Julie menulis :

Oh iya inget laura ingals jadi ingat Hong Lau Meng (impian pavilion merah) kalu tidak salah dulu dianggap sastra picisan, belakangan baru diakui sebagai karya sastra sebab jaman tiongkok kuno katanya yang dianggap karya sastra betulan itu yang membahas tentang agama atau pemerintahan. Belakangan HLM itu baru diakui sebagai karya sastra apa lantaran mendeskripsikan kehidupan jaman lampau secara detil? Sebetulnya yang disebut suatu karya sastra yang bisa diakui itu yang kayak apa sih? Kriterianya apa aja?



Rinto Jiang :

Tidak begitu juga sebenarnya. Perbedaan terbesar sastra novel di zaman Ming dan Qing adalah kebebasan berpendapat. Kebebasan ini sangat penting bagi perkembangan sastra, baik itu puisi, sanjak, novel, prosa deelel. Qing menganut kebijakan ketat dalam mengontrol kehidupan sastrawan dan penulis, yang terkenal misalnya kebijakan "wen zi yu", yang artinya "penjara/hukuman tulisan". Tulisan apa? Tulisan yang dianggap "nyeleneh" di hadapan kaisar akan menyebabkan tulisannya dibreidel, penulisnya dihukum. Hukumannya serba-serbi.

Hong Lou Meng ini pertamanya muncul bukan sebagai buku, namun cuma artikel2 bab per bab. Penulisnya Cao Xue-qin menulisnya diam2, mungkin ia tidak berencana mempublikasikan ke masyarakat, ditandai dengan tulisannya ini baru menyebar ke masyarakat sepeninggalnya. Namun sebenarnya tidak ada gunanya juga bila ia takut bukunya dibreidel, karena sebuah buku yang dibreidel oleh kaisar, walau sang penulisnya sudah meninggal, jenazahnya tetap akan digali kembali dan dicambuk. Hukuman ini namanya "bian shi".

Ada 1 lagi karya sastra yang juga ditulis pada masa Qing dan baru populer kemudian setelah Qing runtuh, yaitu Liao Zhai Zhi Yi, yang isinya berkisar mengenai hantu, siluman dan dedemit dan hubungan mereka dengan manusia. Ini sebenarnya merupakan cerita2 tersirat yang mengkritik kebobrokan dalam pemerintahan Qing.

Di zaman Qing, karya sastra akan dianggap berbobot bila isinya menjunjung tinggi pemerintah. Jadi, Julie salah kaprah mengenai ini. Di zaman Ming, kebebasan sastrawan cenderung tidak dicampuri pemerintah, jadi tidak aneh kalau 4 karya terbesar sastra novel semuanya adalah karya di zaman Ming (Kisah Tiga Negara, Batas Air, Perjalanan ke Barat, Jin Ping Mei). Hong Lou Meng terkenal karena orang Jepang menyukainya. Di Jepang, 4 karya sastra besar itu adalah Hong Lou Meng ditambah 3 karya pertama minus Jin Ping Mei. Lucu, padahal orang Jepang seharusnya menyukai Jin Ping Mei yang erotis itu.


Rinto Jiang


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke