Zalim menzalimi dalam dunia politik adalah biasa saja. Tergantung dari perspektif dimana kita mengacu. Its real political game! Siapa cepat dia yang dapat.
On 5/17/09, mus mimin <primus022...@yahoo.com> wrote: > > > > > JK Dizalimi SBY > > http://muslimindaenglalo.blogspot.com/2009/05/jk-dizalimi-sby.html, > > > > > > > Pada hari terakhir pendaftaran capres-cawapres > (Sabtu, 16/05/09), ketiga pasangan capres-cawapres melakukan pendaftaran > secara > resmi. Pendaftar pertama adalah pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) pada > pagi > hari, diikuti pasangan Megawati Soekarnoputri-Prabowo Subianto (Mega-Pro) > pada > siang hari dan pada sore hari pasangan > Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY-Berbudi). Sebelumnya pasangan JK-Win > dikabarkan > akan mendaftar lebih dahulu pada Selasa (12/05), namun urung dilakukan. > Pasangan > JK-Win adalah pasangan capres-cawapres yang paling awal melakukan deklarasi > sebagai kontestan pada pilpres Juli mendatang. > > Tekad untuk maju sebagai capres bagi > JK adalah sebuah hasil dari perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan SBY > dan > para dedengkot Partai Demokrat. JK yang sebelumnya masih menginginkan > berduet > dengan SBY pada periode kedua pemerintahannya, merasa dizalimi oleh SBY > dengan > menetapkan lima kriteria cawapres. Arogansi > SBY terlihat nyata dalam penetapannya secara sepihak pada lima kriteria > cawapres > yang diinginkannya sehingga otomatis menggugurkan peluang JK. Elektibilitas > SBY > yang cukup tinggi melalui berbagai survey adalah penyebab utama sikap > arogansi > SBY dalam menentukan kriteria cawapres yang akan mendampinginya selama lima > tahun ke depan. > > Kelima kriteria cawapres yang pernah > dikemukakan SBY di Puri Cikeas Indah, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat > dihadapan > wartawan istana (Minggu, 19/04/09) adalah memiliki integritas yang ditandai > kepribadian dan moral yang tinggi, termasuk moral politik; memiliki > kapasitas > dan kapabilitas dalam menjalankan tugas negara; mempunyai loyalitas kepada > kepala pemerintahan dan bebas dari konflik kepentingan; memiliki > akseptabilitas dalam arti diterima dan lekat di hati rakyat; dan mampu > meningkatkan kekokohan > efektifitas koalisi pemerintahan. > > Kriteria cawapres yang ditetapkan > SBY berangkat dari pengalamannya selama periode lima tahun berjalan bersama > JK. > SBY merasa perlu menetapkan kriteria baru cawapresnya agar keinginan JK > kembali > berduet dengan SBY dibentengi secara halus. SBY bermaksud membangun > pemerintahan yang solid melalui koalisi pemerintahannya tanpa JK namun SBY > lupa > bahwa fakta selama ini justru ada partai koalisinya yang tidak konsisten: > membangun koalisi dengan SBY-Partai Demokrat namun menghajar kebijakan > pemerintah terus-menerus di DPR atas nama koalisi kritis. > > Penetapan kriteria cawapres bagi SBY > sebagai antisipasi secara politik untuk menjalankan pemerintahannya ke depan > tanpa gangguan dari dalam. Dalam sejarah > hubungan presiden-wakil presiden, memang JK berhasil membangun suatu sejarah > baru dengan menjalankan fungsi wapres secara dinamis, bukan fungsi sebagai > “ban > serep” yang dipraktekkan beberapa > pemerintahan sebelumnya. Efek kedinamisan JK sebagai wapres sehingga seorang > tokoh bangsa, Ahmad Syafii Maarif menobatkan JK sebagai “The Real President” > selama lima tahun terakhir. > > Sementara pilihan cawapres SBY pada > Boediono tidaklah secara utuh memenuhi kelima kriteria yang dibuatnya > sendiri. Keberadaan > Boediono tidak mencerminkan kemampuan untuk memperkokoh koalisi efektifitas > pemerintahan yang menjadi kriteria > kelima. Boediono berasal dari kalangan professional yang tidak mendapat > dukungan dari partai politik koalisi pendukung SBY seperti PPP, PKB, PAN dan > PKS. Hal ini terlihat secara kasak mata betapa SBY tidak konsisten antara > perkataan dan perbuatannya. > > PKS adalah partai pendukung koalisi > yang paling keras menolak Boediono karena memiliki agenda sendiri memajukan > beberapa > kadernya sebagai cawapres SBY seperti Hidayat Nurwahid dan Tifatul > Sembiring. Hingga > detik-detik akhir pendeklarasian pasangan SBY-Boediono di Sasana Budaya > Ganesha, > Bandung pada Jumat (15/05/09), PKS mendapatkan proporsi perhatian yang lebih > dibanding > partai pendukung koalisi lainnya. Meski pada akhirnya Tifatul Sembiring > terlihat menghadiri deklarasi tersebut yang > digelar mirip dengan penobatan Barack Obama-Joe Biden sebagai > capres-cawapres pada > konvensi Partai Demokrat AS. > > Politik Penzaliman terhadap JK > diawali oleh pernyataan Wakil Ketua Partai Demokrat, Ahmad Mubarak yang > menyepelekan Partai Golkar dengan melakukan prediksi perolehan suara Partai > Golkar yang tidak lebih dari 2,5 persen pada bulan Februari 2009 lalu. Makna > dibalik > pernyataan Mubarok terkandung alamat menafikan JK yang notabene adalah Ketua > Umum Partai Golkar untuk mendampingi kembali SBY sebagai Cawapres. > Pernyataan Ahmad > Mubarok membuat jagat dunia politik langsung bergejolak sehingga SBY sendiri > harus turun tangan meredakan gejolak dengan menggelar konferensi pers untuk > mendinginkan hubungan dengan Partai Golkar. > > Pernyataan Ahmad Mubarok seolah > menguak agenda tersembunyi Partai Demokrat untuk mendiskreditkan JK dan > Partai > Golkar. Setidaknya dengan mendiskreditkan Partai Golkar dapat mempengaruhi > opini publik sehingga > Partai Golkar kehilangan suaranya pada pemilu 2009. Dan ternyata target > untuk > menyingkirkan Partai Golkar sebagai pemenang pemilu 2004 lalu dinilai > berhasil dengan > tampilnya Partai Demokrat sebagai pemenang pemilu 2009. Partai Demokrat yang > belum berumur satu dekade itu berhasil mengungguli partai-partai yang telah > berusia tua seperti Partai Golkar (dulu Golkar), PDI-P (dulu PDI) dan PPP. > > Sasaran utama dibalik pernyataan > Mubarok sebenarnya untuk menggerogoti dan mencuri massa Partai Golkar. > Secara sosiologi > politik, Partai Demokrat akan kesulitan menggaet suara dari massa partai > berbasis agama. Massa partai berbasis nasionalis lainnya seperti PDI-P juga > sulit untuk dicuri Partai Demokrat karena basis massa PDI-P yang berbasis > wong > cilik relatif konsisten meskipun jumlahnya tidak bertambah. Maka basis massa > Partai Golkar-lah yang relatif mampu dicuri oleh Partai Demokrat, dan > hasilnya > seperti terlihat pada Pemilu Legislatif April 2009 lalu: Suara Partai Golkar > menurun, sementara suara Partai Demokrat bertambah secara signifikan. > > Grand Design Partai Demokrat untuk > tampil sebagai pemenang pemilu telah menjadi target utama partai yang > didirikan > SBY tersebut untuk menyingkirkan Partai Golkar yang dipimpin JK. Namun grand > design tersebut secara tidak sengaja dibeberkan > Ahmad Mubarok ke hadapan publik secara prematur. Sebelumnya grand design > tersebut pernah pula terlontar dari mulut Ketua Bappilu Partai Demokrat, Nur > Amang beberapa tahun sebelumnya. Grand design tersebut semuanya bermuara > pada sasaran > menyingkirkan JK secara halus dalam periode kedua pemerintahan SBY. Bila > Partai > Golkar bisa dikalahkan dalam pemilu, maka Partai Demokratlah yang bisa > meraup > untung sebagai partai pemerintah. Partai Demokrat ingin menghindari > rivalitas > dengan Partai Golkar yang sama-sama ber-platform nasionalis dan sama-sama > berlabel partai berkuasa selama lima tahun terakhir. Kenyataan ini seolah > kacang lupa akan kulitnya karena selama periode duet SBY-JK, Partai > Golkar-lah > yang banyak membantu pemerintah, utamanya melalui dukungan parlemen. > > Statement politik Ahmad Mubarak > merupakan representasi apa yang ada dibenak para pengambil keputusan dari > Partai Demokrat. Sejak pemilu 2004 lalu sebagai partai baru, Partai Demokrat > lebih > banyak membangun konstituen melalui media sehingga layak disebut sebagai > partai > media. Partai media yang dimaksudkan disini adalah partai politik yang > berhasil > dibesarkan oleh media massa melalui iklan-iklan politik, pemberitaan politik > dan > sensasi-sensasi politik yang sengaja dibuatnya. Partai Demokrat berkembang > melalui iklan-iklan politik yang > menampilkan keberhasilan SBY sebagai presiden, meski sebagian besar > dikerjakan oleh > JK dengan Partai Golkarnya. Iklan-iklan politik Partai Demokrat berhasil > mempengaruhi > opini publik sehingga berhasil mengambil alih kedudukan Partai Golkar > sebagai > pemenang pemilu 2009. > > Hal ini berbeda dengan Partai Golkar > yang merupakan partai berbasis massa. Namun massa yang dibangun oleh Partai > Golkar telah berhasil diambil oleh Partai Demokrat melalui iklan-iklan > politik > yang gencar dan massif karena disokong oleh modal pembiayaan politik yang > sangat besar sebagai partai berkuasa. > > Berkaca pada sejarah pemilihan presiden pasca > reformasi, partai politik pemenang pemilu tidak berkorelasi positif terhadap > keterpilihan kadernya menjadi presiden. Bila pemenang pemilu 1999 adalah > PDI-P, > justru presidennya berasal dari PKB (Abdurrahman Wahid). Sedang pada pemilu > 2004 pemenang pemilu adalah Partai Golkar, tetapi presidennya dari Partai > Demokrat (Susilo Bambang Yudhoyono). Nah, pemilu 2009 pemenangnya adalah > Partai > Demokrat. Apakah presidennya tetap dari Partai Demokrat, atau justru berasal > dari Partai Golkar atau PDI-P? > > > > > Lebih bersih, Lebih baik, Lebih cepat - Yahoo! Mail: Kini tanpa iklan. > Rasakan bedanya! http://id.mail.yahoo.com -- ===================== ======================== Andi Zulkifli Nurdin andi.zulkifli[at]gmail[dot]com www.soppengposonline.co.cc (Berita Terkini Seputar Soppeng) http://qflee.wordpress.com ===================== ======================== ------------------------------------ Komunitas Blogger Makassar http://www.angingmammiri.org/Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/ <*> Your email settings: Individual Email | Traditional <*> To change settings online go to: http://groups.yahoo.com/group/blogger_makassar/join (Yahoo! ID required) <*> To change settings via email: mailto:blogger_makassar-dig...@yahoogroups.com mailto:blogger_makassar-fullfeatu...@yahoogroups.com <*> To unsubscribe from this group, send an email to: blogger_makassar-unsubscr...@yahoogroups.com <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/