Ulysee bertanya bagaimana negara membedakan
antara WNA dan WNI. tetapi apa yang digugat
oleh ci meliani bukan masalah dikotomi
WNA dan WNI. ulysee jangan mempolitisir
SALTIK.

tentu saja, logika paling bodoh pun akan
membenarkan adanya perbedaan hak dan kewajiban
antara WNA dan WNI. terutama di bidang politik
menyangkut hak dipilih dan memilih.

tetapi yang menjadi masalah adalah interpretasi
WNA == Tionghoa. dan negara tidak memberi
pendidikan politik yang baik bagi rakyat
Indonesia dengan selalu mempersepsikan bahwa
WNA==Tionghoa. sedangkan identitas kewarga-negaraan
itu sepenuhnya merupakan identitas politik
bukan identitas etnik.

di negeri belanda, seorang etnik Minang atau
Jawa yang telah menerima kewarga-negaraan
Belanda diperlakukan sebagai warga-negara
yang tidak berbeda dalam perihal Hak dan
Kewajiban.

pembagian jatah bangku sekolah berdasarkan
kuota etnis tidak dapat dibenarkan. bukan
hanya untuk kepentingan Tionghoa. tetapi
suku asmat atau suku dani yang berjumlah
jauh lebih sedikit dari kuantitas etnik
Tionghoa akan dirugikan. pembagian masyarakat
didasarkan oleh etika ras seperti ini tidak
dapat diterima oleh logika sehat.

pola pikir rasis harus dibuang jauh-jauh
dari institusi pendidikan. apabila bangku
kuliah saja sudah sarat dengan aroma rasis
maka tidak mengherankan apabila HMI dan
serikat mahasiswa makasar dapat menggalang
aksi rasialis.

Indonesia pernah menerapkan kebijakan pendidikan
yang juga tidak kalah anehnya akibat dari
ketidak-mampuan membedakan dengan jelas
antara etnik TIonghoa vs Tionghoa asing dan
berakibat pada ketidak adilan di bidang
pendidikan.

diawali dari kudeta Orde Baru di mana terjadi
pemusnahan sekolah-sekolah swasta yang dikelola
oleh etnik Tionghoa.

sampai pada tanggal 28 Juli 1978 saat
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
mengeluarkan surat edaran No. SE 003/B/78
tentang MASALAH GEDUNG-GEDUNG BEKAS
SEKOLAH ASING CINA yang menolak dikembalikan
gedung-gedung sekolah swasta etnik Tionghoa
yang sebenarnya sudah WNI sejak lama.

di Univ. Negeri terjadi pembatasan kuota etnis,
sekolah swasta yang dikelola WNI etnis Tionghoa
diberangus dengan alasan 'cina asing'. jadi,
harus kemana tionghoa-tionghoa ini bersekolah??

tapi herannya, Tionghoa ini bisa survive.
entah bagaimana caranya......


Sub-Rosa II



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ulysee" <ulysee@> wrote:
>
> Melani,
>
> Bagaimanapun negara pasti membedakan warganya yang WNA dari yang
WNI.
> Logikanya, negara akan lebih mandahulukan warganegaranya sendiri
yang
> mau masuk sekolah ketimbang warganegara asing yang mau sekolah di
> universitas negeri.
> Bukankan universitas negeri disubsidi oleh pemerintah sehingga
biayanya
> murah?
> Bukankah wajar bila mendahulukan warganegara sendiri duluan
ketimbang
> warganegara asing?
> Itu kalau urusannya WNI dan WNA.
>
> Sedangkan kalau urusannya WNI keturunan (tionghoa) untuk tempat
yang
> dibatasi di universitas negeri,
> Secara logika aja nih (kalau teori musti bawa literatur lagih)
> populasi Tionghoa Indonesia berapa? 3 % kalau enggak salah.
> Dapat kursi di universitas negeri 5%? Waduh, itu sudah royal banget
> donk?
>
> Mendapatkan status WNI di Indonesia apakah mudah atau tidak,
menilainya
> dari mana? Dibandingkan sama apa?
> Membandingkan antara perjuangan nenek saya yang mau minta status
WNI
> puluhan tahun lalu,
> Dengan perjuangan enso saya, produk RRC,  yang mau minta status WNI
> kira-kira sepuluh tahun lalu,
> Nenek saya komentar, "Dulu nggak se-repot itu."
>
> So?
>
> -----Original Message-----
> From: melani chia [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> Sent: Sunday, May 21, 2006 8:56 PM
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tionghoa ter-paksa ganti nama
>
>
> Uly, kamu mestinya melihat fakta,asal tau aja,jaman orba untuk
> universitas negeri bagi warga keturunan untuk lolos tdk mudah,krn
tempat
> sangat dibatasi,entah ada 5% ngak? dari kursi yg diperebutkan,dan
> sebagai catatan, yg kamu perlu tau,walaupun udah 3 generasi hdup di
> indonesia dan merasa dirinya org Indonesia,untuk mendaptkan status
WNI
> tdk mudah,apa lg kalau modal dengkul.
>   
>   untuk yg WNA yg udah karatan di Indonesia,tdk boleh
ikut "sipenmaru".
>   
>   Ini masukan buat kamu,semoga kamu tdk hanya berbicara teori
> aja,kenyataan dilapangan lain.
>

--- End forwarded message ---










.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Kunjungi website global : http://www.budaya-tionghoa.org :.

.: Untuk bergabung : http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :.

.: Jaringan pertemanan Friendster : [EMAIL PROTECTED] :.




SPONSORED LINKS
Indonesia Culture Chinese


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke