[image: Blog Entry]. <http://multiply.com/gi/amriltgobel:journal:327>
*Pengantar :*
Dibawah ini, saya mengambil dan posting ulang kembali tulisan
bagus<http://romisatriawahono.net/2008/11/18/ketika-cinta-ini-membunuhmu/>dari
Mas Romi
Satria Wahono, <http://romisatriowahono.net> seorang dosen, peneliti dan
penggagas situs IlmuKomputer.com. Sebuah analisa yang tajam, mencerahkan dan
menghibur. Semoga bermanfaat

---------------------

*Mas Romi, saya seorang mahasiswa di Malang, saya mendapatkan penolakan
cinta dari pujaan hati saya di kampus. Rasa ini membuat saya agak
terseok-seok, dan akhirnya nilai mata kuliah saya jadi hancur lebur. Bantu
saya keluar dari masalah ini mas. (Anwar, Malang)*

Masalah klasik para pemuda sang pengejar cinta, dan para pemudi sang
penunggu cinta [image: :(]

“Cinta ini membunuhku”, itu bahasa *D’Masiv* [image: :)]

“Wahai kematian, datanglah cepat kemari, hisap dan dekap tubuhku yang penuh
cinta ini”, kalau yang ini kata *William Shakespeare* dalam *Romeo and
Juliet*.

*Kahlil Gibran* mengungkapkan dalam syairnya, “Bila cinta memanggilmu,
ikutlah dengannya meski jalan yang kalian tempuh terjal dan mendaki”.

Kisah cinta datang dan pergi dari masa ke masa, menyuarakan hal yang sama
dengan redaksi berbeda. Silih berganti dari *Layla Majnun*, *Tristan und
Isolde*, *Roro Mendut dan Pronocitro*, sampai *Romeo and Juliet*. Cerita
cinta selalu meggebu dan indah, meskipun ketika kita pandang jauh dari sisi
lain, kadang buta, tidak nyata dan fatamorgana.

Ya benar, kita sering bingung dalam memaknai cinta.* Lauren Slater*
dalam *National
Geographic edisi 2006* mengatakan, “Sulit untuk memisahkan pembicaraan
antara cinta dan penyakit mental”. *Maria* dalam *Ayat-Ayat
Cinta*mengatakan dengan redaksi yang berbeda, “Cinta adalah siksaaan
yang manis”.

Apakah cinta, mencintai dan dicintai adalah salah? Jawabannya adalah tidak.
Cinta itu indah, cinta itu semangat dan cinta itu adalah kebahagiaan. Bahkan
mungkin kekuatan kita untuk mencintai adalah titik tertinggi dari hakekat
cinta (halah) [image: :)]

Hanya permasalahan utama dari para pemuda dan pemudi yang kebetulan sedang
jatuh, menjatuhi atau dijatuhi cinta adalah ada di dua hal: *salah
meletakkan posisi hati *dan *salah mendefinisikan cinta*.

*1. LETAKKAN POSISI HATI DENGAN BENAR*

Cinta berhubungan dengan hati, itu pasti, karena di dalam hati ada unsur
keindahan, semangat dan kebahagiaan, maka 3 hal ini ada kemungkinan besar
berhubungan dengan cinta. Banyak dari kita yang meletakkan posisi
kebersamaan dan penerimaan cinta sebagai titik tertinggi dari keindahan,
semangat dan kebahagiaan. Karena itu kita gusar, sedih, dan sengsara ketika
cinta kita tidak diterima oleh sang pujaan hati. Dan kita sangat menderita
ketika kita tidak bisa memiliki kebersamaan dengan sang kekasih tercinta.
Inilah titik sentral masalah cinta ala *Layla – Qais*, *Roro Mendut –
Pronocitro*, maupun *Romeo – Juliet*.

Menempatkan posisi kebersamaan dan penerimaan bukan sebagai titik tertinggi
dari cinta adalah faktor terpenting yang membuat cinta tidak akan bisa
membunuh kita [image: ;)] . Saya selalu menempatkan posisi keindahan,
semangat dan kebahagiaan saya ketika saya bisa bermanfaat untuk orang lain,
mencapai suatu prestasi, dan bisa melakukan hal yang tidak bisa dilakukan
orang lain. Ketika banyak orang lain berlomba-lomba untuk mencintai orang
lain, bahkan dengan cinta buta, saya berusaha berdjoeang untuk mencintai
diri saya sendiri. Inilah cinta dengan logika.

Mencintai diri sendiri bukan berarti banyak tidur, banyak santai, atau
banyak rekreasi. Mencintai diri sendiri artinya: saya harus berprestasi,
saya harus berhasil dan sukses, saya harus bermanfaat untuk orang lain, saya
harus bisa membuka lapangan kerja baru, saya harus memberi beasiswa ke
banyak orang, dsb. Implikasinya mungkin sangat berat, karena saya harus
bekerja lebih keras, mengurangi tidur, atau mendisiplinkan diri saya
sendiri. Tapi itu semua saya lakukan karena saya mencintai diri saya
sendiri. Ya inilah mungkin hakekat dari ungkapan si Maria, “Cinta adalah
siksaan yang manis”. Bagi saya, mencintai diri sendiri adalah modal penting
dalam kesuksesan mencintai orang lain.

Kebersamaan dan penerimaan bukan sesuatu yang selalu membahagiakan saya.
Kadang saya secara fisik harus meninggalkan semua orang yang saya kasihi dan
cintai. Kadang saya harus bersikap keras kepada para pedjoeang saya, kepada
sahabat saya dan bahkan kepada istri dan anak-anak saya, sehingga sering
mereka sulit memahami dan menerima saya. Tapi itu semua saya lakukan karena
cinta saya yang teramat sangat kepada mereka, saya tidak ingin mereka gagal,
saya ingin semua orang bisa berhasil, dan memberi manfaat kepada orang lain
dengan lebih baik. Dan inilah cara saya *menghembuskan ayat-ayat
cinta*kepada mereka [image:
:)]

Meskipun sebenarnya ada kebersamaan dan penerimaan cinta yang selalu saya
bahagiakan dan harapkan, yaitu dari Sang Penguasa Alam dan Pemilik Jagad
Raya. Inilah koridor penting jalan cinta kita, ingat bahwa cinta mati hanya
milik Allah sang penguasa jagad raya bukan untuk makhluk Allah.

Jadi pesan saya, wahai para pemuda, mari letakkan posisi hati kita pada
tempatnya. Cinta itu tidak akan membunuhmu, kesalahan posisi hati itulah
yang akan membunuhmu.

*2. UBAH DEFINISI DAN PARADIGMA CINTA*

Kesalahan kedua yang sering kita lakukan adalah kesalahan memahami definisi
dan paradigma cinta. Banyak penelitian tentang cinta dilakukan. Salah satu
yang cukup terkenal adalah formula cinta dari Robert J Sternberg: *A
Triangular Theory of Love (Teori Segitiga Cinta).*

[image: romi-teorisegitigacinta.jpg]

Menurut Sternberg, jenis cinta tergantung dari sifat hubungan kita dengan
orang lain. Komitmen saja tanpa gairah dan keakraban adalah *Cinta Kosong*.
Gairah saja tanpa dua unsur yang lain artinya tergila-gila. komitmen dan
keakraban tanpa gairah menjadikan persepsi cinta sebagai *Cinta Persahabatan
*. Keakraban dan gairah tanpa komitmen membuat *Cinta Romantis*. Sedangkan
komitmen dan gairah tanpa keakraban menyebabkan *Cinta Buta*. Ketika kita
berhasil menyatukan komitmen, gairah dan keakraban maka akan terjadi *Cinta
Sempurna*.

Banyak yang masih meragukan teori ini bisa berlaku valid untuk semua jenis
hubungan cinta, misalnya cinta seorang anak kepada ibunya dan sebaliknya.
Hasil penelitian dari *Lauren Slater* juga mengisyaratkan bahwa *susunan
kimia otak pemicu romantika, ternyata tidak ada hubungannya dengan komitmen
yang memupuk kelekatan jangka panjang*. *Salim A Fillah*, penulis buku *Jalan
Cinta Para Pejuang*, mengatakan bahwa Komitmen adalah sudut kunci dalam
teori cinta *Robert J Sternberg*. Komitmen adalah ikrar kerelaan berkorban,
memberi dan bukan meminta, berinisiatif tanpa menunggu dan memahami bukan
menuntut.

Sebagian masalah cinta mungkin bisa terwakili oleh *Teori Segitia Cinta*-nya
*Sternberg*. Tapi kalau kita coba simpulkan dari berbagai referensi lain,
dari pandangan Slater, Salim A Fillah dan Anis Matta lewat seri cinta dan
pahlawannya di majalah Tarbawi. Cinta Sempurna adalah suatu proses panjang,
hasil dari cinta kasih dua manusia yang terjalin dalam suatu hubungan yang
sah. Cinta Sempurna bukanlah cinta pada pandangan pertama, karena itu
mungkin hanya suatu gairah atau ketergila-gilaan, istilahnya *Slater*. Cinta
Sempurna juga bukan cinta lokasi, cinta monyet, cinta jadi-jadian, cinta
karena fisik atau cinta karena harta dan tahta. *Cinta Sempurna adalah hasil
suatu perdjoeangan panjang*. Hasil dari kekuatan kita untuk menyelesaikan
masalah perbedaan, memahami kekurangan dan kelebihan, merekatkan hati dan
komitmen untuk tetap ada di jalanNya.

Mudah-mudahan ketika terjadi penolakan cinta, kita berani berikrar dengan
gagah, ”Lupakan dirimu dan aku akan kembali padaNya”. Catat bahwa huruf N
untuk Nya itu harus kapital [image: :)] Jangan lupa ubah *genjrengan* gitar
kita dari lagu kenangan kisah cinta, ke lagu: *Menghapus Jejakmu (Peterpan),
Baiknya (Ada Band), Musnah (Andra and The Backbone), atau Aku Bukan Untukmu
(Rossa)* hihihi …

Resapi dua syair ini:

*Baiknya semua kenangan yang terindah, tak ku balut dengan tangis
Baiknya setiap kerinduan, yang merajam tak kuratapi penuh penyesalan*

Dan bangkitlah, lanjutkan perdjoeangan!

Ingatlah bahwa para legenda tidak pernah mengejar cinta, karena itu:

*Janganlah kalian mengejar cinta. Jadilah legenda yang penuh dengan prestasi
dan manfaat untuk orang lain, maka cinta akan silih berganti mengejar
kalian. Dan ketika masa itu datang, pilihlah takdir cintamu, kelola cintamu,
atur kadarnya, arahkan posisinya, dan kontrol kekuatan cinta sesuai dengan
tempatnya.*

Dan itulah jalan cinta para legenda …

Tetap dalam perdjoeangan!


atg[image: ttd-small.jpg]
-- 
www.daengbattala.com

Kirim email ke