Salut bung Danar! Seandainya lebih banyak orang bersikap sebagaimana bung, dengan tegaas mewujudkan ketentuan hukum dalam praktek, tentu bangsa ini akan berdiri menegakkan kepala, hukum benar-benar dengan baik bisa dikonsekwenkan dalam kenyataan hidup bermasyarakat.
Mari kita jadi warga yang patuh HUKUM! Dan jatuhi sanksi berat bagi setiap pejabat pemerintah yang menyeleweng dan menerjang hukum! Maka mulailah negara ini tegak sebagai negara HUKUM, bukan lagi memberlakukan hukum-rimba, negara kekuasaan. Sebenarnya saja, seandainya tidak ada pejabat-pejabat pemerintah RI ditahun-tahun 50-an yang bertujuan ingin memperbanyak etnis Tionghoa jadi asing (apapun motive politik-nya), maka masalah kewarganegaraan RI sudah selesai ditahun 50 dengan ketentuan UU No.3 tahun 46. Menjadikan seluruh etnis Tionghoa yang lahir di Indonesia menjadi warga-negara Indonesia, dengan memberikan hak repudiatie sepanjang 2 tahun, kesempatan berpikir untuk menolak warga-negara Indonesia dan menjadi asing. Bahkan atas permintaan pemerintah Tiongkok Nasionalis ketika itu, Pemerintah RI juga telah memberikan kelonggaran dengan memperpanjang 2 kali kesempatan hak repudiatie, yang baru berakhir ditahun 50. Yah, kenyataan kita masih harus menghadapi orang-orang yang selalu berusaha mempersulit persoalan untuk meraih keuntungan. Jadi, mereka berpikiran: "Kalau bisa dipersulit kenapa harus dipermudah?". Celaka! Dan ironisnya, orang-orang sejenis inilah yang berada diatas-angin dimasa Orba berkuasa, makin menjadi-jadi tak terkendalikan lagi, semua usaha dilaksanakan untuk menggendutkan perut sendiri lebih dahulu dengan tidak mempedulikan kesejahteraan rakyat terbanyak lagi. Salam, ChanCT ----- Original Message ----- From: RM Danardono HADINOTO To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Tuesday, March 14, 2006 1:45 AM Subject: [budaya_tionghua] Re: SBKRI: Selayang pandang (Menyongsong UU Kewarganegaraan yang Baru).....apa kiatnya? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> wrote: >. > > Saya dari dulu sudah mulai menghimbau seluruh orang yang peduli akan > negeri ini untuk melakukan aksi, jangan cuma berkoar2 di milis > menghujat2 pemerintah atau oknum2 yang korup. Bagi yang punya waktu, > cobalah untuk mengurus surat2 lewat jalan resmi, jangan lewat belakang > atau lewat calo2. Bila dimintai SBKRI, jangan kasih, tunjukkan fotocopy > Inpres dan Keppres yang sudah membatalkan keharusan menyertakan SBKRI > bila mengurus surat2. Fotocopy itu ada di bagian "Files" milis, boleh > didownload sendiri. > > Konteks memberantas oknum2 seperti ini ada 2 macam, top-down dan > bottom-up. Top-down adalah niat pemerintah untuk melaksanakan penegakan > hukum, sedangkan bottom-up adalah usaha kita, para korban pemerasan > untuk melakukan "perlawanan kecil". Top-down boleh dengan cara > melaporkan sang oknum kepada atasan atau telepon hotline SBKRI yang saya > kurang tahu masih aktif atau tidak. > Rinto Jiang > DH: Anjuran ini juga berlaku bagi kita semua, dari semua etnis. Obyek pemerasan tidak saja ditujukan bagi etnis tertentu (yang tentu saja paling dianggap mudah diperas), namun bagi semua pemakai jasa pemerintah atau negara. Ini juga saya praktekkan. Waktu cuti baru baru ini, supir saya ditahan polisi. Saya katakan pada supir saya: "jangan berdamai, biar kita ditilang!". Kepada polisi itu saya katakan: " kamu jangan biasakan minta suap! jadilah kamu abdi negara yang baik!". Petugas itu melotot dengan mata yang marah. saya tanya:" masih ada apa?" Dia jawab "tidak pak". Pada waktu memperpanjang SIM, saya dan istri pergi sendiri ke kantor SIM, tanpa biro jasa. Langkah demi langkah kami lalui. Petugas beruniform menawarkan jasa, kami jawab: " mari kita jadi warga yang patuh hukum". Di bandara: ketika mengurus fiskal dari saudara, ada yang menawarkan jasa agar hanya 50% fiskal dibayar. kami tolak, kami katakan: "kalau demikian negara miskin terus dong". Memang menyuap juga hobby kita semua, terutama yang kebetulan cukup uang, karena uang relatif tak berarti bagi kita. Tapi ini mendidik bangsa kita untuk terus terpuruk demikian. Benar mas Rinto. Salam danardono .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed] .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/