Pertama,
di luar lingkup milis ini.

Kedua,
berpotensi debat kusir sia-sia

Ketiga,
banyak milis atau forum2 lain buat memuaskan hasrat membanggakan agama
seperti ini

Keempat,
secara tidak langsung anda sudah menghakimi yang artinya sudah memulai debat
kusir.

Kelima,
pengetahuan yang setengah-setengah kadang-kadang lebih berbahaya daripada
tahu seluruhnya atau tidak tahu sama sekali

Keenam,
saya bisa mengajukan bukti teks (dalil naqli) dan peristiwa sejarah yang
membuktikan anda salah,

Ketujuh,
pada saat yang sama saya bisa mengajukan bukti teks dan peristiwa sejarah
yang mendukung pernyataan anda,

Kedelapan,
ketika ada kontradiksi seperti itu, mau tak mau pemeluk agama harus memilih
mana yang dia percaya, (nilai agamaku di kampus A minus, sementara
teman-temanku yang lain dapat A karena aku sering mengajukan kontradiksi2
seperti itu tanpa memberikan solusi ... [memang cuma ditujukan bikin kelas
Agama yang membosankan jadi lebih ramai] )

Kesembilan,
bahkan ketika sudah berusaha seobyektif mungkin, dengan ilmu dan pengetahuan
sebanyak mungkin (shahih atau dhaif.. aql atau naql.. sanad atau matan,
peristiwa nyata atau fiktif, dll..), tetap gak bisa lepas dari
subyektivitas. Manusia cenderung untuk merasionalkan perbuatannya daripada
berbuat secara rasional.

Kesepuluh,
diteruskan seperti ini, benar-benar di luar ruang lingkup milis ini.



Saya menghormati agama apapun. Bahkan ketika ada point-point yang tidak
kusetujui dari sebuah agama, tidak pernah membuatku berprasangka.

Kenapa saya menyergah ketika saudara Ronen bertanya adakah ada agama lain
yang mengajarkan Golden Rule? Karena jujur saja, saya menangkap nada
kesombongan, karena itu saya tunjukkan link yang menunjukkan prinsip serupa
dalam agama2 lain dari seluruh dunia.

Sekarang untuk point 7 dan 8, saya tahu ada penulis-penulis Islam yang
mengatakan selain "Muslim" (perhatikan tanda petik) amalnya tidak akan
diterima dan saya tahu ada penulis-penulis Islam yang mengatakan sebaliknya.
Memberikan alasan panjang lebar masing2 penulis tadi di milis ini, berarti
di luar lingkup milis ini alias OOT.

Terlalu picik mengatakan (jangankan Islam), Kristen sebagai pecahan Yahudi
walaupun dalam sejarahnya Yesus berasal dari Yahudi dan kitab-kitab Yahudi
sebagian masih dipakai oleh Kristen (dalam Perjanjian Lama).

Terlalu picik juga mengatakan Timur sebagai hal yang pasti benar dan patut
diagung-agungkan.

Saya pernah kaget mendengar seorang Thailand yang beragama Budha (teman kost
[sharehouse] di Australia) menafsirkan konsep 'Karma' dengan begitu kejam
dan aku tidak menyangka mendengar itu justru dari pemeluk Budha sendiri.
(Seandainya yang berbicara itu seorang muslim fanatis dan bengis, mungkin
aku tidak akan sekaget itu)

Saya jadi ingat, seorang sesepuh dalam sebuah paguyuban sebuah kepercayaan
memusingkan tingkah laku para penghayat kepercayaan yang sama karena
mementingkan 'Dawuh (ucapan)' dari pendiri kepercayaan yang disebut sebagai
Romo. Menurutnya setiap 'Dawuh Romo' punya tujuan sendiri dan tidak selalu
untuk setiap orang. Karena itu, menurut sang sesepuh, para penghayat
kepercayaan tersebut seharusnya lebih memperhatikan Rasa daripada Dawuh.

Pada saat yang sama, kawan saya (dari generasi muda penghayat kepercayaan
tersebut) justru curhat pada saya karena alasan Rasa sangat subyektif dan
tidak bisa diukur kadar kebenarannya secara massal. Permasalahannya bukan
karena dia tidak percaya keberadaan Rasa, yang justru dia yakini sepenuhnya,
namun karena secara organisasi, paguyuban tersebut menjadi mandeg karena
para penghayat bisa menjadikan Rasa sebagai alasan.

Sebelum aku melantur ke mana-mana, biar kutegaskan kembali
Aku cerita, bukan untuk menghakimi siapa yang benar siapa yang salah.
Aku cerita dengan satu tujuan,
kalau niat kita buruk, konsep sebagus apapun dari agama apapun atau budaya
apapun atau ucapan siapapun bisa kita tafsirkan menjadi buruk atau kita
cari-cari kelemahannya.

Mau Golden Rule, kek. mau Ahimsa, kek.. mau Tauhid, kek.. Mau Karma, kek..
Sosialisme, Kapitalisme,  si vis pacem para bellum, Nationalism, humanism, back
to nature, toleransi, dll.. semua bisa kita cari kelemahannya kalau hati
kita sedang mendongkol.


dan aku percaya, milis ini bukan tempatnya untuk debat hal-hal seperti itu.
Ada banyak tempat di Internet untuk memuaskan hal-hal seperti itu.


Sekarang..
maukah kita menahan diri untuk tidak membahas hal-hal tersebut?
Maukah kita menahan diri untuk tidak memuaskan ego kita?
Sudah OOT, permasalahan seperti ini tidak akan berhenti..



On 12/1/06, ANDREAS MIHARDJA <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
>   Kalau menurut saya in general dan agar diskussi tidak menjadi emotionel
> saya akan mencoba analisa keadaan - dan dari analisa ini kalian dpt berdebat
> kembali. Ini ingin saya coba berikan dgn pengalaman saya dan ditambah dgn
> penglihatan saya di dunia pada umumnya.
>
> Agama yg berasal dari timur tengah yg dihasilkan dari buku2 torah purwa
> suku Yahudi yang mungklin asal dari Sumeria dan Mesir --- - seperti agama
> yahudi, kristen, catholic dan islam semua hanya baik dan peaceful untuk
> sesama aliran agama. Sifat agama ini jikalau diselidiki kitab2 "suci" mereka
> selalu mengajar bahwa siapa yg menentang ajaran mereka - Tuhan akan
> menghukum. Suku Yahudi didalam kitab2 suci mereka sering kena infiltrasi
> dari agama lain yg diketemukan didaerah mereka - dan karena itu menurut
> tulisan2 , suku yahudi dihukum menjadi budak [umpamanya Mesir atau di
> Babylonia.] Ini ajaran dirubah oleh perpecahan aliran [kristen, islam ]
> agama ini menjadi aliran2 agama yg intolerant terhadap agama lain. Yg bukan
> aliran mereka adalah kafir atau orang kristen memakai istilah heiden
> [penyembah berhala]
>








[truncated] .........
>



Dgn mendapat info diatas ini silahkan kalian berdebat "kasir" kembali Debat
> agama sampai jutaan tahun yad juga tidak akan berhenti selama tidak ada
> toleransi.[menerima sesama manusia as is]
>
> Andreas
>
>
>
> 
>



-- 
help thy brother, just or unjust


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to