Rinto Jiang <[EMAIL PROTECTED]> menulis:    Penghormatan kepada langit 
sebenarnya bersumber dari kepercayaan tradisional masyarakat Tionghoa di zaman 
dulu, ini termasuk penghormatan jenis pertama, yaitu penghormatan kepada alam. 
Leluhur orang Tionghoa selalu menganggap alam itu sulit dijinakkan, manusia itu 
tak dapat melawan alam, sehingga alam itu patut untuk dihormati. Pertama, 
tentunya adalah langit, lalu bumi. Air muncul setelahnya, karena Tiongkok 
adalah sebuah negara kontinental.

Langit dalam penghormatan orang Tionghoa itu adalah sebuah bentuk kesatuan, 
jadi tidak ada personalisasi (pemanusiaan) langit menjadi satu dewa. Lain 
dengan bumi yang kemudian berevolusi menjadi sebuah dewa, Dewa Bumi/Tanah 
(Thotekong). Langit tidak dipersonalkan erat kaitannya dengan superioritas yang 
dilekatkan pada langit. Pengaruh feodalisme dalam kebudayaan Tionghoa kemudian 
menimbulkan kepercayaan bahwa ada pula 1 kekaisaran di atas langit sana, yang 
memberikan mandat kepada kaisar Tiongkok di dunia. Itu makanya, di papan 
penghormatan lazim di rumah2 orang Tionghoa yang masih sembahyang, biasanya ada 
tulisan Tian Gong, yang artinya, penghormatan ditujukan untuk seluruh 
kekaisaran langit. Kekaisaran langit tentu saja harus ada kaisar, maka 
diangkatlah Yu Huang Da Di sebagai kaisar langit. Yu Huang Da Di ini adalah 
bentuk penghormatan jenis keempat, penghormatan pada tokoh mitologi. Untuk 
mendekatkan tokoh2 dewa-dewi ini pada manusia, maka mereka juga di-manusia-kan. 
Yu Huang Da
 Di dipercayai mempunyai keluarga.

Ada yang menyamakan Yu Huang Da Di sebagai Tuhan, sebagaimana ada sebagian 
penganut KHC di Indonesia menjadikan Yu Huang Da Di sebagai Tuhan YME. Ini 
dikarenakan, di Indonesia kerangka agama yang diakui negara mengharuskan sebuah 
agama itu harus punya Tuhan Yang Esa, yang tunggal (monotheis). Jadi, agama 
seperti Buddha, Hindu maupun KHC terpaksa mencari sebuah nama pengakuan untuk 
mencocokkan syarat sebuah agama yang diakui negara. Sebenarnya, Yu Huang Da Di 
bukan Tuhan, dan langit juga bukan Tuhan dalam kepercayaan dan tradisi 
Tionghoa. Kalau saya boleh lancang, orang Tionghoa tidak mengenal Tuhan yang 
esa, sebagaimana orang India (Hindu) juga tidak punya konsep Tuhan yang esa. 
Lalu, apakah orang Tionghoa itu atheis? Tidak, penganut kepercayaan tradisional 
Tionghoa itu percaya ada kekuatan supranatural di dunia ini, cuma, mereka itu 
adalah penganut polytheis, lain dengan agama Timur Tengah yang monotheis.

Begitu dulu mengenai kekaisaran langit ini.


Rinto Jiang




tuhan ( 天公) adalah tidak berwujud dan berbentuk.
  semua yang dikatakan Bung Rinto Jiang benar



                
---------------------------------
Apakah Anda Yahoo!?
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

[Non-text portions of this message have been removed]



.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to