Rekan-rekan semua, Da-jia-hao !
   
  Tahun 254 sebelum Masehi, Tiongkok masih dalam zaman zhan-guo, zaman 
peperangan. Tujuh negeri saling gempur berusaha manyatukan Tiongkok untuk 
menjadi satu-satunya raja besar didaratan Zhongguo. Saat itu negeri Qin semakin 
kuat, tetapi belum terkuat, sebab saat itu Qin kalah perang di Han-dan (dibaca 
‘Han-tan’, sekarang masih bernama Han-tan, sebuah kota  dipropinsi He-bei).
   
  Tahun 256 sM, negeri Qin menyerang negeri Han dan Zhao dan menang. Kemudian 
tak tanggung-tanggung, raja resmi Zhou yang tinggal nama dihabisi pula. Tatkala 
raja Qin yang bergelar Zao-xiang (dibaca ‘Cao-siang’) meninggal, cucu beliau 
yang menggantikan tahta bernama Zhuang-xiang (baca Cuang-siang) tidak sampai 
tiga tahun pun meninggal. Kemudian, putra mahkota Ying-zheng (beliau kemudian 
menjadi Qin Shi Huang, The first Emperor of China) yang baru berusia tiga belas 
tahun naik tahta. Saat itu, kekuasaan negeri Qin berada ditangan perdana 
menteri Lv Bu-wei (dibaca ‘Lui Pu-wei’, menurut cerita, Ying-zheng adalah anak 
haramnya Lv dengan sang permaisuri).
   
  Lv-Bu wei adalah seorang pedagang kaya  didaerah Yang-di (dibaca ‘Yang-ti’, 
sekarang kabupaten Yu dipropinsi He-bei), karena membantu raja Zhuang-xiang 
merebut tahta, diangkatlah beliau sebagai perdana menteri. Beliau juga meniru 
bangsawan Meng Chang-jun menghimpun banyak pengikut yang dijuluki “Men-ke” dari 
berbagai negeri.
  Saat itu dinegeri Tiongkok muncul banyak aliran keilmuan (Jia)  yang 
menawarkan kebijaksanaan menyelesaikan konflik yang berkepanjangan, dalam buku 
sejarah disebut “Bai-jia Zheng-ming” artinya seratus aliran adu argumentasi. Lu 
Bu-wei sendiri tidak bisa menulis buku, diperintahlah para pengikutnya menulis 
sebuah buku berjudul “Lv-shi Chun-qiu” atau “Kitab Chun-qiu marga Lv”. Setelah 
penulisan selesai, kitab itu digantung diatas tembok benteng dan diumumkan, 
siapa saja yang bisa mengoreksi buku itu, walau hanya menambah atau mengurangi 
sebuah huruf pun akan diberi hadiah 1000 tail emas. Nama Lu-Bu wei tersiar 
kemana-mana !
   
  Raja Ying-zheng semakin dewasa, saat dia berusia 22 tahun, didalam istana 
terjadi kerusuhan yang menyangkut Lv Bu-wei. Ying-zheng berpikiran memecat Lv, 
tetapi ternyata pengaruh Lu Bu-wei ternyata tidak kecil, maka dipaksalah Lv 
bunuh diri ! 
   
  Dengan kejatuhannya Lv Bu-wei, para bangsawan dan menteri besar saling 
berkomentar, bahwa kumpulan pengikut-pengikut (men-ke, dibaca ‘men-ge’ ) yang 
berasal dari berbagai negeri itu semua tidak punya kesetiaan, salah-salah malah 
menjadi mata-mata. Mereka mengusulkan, para “men-ke” yang bukan dari negeri Qin 
supaya diusir semua.
  Raja Qin menerima usul itu. Diturunkanlah perintah   siapa saja yang bukan 
berasal dari negeri Qin, termasuk para pembesar pun tak beduli tinggi rendah 
pangkatnya, semua diusir keluar dari negeri Qin.
   
  Ada seorang “men-ke” dari negeri Chu bernama Li Si (dibaca ‘li-se’), dia 
adalah murid tokoh Ru yang terkenal Xunzi (dibaca ‘suince’) datang kenegeri Qin 
menjadi salah satu “men-ke”nya Lv Bu-wei. Kali ini ia juga termasuk yang 
diusir, merasa sangat tidak terima, waktu meninggalkan kota Xiang-yang beliau 
menulis sebuah “zou-zhang” (dibaca ‘cou-cang’, surat yang ditulis oleh menteri 
ditujukan khusus untuk raja) kepada raja Qin.
  Dalam zou-zhang Li Si menulis : “Dahulu,  Qin Mu-gong (raja-muda Mu negeri 
Qin) dibantu Bai Li-xi (dibaca ‘Pai li-si’) dan Jian-shu menjadi “Ba” (dibaca 
‘pa’, raja-muda perkasa dalam konotasi jelek); Qin Xiao-gong dibantu Shang Yang 
dengan reformasi perundang-undangannya menjadi kuat;  Hui Wen-wang (sudah 
berpredikat ‘wang’ bukan ‘gong’ lagi) dibantu Zhang Yi, aliansi enam negara 
dipatahkan; Zhao Xiang-wang dibantu Fan Ju (dibaca fan-cui) wibawanya naik. 
Empat pemimpin itu oleh bantuan para ‘men-ke’ (juga disebut ‘ke-qing’) 
membangun usaha besar. Sekarang, setelah paduka berkuasa, para tenaga ahkli 
yang berbakat itu diusiri semua, demi negara apakah ini benar ?”
  Qin-wang Zheng, raja negeri Qin yang bernama Zheng itu merasa kata-kata Li Si 
benar juga, buru-buru Li Si yang ada ditengah jalan itu dipanggil pulang, 
dikembalikan kedudukannya dan perintah pengusiran pun dibatalkan.
   
  Setelah Li Si diangkat menjadi penasehat Qin-wang Zheng, serangan terhadap 
negara-negari kecil digencarkan dan dibarengi dengan diplomasi dan berbagai 
cara termasuk memecah belah dan menyogok, serta dengan ancaman militer mengajak 
para zhu-hou untuk bergabung dengan negeri Qin. Mendapat tekanan ini semua, 
raja An dari negeri Han merasa ketakutan, dikirimlah seorang bangsawan yang 
berpredikat Gongzi (kong-ce) bernama Han Fei pergi kenegeri Qin minta damai dan 
menyatakan bersedia menjadi protektorat negeri Qin.
   
  Han Fei adalah murid tokoh Ru, Xunzi yang sekelas dengan Li Si. Dilihatnya 
negeri Han yang semakin melemah, berkali-kali Han Fei memberi nasehat, tetapi 
selalu tidak digubris. Han Fei yang luas pengetahuannya itu tidak mendapat 
perhatian. Lalu dengan kecewa beliau menutup pintu menulis sejilid buku 
berjudul “Han Fei-zi”. Dalam buku itu Han Fei berpendirian, kekuasaan raja 
harus terpusat dan membentuk legal sistem. Buku ini menyebar kenegeri Qin. 
Melihat buku itu Qin-wang Zheng sangat kagum : “Kalau aku bisa mendapat orang 
ini betapa baiknya.”
   
  Kali ini, sebagai utusan Han  Fei pergi kenegeri Qin. Dilihatnya betapa 
kuatnya negeri Qin, ditulislah sebuah zou-zhang ditujukan kepada raja Qin 
menyatakan bersedia mengabdi pada negeri Qin demi “Yi-tong Tian-xia” (baca : 
“I-thong Thian-sia”), menyatukan seluruh Tiongkok. 
  Begitu zou-zhang ini dikirim, raja Qin belum sempat mikir apakah akan 
mengangkat Han Fei, Li Si sudah khawatir tidak karuan, takut kalu kedudukannya 
diambil alih oleh Han Fei. Buru-buru  didepan Qin-wang Zheng dia berkata : “Han 
Fei adalah bangsawan negeri Han, dalam usaha baginda menyatukan seluruh ‘kolong 
dunia’, Han Fei pasti membela kepentingan negeri Han. Sekiranya dia kembali 
kenegeri Han, akan embawa resiko bagi baginda. Daripada mendatangkan malapetaka 
dikemudian hari, lebih baik ditahan saja kalau perlu dibunuh.”
  Mendangar kata-kata itu, raja Qin menjadi bimbang. Diperintahkan orang untuk 
menahan Han Fei dan selanjutnya akan diinterogasi. Begitu dijebloskan 
kepenjara, hendak membela-diri pun Han Fei tidak sempat. Lalu Li Si mengirimi 
secawan racun dengan ‘baik hati’ menasehati Han Fei untuk bunuh diri saja ! 
  Setelah menahan Han Fei, raja Qin agak menyesal, buru-buru menyuruh orang 
melepasnya. Tetapi terlambat sudah.
  Demikianlah nasib tragis dalam sejarah seorang legalis besar  zaman Zhanguo, 
Han Feizi telah bunuh diri atas “nasehat” temannya sendiri.
   

       
---------------------------------
Be a better friend, newshound, and know-it-all with Yahoo! Mobile.  Try it now.

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke