Generasi muda RRT pada periode Renaissance dan Enlightenment Saya akan menulis tentang pemuda dan pemudi RRT pada jaman "Revolusi Kebudayaan, yaitu Renaissance dan enlightenment"ini, karena kemajuan atau keruntuhan satu negara tergantung dari manusianya terutama dari para peimimpin negara. Menurut kebudayaan Tionghoa aliran naturalis (Lao Zi, Zhuang Zi) manusia itu sebagai air. Hati, pikiran manusia adalah sumber dan aliran dari air, bisa tenang tetapi juga bisa turbulen, bisa jernih dan butek. Tetapi orang yang bijak,Qun Zi, enlighten tidak terpengaruh oleh situasi diluar, beliau diatas kebaikan dan kejahatan, untung dan rugi, gembira dan sedih, bebas dari tergantungan. Karenanya diharepkan agar pemuda dan pemudi RRT dalam masa Renaissance dan Enlightenment ini bisa mendapatkan pendidikan dan kesadaran untuk menjadi manusia yang bijak baik dalam pikiran maupun hati. Mereka ini yang akan bertanggung jawab menggantikan pemimpin yang sekarang ini.
Pemuda pemudi post-Mao era sekarang ini jumblahnya kurang lebih 200 juta orang dan berumur diantara 20 tahunan. Umumnya mereka ini masih mendapatkan pendidikan disekolahan, sebagian sudah bekerja mencari pengalaman. Sekarang ini mereka adalah konsumen pasar dalam negeri, tetapi mereka ini akan menentukan pasar dalam dan luar negeri pada masa-masa yang akan datang. Karena kemajuan dalam sosioekonomi, ITC dan globalisasi, mau tidak mau mereka mempunyai sifat-sifat konsumsi yang sangat berlainan dengan opa dan oma mereka. Saya sudah melihat perobahan landscape dari market ekonomi RRT di mall-mall dan toko-toko di berbagai kota yang kami kunjungi. Pada kunjungan-kunjungan saya ke RRT tampak perobahan yang akan terus berjalan dimasa yang akan datang. Meskipun perobahan sudah dimulai oleh ayah dan ibu mereka yang berumur diantara 50 tahun. Perobahan pasar yang disebabkan oleh anak-anak mudah akan berpengaruh pada struktur konsumsi sosial yang total berlainan dari jaman era Mao dulu. Di mall biasanya di ruangan paling depan kalau kita masuk terdapat penjualan kosmetika bagi wanita dengan merk-merk luar dan dalam negeri. Karena orang wanita Tionghoa suka dengan perhiasan, juga di lokasi ini terdapat penjualan batu Giok, pearls, berlian, kalung, cin-cin etc. Pasaran belakangan ini juga penuh dengan semua alat-alat yang digital, foto toestel, GSM, iPod, notebook (komputer) etc. etc. Pemuda dan pemudi punya GSM disakunya dan punya notebook ditasnya, elektronika, CD, video etc. etc. Mereka kecil-kecil bisa surfing internet, Google, Yahoo, dan lain-lain alat-alat kemajuan dalam ITC yang saya tidak kenal. Mereka chatting antar keluarga melalui e-mail tentang jual beli saham dan kabar-kabar keluarga. Dengan orangtuanya atau opa, omanya mereka bicara melalui telpon, karena para seniornya tidak punya komputer dan segan untuk belajar. Mereka pada malam malam jumahat atau saptu pergi ke Disco, nyanyi Karaoke dan berdansa dengan kawan-kawannya. Saya lihat pemuda dan pemudi dari ipar saya kalau tidak ada kerjanya atau untuk menghilangkan tempo mengetik-ngetik dengan stik GSM yang paling baru, yang selalu dibawa di sakunya. Pada weekend mereka pergi dengan kawan-kawannya atau pacarnya atau berkumpul dengan keluarganya. Mereka semua lulusan universitas ada yang bekerja sebagai account manager dari satu bank, ada yang ahli bahasa Inggeris dan dikirim keluar negeri untuk perdagangan, tetapi kebanyakan ialah insinyur ada yang bekerja di pabrik baja di Wu-han, salah satu pabrik baja terbesar di RRT, ada juga yang punya perusahan. Pada hari libur panjang, mereka bervakansi di dalam negeri, mereka bisa memberi keterangan pada saya tentang tempat-tempat rekreasi, sewaktu saya tanya tentang Tai Shan dan Qufu tempat dimana Kong Fu Zi di kubur. Mereka berkata bahwa gedung-gedungnya menyerupai Gu-Gong, forbidden city di Beijing, meskipun kurang besar gedung-gedungnya. Pemuda pemudi RRT berpakean tidah bedah dengan pemuda-pemudi di luar negeri, mereka gemar pakean dengan merk dan mode yang terachir, meskipun kadang-kadang menurut optik orangtuanya tidak cocok dengan warna dan struktur dari badannya. Karena perkembangan media yang cepat mereka bisa mendapatkan informasi luas tentang trend anak muda dalam dan luar negeri. Wanita perhatikan mode pakean dan make up, si pria memperhatikan alat-alat ITC. Di jalanan banyak kios-kios berjualan berbagai majalah dimana terdapat informasi dan reklame barang-barang yang paling baru untuk penghidupan. Mereka baca dengan penuh perhatian untuk mengikuti trend dan merobah cara mereka berpakean. Ini terutama untuk golongan wanitanya, apalagi bagi keluarga yang banyak untung dalam jual beli saham-saham dalam negeri. Pemuda-pemudi yang saya tulis disini, kebanyakan dari keluarga yang punya anak satu atau dua, mereka umumnya bebas, berpikir tidak tergantung lagi pada orangtuanya. Dalam praktek penghidupan mereka berpakean dan beli barang-barang menghias rumahnya menurut keinginan mereka. Mungkin untuk menghormat pada orangtuanya, tanya pada mereka, tetapi achirnya ditentukan oleh mereka sendiri. Mereka mempunyai norma-norma yang berlainan pada orangtuanya, meskipun kebudayaan Tionghoa masih kuat, cinta pada keluarganya, menghormat orangtuanya, tetapi lebih kasih pada anak-anaknya. Satu contoh waktu keponakan kami mau beli TV yang terbaru dengan monitor yang lebar dan oleh ayahnya dilarang, karena dia sudah punya, baru beli beberapa tahun tokh masih bagus dan berfungsi dengan baik. Si anak berkata dengan ketawa:"ayah ini adalah kemauan saya, anak muda jaman sekarang lain dengan jaman anda. Kalau ayah mau ambillah TV saya untuk kalian." Saya ketawa dan berkata: "nah kau dapat TV yang lebih baik dari kau punya.." Orang tuanya berkata pada saya:"anak-anak muda jaman sekarang tidak tahu kesusahan dulu, mereka tahunya sekarang madunya yang manis." Istrinya berkata:"biarlah, mereka sudah besar, advismu tokh tidak di ikuti, cari emosi saja." Entahlah apakah ini dikatakan dengan bangga atau dengan hati yang berat. Saya berkata pada mereka dulu jaman kita masih muda, kita dianggap oleh orangtua kita tetap sebagai anaknya dan ingin terus diurus. Anak sekarang bisa berkata:"papa, saya ini sudah dewasa, sudah berkeluarga bukan anak lagi." Kami semua ketawa, memang demikianlah keadaan masyarakat jaman sekarang ini. Pakean, kesenangan dan ICT menjadi way of life dari pemuda-pemudi jaman sekarang, mereka memakai banyak uang dan tempo untuk komunikasi se-hari-hari dengan kekasihnya atau teman-temannya. Karena perkembangan kekuatan finansiil dari pemuda-pemudi ini maka pengusaha, pabrik-pabrik dan bank-bank menjadikan generasi mudah sebagai subjek dari pembicaraannya, memfokuskan produksinya dan servicenya pada mereka. Para pengusaha tahu bahwa generasi muda ini mempunyai lifestyle dan habit yang tersendiri, dan mereka inilah kelak yang menentukan pasaran dalam negeri, dan mereka ini juga yang kemudian memperkembangkan ITC dengan yang sudah ada sekarang ini sebagai dasarnya. Jangan dilupakan bahwa dengan meningkatnya standar penghidupan, para senior yang jumblahnya lebih banyak masih mempunyai kemampuan financiil bagi perkembangan ekonomi domistik dengan lifestyle dan habit konsumsinya. Memang ini adalah pandangan kebudayaan yang berlaianan, para senior senang menyimpan uang untuk menjaga-jaga kalau ada kesulitan, masih bisa ada reserve. Sebaliknya generasi mudah memakai gajinya setiap bulannya habis untuk menikmati penghidupan dengan beli barang-barang yang paling baru. Mungkin generasi mudah berfikir: uang hasil kami, suami istri kerja keras saya pakai untuk penghidupan keluarga yang enak, meskipun kami tidak menyelengi uang tetapi kami punya penghidupan berkwalitet tinggi. Mengapa tidak menikmati hidup disini dan sekarang? Setiap pagi kita bangun kita nikmati penghidupan yang hanya sekali ini. Keponakan saya berkata :"saya katakan pada orang tua saya buat apa kalian mengirit, beli ini atau itu diperhitungkan, kan kalian sudah tua, habiskanlah simpanan kalian. Ayo bervakansilah. Saya gembira bahwa kedua orang tua saya akan bervakansi ke kakak saya di Canada selama tiga bulan." Istri saya berkata pada mereka:"maksud orangtuamu ialah, pakai uang harus hati-hati, lebih baik punya uang reserve buat jaga-jaga, siapa tahu kalau ada keperluan kau masih ada ruangan untuk hiup." Keponakannya menjawab:"Ku ma punya omongan betul, tetapi saya punya dua rumah, satu yang saya tinggali sudah saya beli, dan sekarang beli rumah baru, kalau saya jual harganya sudah naik hampir separoh. Bukankah rumah celengan paling baik?" Saya manggut-manggut setujuh dengan pikiran mereka juga istri saya. Generasi mudah jaman sekarang juga punya ratio yang tinggi tidak kalah dengan kita. Mengapa generasi mudah "menghabiskan" keuangannya lebih banyak setiap bulannya dari pada kita ? Baiklah saya analisa sebagai berikut: Seperti halnya keponakan dan anak-anak dari teman-teman saya, mereka sedikit banyak masih tergantung dari orangtuanya, meskipun mereka sudah binnen dalam finansiilnya. Buktinya cucunya diambil dari sekolahan kerumah opa dan omanya, makan disitu dan anaknya kalau pulang dari kerja pergi untuk mengambil anaknya sekalian makan disana. Kalau makan direstoran saya lihat yang bayar ialah ipar saya, cinta kasih dalam keluarga masih tetap kuat, kalau perlu bisa saling membantu. Kedua mereka mempunyai kepercayaan pada pimpinan negara, dengan kebijaksanaan pimpinan ini, ekonomi RRT tetap langgeng maju terus sehingga pekerjaan dan kehidupan mereka tidak menjadi persoalan dihari depan. Saya dan istri saya berdiskusi dan achirnya kami ingin mengetahui bagaimana struktur sosioetika dari keluarga Tionghoa di RRT sekarang ini? Socioetika keluarga banyak berobah, meskipun relasi yang sama antara suami dan istri sejak dibebaskannya Tiongkok dari tahun 1949, dan equal relation ini terus berjalan sampai sekarang. Struktur dari sosioetika keluarga Tionghoa berobah dari ide tradisional menjadi keluarga yang modern dan hak-hak yang sama antara suami dan istri menjadi bagian yang nyata dalam penghidupan keluarga. Kami yang kumpul dengan adik istri saya selama sepuluh hari dan dengan keluarga dari istri mereka, dapat di simpulkan bahwa mereka lebih bebas membicarakan hal-hal tentang penghidupan, seks,meskipun omongannya berhati-hati karena adanya kami berdua. kehendakan mempunyai anak dan hari depan mereka. Perobahan dari ketergantungan menjadi kebebasan, terutama mengenai kedudukan dan hak-hak wanita. Janda, bahkan yang sudah tua menikah lagi adalah keadaan yang bisa sekarang ini, saya artikan ditrima oleh masyrakat. Sebagai contoh teman baik saya, beberapa tahun sesudah istrinya meninggal dunia beliau kawin lagi. Juga percerian di negara ini tampak mulai meningkat. Mungkin ini sebagai akibat kurangnya dari ketergantungan dan hidup yang lebih bebas. Ini mengakibatkan relasi yang kurang close seperti ajaran Budaya Tionghoa tradisionil. Etika keluarga yang dulu tertutup sekarang lebih terbuka, bahkan anda dapat baca di mass media kesulitan-kesulitan keluarga seperti mencari jodoh atau bertengkaran antara istri dan ibu mertua, bertengkarang dengan anak-anaknya etc. dan achirnya keingingan mereka menikmati hidup atau mencari hidup dengan kwalitet yang lebih tinggi. Pendapat saya ini diperoleh dari kongkou-kongkou dengan famili dan kolega-kolega sewakyu kami pergi melancong bersama-sama, atau minum dan makan bersama di resto-resto. Dengan demikian tanya jawab ini kami lakukukan dalam suasana yang tidak direncanakan sebelumnya dan fihak yang jawab tidak ada persiapan apa -apa untuk menjawab pertanyaan saya. Sehingga meskipun respondennya tidak cukup banyak orang tetapi dapat dinilai menyangkut kehidupan social, moral, norma-norma keluarga pada satu golongan ialah golongan kelas menengah. Sifat-sifat sosioekonomis dari generasi mudah ini sebetulnya dapat dimengerti, karena ini mencerminkan umur mereka dan kemauan untuk menerima semua yang baru dan modern. Kedua mereka hidup dalam suasana yang lebih baik dari orang tua mereka. Mereka menggantungkan pada cinta kasih dari orang tuanya, dan ini sifat positif dari kebudayaan Tionghoa untuk perkembangan sosial yang harmonis. Mereka tidak saja mengikuti kemauan hatinya tetapi punya reserve finansiil jaga-jaga bila kemudian diperlukan. Untuk mempersiapkan kepandaiaian generasi muda agar mempunyai tanggung jawab terhadap keluarganya dan masyarakat, jangan sampai berkembangnya sifat konsumsi yang berkelebihan perlu mendapatkan pendidikan dan bimbingan yang baik. Ada orang yang mengatakan bahwa generasi muda ini kurang sopan, berani membantah orangtuanya kalau dipandang tidak cocok dengan pandangannya. Karena sering adanya ketidak cocokan maka timbullah yang dikatakan negativisme. Satu problem dari orang tua jaman sekarang. Kalau orangtuanya berkata A anaknya menjawab dengan B. Kerena itu pengertian hidup dan toleransi penting yang dapat dimasukan dalam tabiat manusia melalui pendidikan. Saya berkata pada orangtua yang berdiskusi dengan aku tentang ini, penyelesaiannya ialah cinta kasih. Cinta kasih bisa menyelesaikan semua kontradiksi dengan anak, jangan marah bicarakanlah dengan baik-baik agar dapat pengertian. Hati anak-anak ini masih jujur dan dipengaruhi oleh emosi. Kebijakan dapat dididik dari tiga faktor: Satu pendidikan rumah, kedua pendidikan sekolah dan ketiga pendidikan masyarakat dumana mereka berkumpul. Tugas kita ialah bagaimana kita mendidik anak-anak kita menjadi orang yang baik. Salah satu yang penting ialah membuat suasana keluarga yang harmonis saling respek, cinta dan toleransi. Banyak interaksi dengan mereka apalagi pada weekend dan waktu-waktu makan bersama sambil bicara-bicara dengan santai. Semua perbuatan yang kita kerjakan baik yang positive maupun yang negative diambil oleh sianak dengan tidak sadar. Dan lama-kelamaan menjadi kebiasaan (condisionir), tanpa dipikir dikerjakan oleh anak-anak kita. Uang, hormat dan kenikmatan hidup adalah tiga sebab yang generasi mudah perlu mendapatkan perhatian. Membantu mereka bisa mikir yang betul, kreatif, memandang penting hari depan dan hidup saderhana, mempunyai konsep yang rationil, dan bagaimana bisa menghandel keuangan adalah tugas yang penting bagi orangtua, pemerintah dan mass media. Jangan melupakan untuk mendidik mereka untuk kembali belajar kebijakan Tiongkok tradisionil dan pelajaran dari ahli-ahli pikir Tiongkok yang sudah dikembangkan dan menjadi tiang penerus dari pembangunan Tiongkok yang baru, demokratis dan sejahterah. [Non-text portions of this message have been removed]