sorry telat menanggapi, saya habis wisata kuliner di emperan Ampera
Jaksel...(ciee..ndak penting banget infonya)...

saya hanya mau menambahkan info soal link yang direkomendasikan Tempo. saya
sudah akses ke sana dan betul bahwa memang indikasi pembajakan ada disana,
karena situs itu bilang tidak bertanggungjawab soal hak cipta dan
sebagainya...ada himbauan dari mereka untuk membeli CD atau kaset original
nya, tp itu tidak melepaskan mereka dari kekeliruan untuk mem-fasilitasi
pembajakan...

soal apa standar plagiarisme, seingat saya yang bodoh ini, sekiranya ada
minimal dua kalimat yang sama persis maka dianggap plagiat, untuk lagu
mungkin satu oktaf sama maka dikategorikan plagiat..

tapi satu hal yang saya dukung soal bajak membajak, yakni pembajakan
buku...:)
alasannya, saya kira ndak usah diungkap disini...nanti sa dikira
merekomendasikan...

btw, tiga hari ini di kantorku ada bazar buku murah...saya sudah beli
sekitar 8 judul buku2 bagus, harganya dibanderol sama utk semua buku Rp
20,000 saja...

sempat saya tanya ke penjualnya..."pak, ini buku bajakan ya?"
jawab penjualnya: ya begitulah pak...
saya tanya lagi: "dari percetakan nya ya?"
jawab penjualnya: "ya begitulah pak"...(mungkin dalam hati dia keki, ini
orang nanya2 mulu kayak polisi saja, padahal sudah 8 buku dia
embat...hehehhe)

On 12/17/08, Syaifullah Ahmad Faisal dg.Gassing <ipul...@angingmammiri.org>
wrote:
>
>   Hai..hai...:)
>
> seperti yang saya bilang tadi di telepon. beberapa musisi (bukan cuma di
> Indonesia) merasa sangat kewalahan menghadapi gencarnya revolusi musik
> digital yang ditandai dengan gampangnya orang mengkopi berbagai materi
> musik. kemudahan ini (atau tepatnya praktek pembajakan ini) menandai
> jatuhnya era musik analog. hasil penjualan album di Indonesia menurun
> drastis dibandingkan penjualan album sebelum tahun 2000.
>
> menurut data ASIRI yang dilansir koran KOMPAS tanggal 7 Desember 2008,
> jumlah penjualan album tahun 2008 hanya berkisar di angka 11 juta,
> bandingkan dengan angka penjualan album tahun 1997 yang berjumlah 90 jt
> keping. jauh kan..?
> salah satu penyebabnya (bahkan penyebab utamanya) adalah revolusi musik
> digital itu tadi.
>
> nah, untuk menghadapi serangan revolusi musik digital yang dirasa makin tak
> bersahabat dengan para musisi tersebut, beberapa musisi mengambil langkah
> "damai" dengan mencoba mengakrabinya, bukan malah memusuhi. salah satu
> langkahnya adalah bekerja sama dengan situs web yang bersedia membeli satu
> singel mereka yang akan dibagikan sebagai bahan review buat para penggemar.
> ini jelas simalakama, ya kalau si penggemar (atau pengunduh) berminat trus
> mau membeli album komplitnya, kalau tidak ?.
>
> tapi sebagian musisi berpikir sudah kepalang basah. daripada tidak laku
> sama sekali, lebih baik laku sedikit asal balik modal atau hampir balik
> modal. keuntungan lainnya, kalau musik mereka banyak diunduh dan dibagi
> gratis oleh orang, maka popularitas bisa diraih. kalau sudah populer maka
> rejeki sampingan (dalam bentuk panggilan show atau kontrak dengan provider
> selular untuk ring back tone) akan mengalir. jadi singkatnya para musisi
> sudah tidak terlalu berharap lagi pada penjualan album, kecuali beberapa
> musisi yang memang punya fan base yang kuat.
>
> untuk skala internasional saya bisa memberi contoh band kesayangan saya :
> Pearl Jam. mereka membolehkan fansnya untuk mengunduh dan mendistribusikan
> secara gratis rekaman-rekaman konser mereka. betul2 gratis..!!. tapi khusus
> untuk album studio, karena mereka terikat kontrak dengan label, maka tetap
> saja mereka menyarankan para fans untuk beli yang original. ini salah satu
> bentuk kompromi mereka dengan revolusi industri musik yang semakin tidak
> tertahankan di awal dasawarsa ini. dengan distribusi gratis tersebut, Pearl
> Jam menanamkan kesetiaan pada para fansnya. akhirnya sebagian besar fans
> memang selalu berusaha membeli rekaman asli mereka (meski tentu saja masih
> ada yang suka cari yang gratisan-kek saya, hehehe..). terus dasarnya mereka
> memang tidak mau cari hidup di album, melainkan di live concert..
>
> untuk kasus Tempo, saya kira kita butuh penjelasan dari mereka. betulkah
> link website yang mereka berikan itu tidak termasuk dalam kategori pembajak
> ?, betulkah para artis/musisi yang lagu2 mereka dimuat di website
> bersangkutan tidak protes ?. ini saya kira yang perlu diklarifikasi oleh
> pihak Tempo.
>
> pfuihhhh...panjangnya di ?, masih mood ka belah...kek kemarin..:)
>
> trus satu lagi..thank you DR..saya sekarang memang sedang menyusun tulisan
> tentang revolusi musik digital. imelta ini bisa menambah bahan tulisanku...
>
> thank you..
>
>
> --
> -----
> "Keep on Bloggin' in a free world..!!!"
> read the contents of my brain at :
> http://daenggassing.com/
>
>
>  
>



-- 
drusle'
http://daengrusle.com

Reply via email to