http://www.sinarharapan.co.id/berita/0601/18/sh06.html

Menanti Rezeki di Tahun Baru Imlek 



Oleh:
AJU

PONTIANAK-Liem Phui Shang (42) bersama tiga rekannya sesama warga keturunan Tionghoa tampak sibuk mempersiapkan kelengkapan fisik kesenian Barongsai di rumahnya, Minggu (15/1). Rumah Liem berada di permukiman kumuh, pinggiran Sungai Kapuas, belakang Supermarket Kaisar, Jalan Gusti Situt Mahmud, Siantan, Pontianak Utara, Kalimantan Barat.
Mereka tengah merampungkan hiasan naga sepanjang dua meter, menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2557 yang jatuh pada Minggu, 29 Januari 2006. Hiasan itu terbuat dari kerangka bamboo yang dibubuhi kain serba merah. Pembuatan kerangka bambu itu sudah sampai tahap merapihkan bagian kepala. Kini, telah terlihat mulut hiasan naga yang serba menganga dengan lidah menjulur, terbuat dari bulatan kain kekuning-kuningan.
Sejak tahun 1998, setiap Tahun Baru Imlek, penjual bakso dorong ini bersama rekannya selalu menggelar permainan barongsai dari rumah ke rumah, dari gang ke gang yang dihuni masyarakat Tionghoa. Mereka memilih kegiatan ini karena bagi mereka pekerjaan itu lebih menjanjikan daripada menjual bakso yang cuma mengantongi keuntungan bersih Rp 30.000/hari.
Dari hasil mengamen ini, Liem bisa membiayai sekolah tiga anak lelakinya yang sekarang duduk di Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Pertama.
Sudah 20 tahun Liem tinggal di permukiman kumuh, beratap seng dan berdinding papan susun sirih yang sudah dimakan rayap di kawasan Siantan.
Nyoek Fha Khim (36), kawan Liem, tukang potong hewan babi di Pasar Sayur Flamboyan, Pontianak Selatan, memilih bermain barongsai setiap Tahun Baru Imlek, karena aktivitas pemotongan hewan babi selalu terhenti lantaran sepi pembeli. Bersama Liem, Nyoek Fha membentuk kelompok permanen berjumlah empat orang yang langsung beroperasi pada setiap Perayaan Imlek.
”Tiap anggota kelompok bisa mengantongi uang ke rumah selama Perayaaan Imlek hingga Perayaan Cap Goh Meh (15 hari kemudian) minimal Rp 1 juta. Rencananya, hasil permainan barongsai tahun 2006 ini, akan saya gunakan untuk mengganti atap rumah saya dari daun rumbia ke atap seng,” ujar Nyoek Fha yang tinggal di permukiman kumuh, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Pontianak.

Saling Mengunjungi
Bagi masyarakat Tionghoa kelas menengah atas, merayakan Tahun Baru Imlek dijadikan kesempatan saling mengunjungi dan beramal. Lindra Line, Ketua Yayasan Bhakti Suci, menjelaskan pihaknya akan menyerahkan 1.200 paket bantuan sembilan bahan pokok bagi keluarga Tionghoa kurang mampu di Kalbar.
Keluarga besar selalu menyepakati merayakan Imlek di suatu tempat atau di salah satu kota kelahiran orang tua. Kalbar dengan komposisi etnis Tionghoa berjumlah 846.979 jiwa (21%) dari total 4.033.234 penduduk yang tersebar di 12 kabupaten/kota, dimana di Kota Singkawang mencapai 70% dari 164.078 jiwa dan di Kota Pontianak sekitar 30% dari 487.058 penduduk, biasanya selalu dijadikan tempat berkumpul etnis Tionghoa dari berbagai provinsi dan negara yang sukses mengarungi kehidupan ekonomi.
Indikatornya bisa dilihat dari selalu membludaknya penumpang pesawat udara ke Pontianak dan penuh sesaknya sejumlah hotel, mulai dari kelas melati hingga berbintang di sejumlah kota di Kalbar, setiap kali Tahun Baru Imlek dan Cap Goh Meh.
Merayakan Imlek ditandai ziarah ke makam leluhur dan memohon berkat serta rezeki berlimpah. Seluruh anggota keluarga mesti mengenakan baju baru yang mengartikan bahwa suasana kehidupan mesti berubah lebih baik, setelah sembahyang di klenteng maupun tepekong.
Selama tiga hari, terhitung hari Imlek dan dua hari kemudian, seluruh anggota keluarga tidak boleh memegang sapu. Lantai rumah dibiarkan tidak disapu, karena diyakini sebagai limit waktu kesempatan rezeki memasuki kediaman. Setiap anak-anak yang berkunjung ke rumah, selalu diberi angpao, karena diyakini kelak keuntungan usaha bisa berlipat ganda.
Pada saat itu pula, kesenian barongsai yang diilustrasikan mengusir roh jahat dan wahana mendatangkan rezeki, disambut ramah, sukacita, dengan ditandai melemparkan angpao (uang terbungkus amplop warna merah) ke mulut naga yang tengah menari-nari.
Satu kelompok pemain barongsai biasanya diawaki minimal 4 orang, yaitu 1 penari penggotong hiasan kepala naga, penabuh gendang 2 orang dan 1 penunjuk jalan ke rumah warga Tionghoa yang mesti dikunjungi.
Praktis, selama perayaan Tahun Baru Imlek perekonomian masyarakat terganggu. Toko, supermarket, warung makan, tempat penjual sayur-mayur dan jasa pelayanan umum lainnya tutup total. Dari tahun ke tahun Perayaan Imlek dan Cap Goh Meh di Kalbar terus meriah, terutama setelah ditetapkan pemerintah sebagai hari libur nasional. Pemerintah Kota Pontianak tanggap dan melibatkan diri mempersiapkan kegiatan yang dikaitkan dengan aspek pariwisata.
Wali Kota Pontianak Buchary Abdurachman menjelaskan pada Perayaan Imlek 2559 tahun 2006 ini peserta lomba permainan naga lebih diperbanyak. Rute permainan diadakan di seluruh ruas jalan yang penghuninya mayoritas etnis Tionghoa. Pemenang permainan dan perhiasan naga terbaik berhak memboyong piagam penghargaan Wali Kota Pontianak.

Cap Goh Meh
Perayaan Imlek diakhiri Cap Goh Meh 15 hari kemudian, yang dipusatkan di Kota Singkawang, 143 kilometer dari Pontianak, basis terbesar etnis Tionghoa di Kalbar, Senin, 12 Februari mendatang. Perayaan Cap Goh Meh ditandai dengan acara buka mata naga tiga hari sebelumnya, Sabtu (11/2), oleh seorang sesepuh adat.
Usai buka mata, hiasan naga diarak di sepanjang Kota Singkawang. Ini juga dimeriahkan permainan tatung oleh seorang yang ditunjuk sebagai tetua adat. Selama permainan tatung digelar, suasana menjadi penuh mistik. Seorang pemain tatung ditikam dan puluhan mata panah lengket di sekujur tubuhnya. Mulutnya ditusuk pisau tapi sama sekali tidak mengeluarkan darah dan langsung sembuh seketika, setelah diberi mantra usai pertunjukan.
Sehari kemudian, Selasa (13/2), naga diarak ke pinggir laut, lalu dibakar supaya rohnya bisa kembali ke khayangan dan tidak mengganggu ketenteraman manusia. Ini menandai berakhirnya seluruh rangkaian perayaan Tahun Baru Imlek 2557.
Dari segi persentase, entis Tionghoa di Kalbar populasinya terbanyak di Indonesia. Celotehan Bahasa Tionghoa sudah terbiasa terdengar di sepanjang jalan. Status sosial mereka beranekaragam. Di samping ada warga Tionghoa kaya raya sekaliber Prayogo Pangestu, ratusan ribu warga keturunan bermata sipit ini di Kalbar hidup di bawah garis kemiskinan.
Insiden memilukan terjadi Juli 1998 silam. Di Desa Roban, Singkawang, Hiu Po Tin (58) bersama 4 anak kandungnya, yakni Tjong Djip Tian (15), Tjong Suk Moy (12), Tjong Kim Lang (10) dan Tjong Bo Liong (5), nekat mengakhiri hidup dengan menenggak racun karena sudah tidak mampu lagi menghadapi himpitan ekonomi.
Tionghoa miskin ada pula yang menjadi petani penggarap lahan milik orang lain, pengemis, wanita penghibur kelas teri sampai kelas atas, hingga ada wanita yang rela dikawinkan dengan bujang lapuk pencari istri berkebangsaan Taiwan.
Migran Tionghoa ke Kalbar diperkirakan dimulai tahun 1661, ditandai dengan dibangunnya klenteng kecil tapi diyakini tertua di Kalbar, Tri Dharma Bumi Raya. Klenteng ini terletak di Desa Sedau, Kecamatan Tujuhbelas, Kota Singkawang. Victor Purcell dalam buku The Chinese in Indonesia menyebutkan gelombang migrasi besar-besaran terjadi pada 1760.
Sultan Sambas Omar Alamudin, sengaja mendatangkan ribuan orang Tionghoa Hakka dari Distrik Jianing, Provinsi Guangdong (Kwangtung), China Selatan, untuk bekerja sebagai kuli di pertambangan emas dan intan di Monterado, Lumar, dan Mandor.
Orang Hakka itu terdiri dari bujangan dan suami yang tidak boleh membawa anak dan istri. Mereka kemudian menikah dengan wanita Suku Dayak berkulit putih bersih. Percampuran darah itu melahirkan keturunan yang disebut phan tong fan atau generasi pertama. Migrasi selanjutnya dari Tionghoa Tiociu dan Hoklo, Provinsi Fukkien, China Selatan. n



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke