Saya hanya ingin menambah:
Mungkin kalian mendengar kesulitan yg ada didalam kesultanan Cirebon. Tempat Sunan Kali Jati. Untuk diangkat menjadi Sultan yg shyah dari Cirebon - menurut kabaran kris pusaka harus diberikan kepada sultan yg berkuasa. Sekarang kris pusaka itu disimpan dan tidak dikeluarkan sampai konfikt selesai.
Kalau kalian pernah mengunjungi hari2 yg penting dari keraton Cirebon segala tradisi non muslim dan more Hindu dipakai.  Pula dimakan sunan Kalijati tradisi hindu - seperti air suci pohon jati dipakai - dan makan putri cina  semua tradisi non islam dan mystic dipakai. Mungkin ada yg lebih tahu mengenai tradisi mereka - saya hanya mengikuti ceremonie mereka satu kali kira2 40 tahun yl - waktu sultan yg sebelumnya masih dihormati seluruh umat cirebon. Tetapi impressie tidak hilang.
Andreas

dicky riyadi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
Halo..,
 
Saya senang dengan email Pak Mas Danardhono ini.
Terima kasih, terimalah salam saya.
 
Wassalam
 
dicky

RM Danardono HADINOTO <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

Islam abangan,termasuk leluhur saya, adalah kita, yang terlahir
sebagai Islam, namun, dari kecil dibesarkan dalam tradisi lokal,
yakni Kejawen dengan segala ritual ke Jawaan. Misalnya memelihara
pusaka, yang terutama berbentuk keris, patrem, tombak, atau benda
benda lainnya. Ini masih dilakukan dalam keempat keraton: kesultanan
Jogya, Pakualaman, dan kasunanan Solo dan Mangkunagaran---> upacara
garebeg.

Juga upacara upacara yang berasal dari masa Hindu,
misalnya "ruwatan", untuk menghindarkan hal hal yang dianggap
negatif.

Mungkin sekali, selain inkulturisasi dengan kebudayaan Hindu, juga
dengan Budhisme Mahayana yang dibawa orang Tionghoa. Dari sisi
spiritalisme Jawa, orang Jawa lebih dekat dengan kebiasaan orang
Tionghoa, misalnya membakar hio, yang dilakukan orang Jawa dengan
kemenyan. Juga membawa bunga2an serta makanan sebagai persembahan,
daripada ajaran Islam yang murni, seperti yang disebarkan oleh
golongan Muhamadyah.

Di vihara Sampokong di Semarang tidak saja orang Tionghoa yang
berdoa, namun juga Jawa Islam.

Idee dasar kelahiran kembali, juga erat dalam bathin orang Jawa
abangan,yang juga dipercaya orang Tionghoa yang beragama Buddha.
Juga idee "kharma" serta "dharma". Kata "kuwalat" dalam bahasa Jawa
juga erat dengan makna kharma (yang buruk).

Universitas Katholik untuk mencetak guru, dinamakan "Sanatha
Dharma", dua kata dari khazanah agama Budha.

Juga kata "Pancasila" sebagai dasar negara, diambil dari kata yang
sama dalam agama Buddha.

Jadi, mungkin anda benar,bahwa Jawa abangan ini adalah terusan
bentuk budaya yang dibawa masuk orang Tionghoa kepulau Jawa.

Banyak diantara orang Jawa yang yakin,bahwa laksamana Zheng He
dahulu, tidak saja membawa Islam,namun juga mystik, yang membuat
mereka mudah diterima oleh masyarakat Jawa.

Pertempuran antara 8 dari 9 Walisongo melawan Siti Jenar, adalah
juga pertarungan dalam wilayah mystik.

Islam dengan gaya Timur tengah,setahu saya terutama masuk di Aceh.
Kemudian terjadi pendakwahan yang sangat kental nuansa Timur
Tengahnya, ditahun 80an sampai kini.
Lihatlah nisan orang Jawa Islam di pulau Jawa sangat berbeda dengan
nisan di Aceh atau luar Jawa.Di Malaysia saya lihat malah tak ada
nisan samasekali. Juga nisan di makam Kyai Mojo di Tondano,Minahasa,
masih sangat bergaya Jawa-Hindu.

Salam

danardono










--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "rene chan" <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "RM Danardono HADINOTO"
> <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
>
> > Danardono
> >
> > PS: kita harus ber-hati2, karena kita memasuki alam legenda,
dimana
> > hanya sebagian yang benar benar historis.
>
>
> ***** Benar Mas Danardono, sumber2 dari sejarah di jaman2 ini hanya
> melalui babad dan serat, yg sebagian di turunkan melalui lisan dari
> turun temurun dan banyak di campur nuansa mistik dan dongeng.
> Tentunya Babad dan Serat ini masih mempunyai nilai sejarah jika
kita
> bisa memisahkan antara yg sejarah dan non sejarah nya, menurut akal
> logika kita.
>
> Yg pasti bisa kita terima adanya figure Siti Jenar yg bertentangan
> dengan Walisongo, kemungkinan dengan paham Islam yg berbeda, apakah
> karena mengikuti ajaran dari sumber tempat yg beda?? Spt di ketahui
> Walisongo ber sumber dari Islam yg datang dari Tiongkok baik
melalui
> Cheng Ho atau generasi sebelum nya, apakah ajaran Islam Siti Jenar
ini
> datang dari Gujarat atau Arab ???
> Mungkin akan ada ahli2 sejarah yg bisa menelusuri nya di kemudian
hari.
> Sedangkan Islam yg berasal dari daerah pesisir utara itu sendiri
> setelah masuk ke pedalaman telah berkembang lain sehingga
menimbulkan
> yg kita kenal sebagai Islam Abangan sekarang ini.
>
> Sorry terlalu OOT saya rasa....... mending saya hentikan.
>
> rgds.  rene chan
>
>
>
> >
> > ----------------------
> > Berkaca pada Konflik Syekh Siti Jenar vs Wali Songo
> > Oleh LINA NURSANTY
> >
> > Judul Buku : Ajaran dan Jalan Kematian Syekh Siti Jenar;
> > Konflik Elite dan Lahirnya Mas Kerebet
> > Penulis : Dr. Abdul Munir Mulkhan
> > Penerbit : Kreasi Wacana, Yogyakarta
> > Cetakan : Keempatbelas Juli 2004
> > Tebal : 316 halaman
> >
> >





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.



Yahoo! Groups Sponsor
ADVERTISEMENT
click here


Yahoo! Groups Links

Reply via email to