Kemarin saya chatting dengan teman saya yang sedang kuliah di Leiden. Teman
saya itu hendak membuat paper yang berhubungan dengan blog dan karya sastra,
jadi dia tanya2 ke saya tentang blog, dan perkembangan blog dan media, juga
tentang blog-blog yang sudah dibukukan (seperti blognya Raditya Dika).
Sebenarnya dia salah orang kalau tanya2 tentang yang seperti itu, karena
saya bukan Raditya Dika, tidak pernah baca buku Kambing Jantan, dan blog
saya belum pernah dibukukan, saya juga tidak tau apa-apa tentang sastra.
Nah, jadilah saya cuma kasih dia informasi tentang buku-buku anak AM,
bukunya pak Amril (Warna Warni Hidupku) dan Arham Kendari (Jakarta
Underkompor), yang semuanya berawal dari blog menjadi buku. (akhirnya saya
minta dia tanya langsung ke Raditya Dika, atau ke pak Amril yang tau banyak
tentang blog dan sudah membuat buku dari blog)

Terus, lagi-lagi karena dia bertanya ke orang yang salah, akhirnya justru
dia yang lebih banyak menjelaskan dan memberi saya banyak informasi tentang
sastra. Antara lain katanya,para kritikus sastra mengkategorikan sastra
berbeda-beda, ada yang populer (novel, teenlit,chicklit), dan tidak populer.
Sehingga sering kali buku-buku novel, teenlit, dan chicklit yang populer dan
digandrungi anak muda tidak dimasukkan dalam karya sastra.

Katanya, bahkan diary juga termasuk genre sastra. (sejurus kemudian saya
langsung search google "*diary as literature*", dan menemukan banyak
referensi). Buku diary Anne Frank yang ditulis di pengungsian banyak
dipelajari orang2, karena sudah dikategorikan karya sastra.

Kalau diary bisa dikategorikan genre sastra, bagaimana dengan blog?
Ada tanggapan?



Mohammad Mustamar Natsir
Chat Google Talk: profmusta...@gmail.com Y! messenger: profmustamar
Contact Me [image: Facebook] <http://facebook.com/mustamar>

-- 
Mohammad Mustamar Natsir
http://www.mustamar.com
Mobile: +62 852 42 449998

Reply via email to