sela kunjungan kerjanya ke
Palembang, Minggu, 6 Juni 2008.

Lagipula, lanjut JK, opsi merelokasi industri ke Tiongkok tidak akan
menyelesaikan masalah. Pasalnya, Tiongkok juga tengah mengalami krisis
energi yang tidak kalah besar dibandingkan Indonesia.

"Harga BBM dan listrik di sana (Tiongkok, red) juga sama mahalnya. Kalau mau
sabar setahun lagi, kebutuhan listrik akan terpenuhi dari
pembangkit-pembangkit yang sedang kita bangun," katanya.

Untuk menghindari pemadaman, pemerintah dalam waktu dekat akan menerbitkan
surat keputusan bersama (SKB) empat menteri tentang penghematan konsumsi
listrik. Salah satu keputusannya adalah memindahkan hari kerja industri ke
Sabtu-Minggu.

"Kita minta mereka (investor Jepang) ikut memeratakan pemakaian listrik
dengan mengoptimalkan Sabtu-Minggu, karena dua hari itu ada penurunan beban
puncak konsumsi listrik 1.000 MW. Pada saat itu (Sabtu-Minggu, red)
kantor-kantor kan tutup sehingga AC tidak jalan," tutur JK.

Wapres mengakui bahwa pemerintah tengah mengkaji tarif dan cost produksi
listrik swasta (independen power producer) akibat kenaikan harga komoditas
batu-bara internasional.

"Kita evaluasi kalau harga batu-bara naik begini. Tarif kita separuh
dibandingkan India. Kalau listrik swasta, ya bisa USD4 sen. Geothermal dan
hidro juga kita naikkan," katanya lagi.

*Masalah Serius*

Dari Makassar dilaporkan, pengamat ekonomi yang juga mantan Rektor
Universitas Negeri Makassar (UNM) Prof Dr HM Idris Arief, MS meminta
pemerintah agar tidak menganggap enteng ancaman investor asing. "Ini masalah
yang sangat serius yang harus disikapi dengan serius pula," tandasnya.

Menurut Idris Arief, pemerintah harus bekerja ekstra untuk mencari jalan
keluar secepatnya, sebelum para investor asal Jepang itu benar-benar
merelokasi usahanya ke negara lain.

"Pemerintah jangan memandang enteng hal ini, karena sangat merugikan negara.
Kalau mereka lari, susah relokasi kembali. Pokoknya, harus diatasi sebelum
mereka hengkang," ungkapnya saat dihubungi, Minggu 6 Juli, malam tadi.

Lebih lanjut Idris menjelaskan, pemadaman listrik pada dasarnya sangat
berbahaya bagi dunia industri. Sebab, bila terjadi pemadaman, maka proses
produksi akan mengalami penundaan. Hasilnya, kata dia, bisa menyebabkan
kerugian bagi industri.

Dia kemudian mencontohkan sejumlah pabrik di Pulau Jawa yang ditutup akibat
minimnya pasokan listrik. "Kan kalau proses produksi tertunda, maka
perencanaan produksi juga tidak nyambung. Kondisi itu sangat riskan, dan
tentu menyebabkan kerugian," jelasnya. (syn/jpnn)
 



-- 
www.daengbattala.com
--update : "Kartu Pos dari Liberia"
Visit my short poem mini site at:
www.daengbattala.tumblr.com

Kirim email ke