Pasti Yenny,
kita tidak akan pernah meninggalkan teman2 yang pengen
ikut, kemampuan saya terbatas untuk tahu mengenai
budaya tionghoa dan peninggalan sejarah nya.
Dan karna saya senang dengan sejarah saya berusaha
untuk baca baca dari net dan setelah saya sedikit ada
bekel saya ajak teman2 untuk down to earth melihat
secara langsung sekaligus jadi bahan diskusi yang
cantik dan saling mengisi satu sama lain.

--- Yenny Yap <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> sangat tertarik, apakah ada kesempatan lain? jangan
> lupa mengajak saya.
> 
> steeve haryanto <[EMAIL PROTECTED]> wrote:         
> Peninggalan sejarah tionghoa sangat menyentuh hati.
> Panas terik tidak sama sekali membuat kami berjerit.
> Berkumpul di Mc Donald gajah mada jam sepuluh pagi.
> Molor sampai jam dua belas siang baru jalan.
> 
> Empat kendaraan satu persatu kami tumpangi.
> Bersama Alex, Jerry, dan Wahyu dari JTM.
> Ditanggapi oleh kepiawaian beberapa rekan dari Tnet
> dan Budaya tionghoa.
> Membuat suasana menjadi marak.
> 
> Segala usia mewarnai kumpulan ini.
> Berbagai intellectual terus berkumandang dengan
> estafet.
> Dari skala ringan sampai skala besar menjadi ajang
> adu
> intellectual.
> Aku senang … terasa bahwa pengetahuan adalah kekal.
> 
> Jarum jam menunjukkan jam dua belas siang.
> Berangkatlah kami ke Candranaya, sang biduan di
> tengah
> dinamika perkembangan suasana kota yang metropolis
> yang selalu berpolitis.
> Masih hidup seperti dulu.
> 
> Harapan hanya bisa menatap dari atas jembatan
> penyebrangan mewabah semua instrument keadaan
> pikiran
> kami ber 15 orang kurang lebih.
> Sungguh gempita hati ini disaat seorang Martin
> bersama
> Alex menerobos masuk dengan gaya diplomatisnya yang
> tidak pernah bisa ku bayangkan.
> 
> Kaki berbalapan dan senyum melebar menghias pelarian
> ku menghampiri kendaaraaan yang tadinya ku berpikir
> kalau tidak mungkin ku bisa mengambil gambar dan
> paling tidak hanya membangunkan kesedihan yang
> sangat
> mendua dalam dunia.
> Bagaimana tidak kawan?
> Awal sekolah apoteker pertama di Indonesia berawal
> dari sana.
> Awal pendirian rumah sakit juga berawal dari kongko
> di
> gedung sakit tersebut.
> Awal pendeklarisian merah putihnya tionghoa sehidup
> semati terhadap NKRI berawal juga disana.
> 
> Masuklah kami kedalam nya, 
> Suasana haru menghias dalam setiap tapak kaki
> melintas
> lapisan semen penuh dengan pasir hasil perkerjaan
> sipil yang telah usang bercampur debu2 kehidupan.
> Berpencar kami semua.
> Aku berlari mengejar pintu gerbang.
> Seolah ku sedang bertuan pada kakek moyang ku yang
> mengabdi pada negri.
> 
> Guratan nyata masih menyinar 
> Sampai keruangan tengah …
> Luar biasa … gelap … tidak berbau sedap
> Ornament ornamen kejayaan ukiran yang kurasa ada
> makna
> menghias di dinding setiap pintu.
> O waktu .. .terimakasih kau telah memberikan kami
> waktu untuk kembali melihat jejak sang leluhur yang
> mengabdi pada negri.
> Seolah janji dan sumpah mu masih kurasa kemarin.
> 
> Terpancar sedih melintas di wajah seorang budayawan
> Budaya tionghoa,
> Berasa seperti kemarin dia melintas pada kehidupan
> terdahulunya.
> Masih bisa kurasa kalau kau bilang sedih kawan.
> Masih bisa kumengerti kalau kau bilang benci kawan.
> Aku pun merasa demikian.
> Sang waktu maha adil, tidak pernah meninggalkan
> pengikutnya yang setia.
> Malah sang pengikut yang sering meninggalkan waktu
> dan
> berpaling pada keindahan dari negeri 4 july sebagai
> hari merdekanya.
> 
> Selesai sudah kami disana, 
> Cukup lama kami ber cerita sampai lidah tidak lagi
> bersahabat.
> Lebih dari dua batang rokok ku habiskan hanya untuk
> membuat diriku dan angan2ku puas atas keindahan
> surga
> dunia budaya.
> 
> Setelah itu kami ke Tepekong petak sembilan.
> Tempat dimana pertama kali tionghoa membuat
> kelenteng
> hanya untuk melepas kerinduan pada tanah leluhur
> yang
> tidak pernah mungkin akan kembali di cintai.
> Sekaligus menghampiri dan berduduk bersipu lapar
> disaat hari menjelang sore.
> Bernuansa keteduhan gereja tua yang ber aroma etnik
> tionghoa
> Gelak tawa menghias … seduhah kopi bergumul lidah
> tidak bertuan.
> Nasihat dan petuah bahu membahu membentuk kajian
> intellectual untuk membangun saling mencintai sesama
> generasi yang berhamburan pengalaman dan ketajaman
> dalam berpikir.
> 
> O waktu …
> Telah ku lihat kembali masa kejayaan mu wahai
> candranaya
> Telah ku lihat lagi masa indahmu wahai tepekong
> petak
> sembilan
> Telah ku lihat berulang kali masa keindahan
> penyebaran
> katholik dalam keharmonisan gereja siti de fatimah.
> 
> Tunggu kami
> Jangan kau tinggalkan kami
> Berikan kami waktu untuk mengetuk lapisan ketujuh
> dari
> bumi ini sekedar membangunkan anak nusantara untuk
> membangun negeri dan tidak meninggalkan budaya kami
> sendiri.
> 
> Bertahanlah wahai candranya
> Tanpamu Indonesia tidak akan pernah ada dan 
> Kami pun tidak akan pernah terlahir.
> 
> Terimakasih
> Steeve
> 
>
__________________________________________________________
> Never miss an email again!
> Yahoo! Toolbar alerts you the instant new Mail
> arrives.
> http://tools.search.yahoo.com/toolbar/features/mail/
> 
> 
>          
> 
>  Send instant messages to your online friends
> http://uk.messenger.yahoo.com 
> 
> [Non-text portions of this message have been
> removed]
> 
> 





       
____________________________________________________________________________________Ready
 for the edge of your seat? 
Check out tonight's top picks on Yahoo! TV. 
http://tv.yahoo.com/

Reply via email to