Dear Pak Indarto,

Setuju bahwa 'ketionghoaan' hanya sah di dunia budaya.
Kita boleh berbudaya Tionghoa (misalnya nama, adat istiadat dll), tapi
negara tetap Indonesia, bangsa tetap Indonesia, hukum tetap UU Indonesia. 

Pembedaan lain tidak sah dan harus ditentang, seperti: 
1) Status hukum (misalnya KTP/Akta Kelahiran/SKBRI/Paspor)
Justru banyak orang yang mati-matian menolak pembedaan di
KTP/SKBRI/Paspor dll itu. Tionghoa Indonesia adalah WNI, jadi tidak
boleh dibedakan lagi status hukumnya. 
Jadi aneh dong kalau malah menunjukkan ketionghoaan dari diskriminasi
KTP yang menyakitkan hati seperti itu.

2) Ciri-ciri fisik ("Tampang ras")
Sekali lagi, banyak pribumi yang sipit dan berkulit putih. Contohnya
di Jawa Barat dan Manado. Lihat saja Peggy Melati Sukma dan Titiek
Puspa, yang secara tegas menyatakan bukan Tionghoa. Sebaliknya, banyak
Tionghoa yang berkulit sawo matang, contohnya si Ucup dari Bajaj
Bajuri, atau Jojon, atau bermata lebar (terutama yang sudah
campuran/peranakan), contohnya Nadine. Jika kita jalan di Jogja,
misalnya, akan sulit menebak seseorang itu Tionghoa atau bukan karena
semua sawo matang. Demikian pula jika ke Manado, karena semua putih2.

Karena itulah, jika sebuah lembaga, misalnya UI, ITB, IPDN, PNS
ataupun lembaga beasiswa di Taiwan, menolak ataupun mensyaratkan
"tionghoa", ada yang mempertanyakan, bagaimana membuktikannya...? 



--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, indarto tan <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:
>
> Dear semua !
>   Bagaimana mengidetifikasikan ke Tionghuaan ? Tergantung yang
menanya. Kalau yang ditanyakan kewarganegaraan, tunjukkan kartu
identitas (KTP). Kalau yang ditanyakan rasnya ya lihat saja
tampangnya. Tetapi, dimillist ini yang ditanyakan umumnya adalah
identitas budayanya. Contohnya, pada suatu hari saya ingin
mendiskusikan masalah moralitas didunia pendidikan. Saya panggil
beberapa teman yang ras Tionghua, kemudian saya tanya, apakah anda
sekalian merasa masih Tionghua ? Mereka menjawab, ya. Maka, disini
mereka mengidentifikasikan diri sebagai kelompok yang mengkui masih
mendambakan budaya Tionghua, saya selanjutnya mengajak mereka
berdiskudi tetang moral berdasar budaya Tionghua. "Tionghua" bisa
dipandang dari segi biologis, segi hukum atau segi pengakuan budaya.
Mohon tanggapan !
>   Salam buat semua !
>   Dari Indarto.Tan
> 
>  
> ---------------------------------
> We won't tell. Get more on shows you hate to love
> (and love to hate): Yahoo! TV's Guilty Pleasures list.
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Kirim email ke