Rekan-rekan, Huruf Tionghoa sudah ada sejak zaman dinasti Shang yang disebut Jiaguwen, kemudian mengalami evolusi beberapa kali sehingga yang sekarang. Jiantizi bukan ciptaan RRT tapi sudah ada sebelumnya, zaman Kuomintang berkuasa, sudah ada Jiantizi hanya tak dikoordinir sehingga tiap orang bisa menulis hal yang sama. Jepang membuat Jiantizi sendiri, sayang saya tak punya daftarnya, tapi jelas banyak bedanya dengan fantizi atau jiantizi di RRT. Singapore mula-mula juga punya jiantizi sendiri, tapi belakangan mereka memutuskan mengikuti RRT demikian juga Malaysia. Di seluruh dunia sekarang menggunakan jiantizi, tinggal Macau, Hongkong dan Taiwan. Ketiga itu tidak mau menggunakan jiantizi karena alasan politik, mereka menunggu RRT runtuh. Dengan kembalinya Hongkong dan Macau ke RRT, tinggal Taiwan saja. Setahu saya waktu menetapkan jiantizi dan Hanyu Pinyin, banyak orang salah paham, dianggap huruf Tionghoa akan dibuang, diganti huruf latin. Waktu seorang ahli Sinologi kenamaan Jepang bahkan mengirim surat kepada pemerintah RRT meminta jangan membuang Hanzi tapi menyederhanakannya, karena memang yang fantizi terlalu sulit. Coba ada yang bisa menulis huruf yu yang sekarang disederhanakan menjadi §¡HHuruf yu meskipun sebagai jiantizi, dari dulu sudah ada. Demikian ¤ª¡A adalah yun kuno, lebih tua dari fantizi kebanyakan. Tentu saja saya tahu tepat, selalu ada yang pro dan kontra. Namanya juga manusia. Tapi apakah huruf Tionghoa Jiantizi akan dibatalkan lalu disamakan dengan Jepang? Saya sih tanda tanya besar. Dajiyuan dan Epoch adalah korannya Falungong yang selalu mengecam dan mengejek RRT demi kepentingan politik bukan demi kabaikan rakyat. Saya percaya bisa terjadi perubahan beberapa huruf agar bisa diterima yang lain, tapi tak mungkin seluruh jiantizi dibatalkan. Betulkah Tiongkok dengan penduduk 1.3 milar akan mengikuti Hongkong? Kalau jiantizi dihapus lalu pakai jiantizi Jepang, rakyat akan bereaksi keras, pemerintah dianggap menjual negara, percayalah. Pemerintah RRT tak akan berani menempuh jalan ini. Para ahli bahasa sih memang macam-macam pendapatnya, sebab mereka menganggap huruf itu mudah, beda dengan anak kecil dan rakyat jelata. Ejaan pinyin juga bukan hal yang baru, tahun 1920-an pemerintah Kuomintang menetapkan ejaan dengan huruf Latin, namanya Guoyu Romazi. Yang sampai beberapa tahun yang lalu masih sah dipakai di Taiwan, tapi rakyat jarang yang bisa. Karena ejaan itu sangat sulit, misalnya bunyi ao, bisa au, aau, ao dan aw. tergantung nadanya. Sedang i menjadi i y, ii dan ih. Belum yang lain. Coba baca kalimat di bawah ini: Nii pyngcharng chy-fann sh-bush yonq fannwoan he kuaytz ne? Dikutip dari buku Hwachyau shin Gwoyeu Dwubeen, terbitan Surabaya tahun 1949. Untuk membaca masih bisa diterka, kalau disuruh menulis, setangah mati.
Masalahnya penentuan ejaan harus disahkan Kongres Rakyat, jadi bisa saja ahli bahasa setuju tapi ditolak Kongres Rakyat. Tapi tentu saja kita yang di luar negeri tidak tahu tepatnya, kita tunggu saja. Salam Liang U ____________________________________________________________________________________ Never miss a thing. Make Yahoo your home page. http://www.yahoo.com/r/hs