Semarang, 20-01-2006.

Salam,

Mengikuti perkembangan subject saya dahulu mengenai
kunjungan guru Katholik ke klenteng Tay Kak Sie yang
begitu berlarut-larut, saya justru menjadi heran.

Bagi saya yang sering sekali berkunjung ke
klenteng-klenteng besar di Semarang ( Tay Kak Sie &
Sam Poo Tong ), maka akan sering terlihat
rombongan-rombongan turis atau peneliti yang
mengunjunginya.Terlihat orang bule, turis,
muslimin&muslimat, dan lain sebagainya.

Saya justru gembira kalau pihak lain di luar klenteng
mau / berkenan untuk mengunjungi klenteng, sehingga
terbuka wawasannya mengenai klenteng dan budaya
Tionghoa pada umumnya, karena KLENTENG ITU MEMANG
TERBUKA ( SELAMA JAM BUKA BAGI PENGUNJUNG )UNTUK UMUM,
TANPA MENANYAKAN APA AGAMA ANDA. Anda mau sembahyang
ok, anda hanya sekedar duduk-duduk saja ok, anda mau
tidur juga ok, selama Anda tidak membuat kericuhan
saja. Sehingga timbul rasa saling pengertian & saling
tolerasi.

Ini pengalaman saya waktu kuliah dulu, dalam satu
seminar / diskusi antar mahasiswa intern, saya
mewakili penganut Tri Dharma, diserang habis-habisan
oleh " saudara kandung " sendiri yang beragama lain,
saya dihujat habis-habisan karena kepercayaan kami.
Anehnya, justru mahasiswa pribumi ( maaf-istilah
diskriminasi ) yang beragama Islam tidak menghujat
saya. Ketika saya balik bertanya kepada " pihak lain
": " Apakah di antara saudara-saudara pernah masuk /
mengunjungi klenteng, dan memahami makna bersembahyang
di klenteng ?" Ternyata !!! mereka tidak ada yang
pernah masuk klenteng !!! dan tidak memahaminya.
Mereka hanya memahami indoktrinasi dari " Atasannya "
saja.

Saya sungguh gembira kalau " saudara-saudara " kita
mau mengunjungi klenteng, mantan Presiden RI
Abdurrahman Wahid & mantan ketua MPR Amien Rais saja
pernah mengunjungi klenteng Tay Kak Sie. 

Peribahasa Tidak Kenal Maka Tidak Sayang, seharusnya
menjadi landasan dalam hubungan ini, sayapun juga
terkadang ngobrol dengan pemuka agama Islam, merekapun
menghargai kami.

Di daerah Purwodadi ada klenteng yang ada patung
Yesusnya !!!

Agama Tri Dharma pada umumnya bersifat individu dan
pasif, tidak seperti agama lain yang bersifat aktif,
sehingga kesadaran sendiri yang menuntun kita untuk
datang besembahyang. Tidak ada pemimpin upacara (
kecuali acara-acara tertentu saja ).

Tantangannya sekarang adalah justru umat Tri Dharma
sendiri yang mau mengerti tentang ajaran-ajaran dan
sejarahnya, kalau kita ngomong-ngomong tentang
pengetahuan dewa-dewi kepada pemuka Tri Dharma justru
mereka sendiri seringnya menjelaskan kemampuan mistis
dari dewa-dewi tersebut, tanpa / kurang mampu
menjelaskan fakta sejarahnya ( landasan teori sejarah
). Akibat dari ini semua, kita seakan-akan
mendengarkan cerita fantasi saja, sehingga timbul rasa
bimbang bagi orang lain untuk mempercayainya.

Semoga uraian saya ini menjadikan jelas bagi maksud
tulisan saya tentang kunjungan guru Katholik ke
klenteng Tay Kak Sie.

Salam,
Irawan R



                
___________________________________________________________ 
NEW Yahoo! Cars - sell your car and browse thousands of new and used cars 
online! http://uk.cars.yahoo.com/


.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke