----- Original Message ----- 
From: Han Hwie Song 
To: Tionghoa-net ; Nasional-list ; K. Prawira ; Jonathan Goeij ; C.T. Chan 
Sent: Thursday, March 30, 2006 4:27 PM
Subject: Re: Han Hwie-Song: Perlawatan saya ke Jawa Jan-Febr. (bagian duapuluh 
lima)


Perlawatan saya ke Jawa Jan-Febr.  (bagian duapuluh lima)

 

Sesudah makan, makanan kecil dan perkenalan dengan teman-teman yang muda, dan 
suasana sudah saling mengenal baik, tuan rumah melihatkan dua buku pada saya 
yang baru dipublisir oleh tuan rumah. Satu buku mengenai satrawan kenamaan 
Indonesia dan saya baca serta melihat foto-foto yang sangat indah dari 
kesibukan sastrawan tersebut dan potret kebersamaan dengan berbagai 
kawan-kawannya. Ternyata kawan saya ini penerbitnya, dan dibuku ini ada 
tulisan-tulisan sambutan dan kenangan dari kawan-kawan sastrawan tersebut. Dari 
buku ini saya mengetahui bahwa satrawan ini adalah kawan baiknya tuan rumah. 
Buku yang satu lagi adalah buku yang auteurnya juga temannya dan sekarang 
tinggal diluar negeri. Kedua buku tersebut dibuat dalam bahasa Indonesia. Saya 
kurang enak membaca buku-buku ini terlalu lama, karena nanti saya dianggap 
kurang perhatian terhadap kawan-kawan yang ada disitu. Tetapi saya simpulkan 
dan katakan pada kawan-kawan semua bahwa :"Saya melihat kedua buku ini covernya 
sangat menarik dan cetakannya terawat baik. Dan yang paling penting ialah 
isinya yang saya baca secara cepat tinggi kwalitetnya. Salut atas kwalitas dan 
keindahan dari kedua buku ini."

Kami masih bicara mengenai banyak hal seperti hubungan antara RRT dan Amerika, 
meskipun kelihatan baik tetapi RRT oleh Amerika tokh dianggap sebagai "partner 
strategis"yang mempunyai banyak arti, dan mungkin pada dasarnya dianggap 
sebagai musuh baik dalam bidang ekonomi maupun militer.  Saya katakan pikiran 
saya sebagai berikut: "saya milihat dalam jangka panjang ada banyak segi-segi 
positifnya, karena adanya hubungan perdagangan antara Tiongkok dan Amerika yang 
setiap tahun berkembang, maka hubugan yang bebas antar kedua bangsa ini akan 
memberi lebih banyak keuntungan dari pada kerugian. Dan saya kira konflik 
antara RRT dan Amerika akan sangat mengurang dan pendekatan melalui perdagangan 
hanya menguntungkan hubungan yang lebih baik. Tiongkok sekarang bukan dulu, 
benderanya komunis, tetapi kalau dianalisa tatanegaranya sosial-demokrat. Kita 
dapat lihat sejarah hubungan antara USA dan Jepang, dua musuh dalam Perang 
Pacific, waktu Perang Dunia II. Karena hubungan dagang antar kedua negara telah 
begitu interwooven, dan mau tidak mau hubungan kedua rakyat, juga  makin saling 
mengikat dengan akibat hubungan yang lebih baik. Lain dengan relasi USA dan 
USSR pada jaman Perang Dingin, yang boleh dibilang tidak ada hubungan dagang 
yang erat antara kedua negeri yang besar ini dan yang ada ialah kontradiksi 
pandangan sosial politik antara kedua negara, bahkan bukan lagi merupahkan 
kontradiksi namun antagonistik.

Kawan-kawan lalu membicarakan kontribusi dari nenek moyang kita orang Tionghoa 
pada negara dan bangsa Indonesia. Selama Orba boleh dikatakan jarang atau tiada 
tulisan-tulisan tentang ini, sehingga generasi muda kita tidak mengenal 
jasa-jasa mereka. Kenyataan sejarah tidak dapat diputar balikkan, pada satu 
ketika kebenaran itu akan datang. Tetapi kebenaran bukan jatuh begitu saja dari 
langit, ini tergantung dari pada generasi muda kita, mau atau tidak menelusuri 
sejarah. Kong Fu Zi mengatakan:"Bukan kebenaran yang membesarkan manusia, 
tetapi manusialah yang membesarkan kebenaran."Karena itu kita harus menulis 
artikel-artkel mengenai pemimpin-pemimpin Tionghoa Tempo Doeloe yang telah bahu 
membahu dengan rakyat Indonesia memperjoangkan kemerdekaan negara Indonesia. 
Ada yang mengatakan:"sampai sekarang kita ini danggap hanya mementingkan soal 
perdagangan saja." Saya jawab:" sejarah tidak dapat dihapus, kebenarannya sudah 
mulai banyak ditulis, tetapi lebih penting lagi yalah menulis 
sebanyak-banyaknya artikel-artikel yang ilmiah disampingnya yang populair. 
Siapa yang tidak kenal dengan nama-nama sebagai berikut": Liem Koen Hian, Siauw 
Giok Tjhan, Drs. Yap Tjwan Bing, Mr. Yap Thiam Hien, Mr. Ko Kwat Tiong, Mr. Tan 
Poo Gwan, Dr. Sim Ki Ay, Oey Tiang Tjoei, Prof.Mr. Lie Oen Hok, Mr. Tan Eng 
Hoa, Dr. Tjoa Sik Ien, Dr. Lie Kiat Teng; Mr. Oei Tjoe Tat,  Dr. Oei Eng Die, 
Toni Wen,  Tan Kim Liong (Haji Mohamad Hassan), Dr. Lie Kiat Teng (Mohammad 
Ali), Prof. Mr. Dr. Gouw Giok Siong, Prof. Dr. Tjan Tjoe Siem , Prof Dr. Tjan 
Tjoe Som, Pang Lay Kim etc.etc. Tokoh-tokoh pers Tionghoa yalah: Tjoe Bou San, 
Kwee Hing Tjiat, Liem Koen Hian, Kwee Kek Beng, Auwjong Peng Koen, Khoe Woen 
Sioe, Kwee Tek Hoay (sastrawan), Pouw Kioe An, Nio Joe Lan  etc. etc.. 

Seperti sudah saya katakan berapa kali pada pertemuan saya dan tulisan saya 
agar Hua Yi intelektuil harus banyak menulis, menulis tentang riwayat hdup dari 
pejoang-pejoang Tionghoa, dapat dimulai dari skripsi-skripsi mahasiswa yang mau 
mengambil S1 atau S 2. dan juga tulisan-tulisan yang tidak saja mempunyai arti 
academis tetapi juga yang populer, banyak dibaca oleh rakyat biasa. Kebiasaan 
menulis dari golongan Hua Yi harus dikembangkan kembali yang sebelum Perang 
Duna II,  lebih banyak karangan-karangan yang ditulis oleh penlis Hua Yi dari 
etnis-etnis yang lain."

Nama jelek dari segelintir conglomerat hitam yang timbul pada periode Orde 
Baru, meskipun hanya sebanyak jari tangan  dalam masyarakat digeneralisasikan. 
Kampanye-kampanye anti Tionghoa terutama timbul pada waktu-waktu negara dalam 
kesulitan dalam bidang ekonomi dan politik, dan membelokkan perhatian rakyat 
ditujukan pada golongan WNI keturunan Tionghoa. Padahal mudah sekali dilihat 
bahwa golongan conglomerat hitam ini hubungan dagangannya erat-erat dengan 
elite yang berkuasa. Karena itu orang-orang Hua Yi harus mencari cara bagaimana 
dapat menerangkan pada rakyat Indonesia agar jelas dan dapat membedahkan rakyat 
Tionghoa pada umumnya dan golongan conglomerat hitam yang jumblahnya sebanyak 
jari tangan!. 

Keadaan ini berlaku sudah puluhan tahun maka tiada jalan lain dari pada 
orang-orang Tionghoa sendirilah harus mencari jalan keluar dari paradigma yang 
negatif ini. Seperti artikel-artikel saya yang lalu, saya anjurkan agar 
generasi muda yang mempunyai bakat mau aktive berpolitik dalam partai partai 
yang sudah ada. Pendidikan anak-anak kita harus bervariasi, jangan hanya, 
insinyur, managemen dan ekonomi saja, seperti yang sekarang ini, tetapi juga 
ahli hukum, jurnalistik, dua vak yang jarang saya lihat dalam golongan Hua Yi.  
Dulu nenek moyang kita banyak sekali ahli-ahli hukum kenamaan dan mereka 
menerbitkan harian-harian, majallah-majallah, buku-buku  yang berkwalitas. Maka 
saya harep agar  generasi muda kita mau banyak menulis ditujukan untuk semua 
golongan masyarakat, tidak chusus unuk golongan etnis Tionghoa saja.

Dr. Han Hwie-Song

Breda, 7 maret 2006  Holland

 

 


[Non-text portions of this message have been removed]





.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :. 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to