http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=KongHuCu&id=152007
Minggu, 17 Februari 2008 Imlek; Apakah Hanya Sekadar Perayaan Budaya? Oleh Phiong Sunarto SELAMAT Tahun Baru Imlek ke-2559 bagi masyarakat Tionghoa di Kalbar khususnya umat Khonghucu. Dengan semangat baru mempersiapkan perencanaan ke depan dengan sejuta pengharapan yang lebih baik dari sebelumnya. Semoga dengan datangnya tahun baru ini membawa berkah bagi kita semua, tidak terjadi bencana lagi di mana-mana, konflik persaudaraan bisa diselesaikan dengan damai, kerukunan bermasyarakat yang makin majemuk lebih harmonis. Bagi yang merayakan, disaat Imlek apakah hanya sekedar menyajikan kue keranjang, pembagian Ang Pao, pemasangan kalimat beruntai, pernak-pernik berwarna merah, dan lainnya? Pernahkah terpikir dibenak kita bahwa Imlek begitu sarat dengan nilai keagamaan? Mari kita pikirkan bersama. Suatu kebudayaan yang bertahan dan berkembang dari zaman ke zaman pasti mengandung nilai keagamaan bukan? Seandainya suatu kebudayaan tidak mengandung nilai keagamaan, jangankan untuk berkembang, bertahan saja sulit bahkan akan hilang dengan sendirinya. Setuju? Begitu juga dengan tahun baru Imlek ini sudah tentu mempunyai nilai keagamaan yang luar biasa, di berbagai belahan dunia merayakan tanpa mengenal batas-batas negara. Imlek artinya penanggalan berdasarkan peredaran bulan, sebaliknya Yanglek berarti penanggalan yang berdasarkan peredaran matahari. Penanggalan yang digunakan sekarang merupakan penyesuaian dengan peredaran rembulan dan juga dicocokan pula dengan peredaran matahari, maka kurang lengkap jika hanya disebut Imlek saja, lebih tepatnya im-yang lek, namun penyebutan sekarang sudah seperti ini maka sulit untuk dirubah lagi. Penanggalan ini cocok untuk menentukan bulan baru dan bulan purnama serta cocok juga untuk menentukan peredaran musim. Untuk mencocokkan dengan peredaran matahari tiap 5 tahun diadakan 2 kali tahun kabisat yang dalam setahunnya berisi 13 bulan. Jadi masyarakat tionghoa jangan bingung ketika saat kabisat kok malah umurnya tambah 2 tahun bukannya 1 tahun. Ingat, yang orang tua kita terapkan adalah penanggalan im-yang lek. Jika muncul pertanyaan, penanggalan mana yang benar? Mana yang dijadikan patokan? Bisa di jawab semua penanggalan benar, baik masehi, Imlek maupun Qomariyah, hanya saja patokan obyek peredarannya yang berbeda, untuk penanggalan Masehi patokannya berdasarkan peredaran Matahari. Penanggalan Qomariyah patokannya berdasarkan peredaran Rembulan, untuk penanggalan Imlek patokannya pada peredaran Rembulan dan juga dicocokan pula dengan peredaran Matahari. Bisa kita bayangkan ribuan tahun yang lalu, nenek moyang manusia telah dapat menetapkan suatu penanggalan yang luar biasa, tanpa bantuan teropong, kalkulator, komputer sedikit pun. Namun semangat untuk belajar dari alam telah menjadikan kehebatan nenek moyang manusia yang masih terwariskan sampai sekarang. Sekarang kita tinjau perkembangan penerapan dari penanggalan ini. Ternyata penentuan awal tahun baru penanggalan ini berbeda- beda untuk tiap pergantian Dinasti. Perlu kita ketahui bahwa penanggalan merupakan ciri khas suatu Dinasti saat itu, rakyat pada saat itu tidak punya kalender, tidak punya patokan hari, mereka hanya menunggu informasi dari petugas kerajaan yang mengelilingi rumah ke rumah untuk memberitahukan apa yang harus dikerjakan, meliputi masa pembukaan lahan, masa bercocok tanam, masa panen dan sebagainya. Nah, persoalannya di daerah Khonghucu jaman itu setiap pergantian Dinasti, maka penentuan masa-masa tersebut juga berubah, hal ini disebabkan dinasti yang baru tidak mau menggunakan penentuan masa-masa bercocok tanam dari peninggalan Dinasti yang lama. Jadi penetapan hari-hari (penanggalan) merupakan ciri Dinasti yang sedang berkuasa dan tidak mungkin untuk dirubah. Begitu pula untuk penentuan awal tahun baru setiap dinasti juga berubah-ubah. Misalnya, Dinasti Ien (Yin) menetapkan awal tahun baru saat tanggal satu bulan ke duabelas Imlek, Dinasti Ciu menetapkan saat Tang Cik, Dinasti He saat permulaan musim semi(yang sekarang), dinasti Qin menetapkan saat bulan ke sepuluh Imlek. Terus, apa hubungannya dengan ajaran nabi Kong Zi? Berdasarkan Sabda nabi dalam kitab Lun Yu XV:11 terdapat percakapan antara nabi dengan muridnya yang bernama Yan Yuan bertanya tentang bagaimana mengatur Pemerintahan? Oleh nabi dijawab, (salah satu jawaban nabi) berbunyi "Pakailah penanggalan Dinasti He........". Mengapa nabi Kong Zi sampai mengucapkan sabda itu dan bagaimanakah raja Han Wu Di kemudian melaksanakan ajaran nabi dengan menetapkan penanggalan yang awal tahunnya saat permulaan musim semi? Disinilah letak kebijaksanaan seorang Nabi yang tidak mengutamakan mana yang menjadi patokan paling benar tetapi yang menjadikan alasannya adalah untuk kesejahteraan dan kebahagiaan rakyat banyak. Dengan pemberitaan dari pemerintah kepada rakyat untuk mempersiapkan masa bercocok tanam saat awal musim semi sangatlah tepat dan bijaksana sehingga rakyat bisa segera bercocok tanam disaat musim yang tepat. Bisa saudara bayangkan ketika menggunakan penanggalan dari dinasti Ien dan Ciu maka rakyat masih menanti satu-dua bulan kemudian untuk melewatkan musim dingin baru bisa melakukan masa bercocok tanam. Oleh kaisar Han Wu Di (140-86 SM) pada zaman dinasti Han (206 SM -220 SM), penanggalan Dinasti He ditetapkan sebagai penanggalan resmi negara dan sampai sekarang ini digunakan penanggalan tersebut yang awal tahun barunya pada permulaan musim semi. Sebagai tanda penghormatan kepada nabi Kong Zi maka tahun pertamanya dihitung dari tahun kelahiran nabi yakni 551 SM kemudian ditambahkan tahun masehi sekarang yaitu 2008 sehingga dijumlahkan menjadi 2559. perlu kita ketahui juga bahwa pada zaman dinasti Han ini, merupakan zaman keemasan bagi umat Khonghucu karena Agama Khonghucu ditetapkan sebagai Agama Negara. Jadi dapat disimpulkan bahwa Imlek yang kita rayakan sekarang ini tidak terlepas dari ajaran nabi yang begitu mulia dan bijaksana, memang Imlek telah ada jauh sebelum nabi Kong Zi dilahirkan. Namun, melalui beliaulah, penanggalan ini mempunyai ketetapan yakni sampai sekarang yang ke-2559, melalui ajaran beliau lah, Imlek dapat diwariskan sampai sekarang, di berbagai belahan dunia merayakan tanpa mengenal batasan waktu dan tempat. Mari pembaca, terutama umat beragama Khonghucu, jangan sampai makna Imlek hanya sekedar perayaan mewah meriah, sedangkan kita tidak mengetahui makna luar biasa yang terkandung di dalamnya. Sekarang mulai bermunculan kelompok orang yang tidak bertanggung jawab ingin mengaburkan makna Imlek itu sendiri dengan mengatakan hanya perayaan budaya biasa. Mereka tidak mencukupkan pengetahuan untuk mengali sejarah Imlek itu sendiri, mari umat Khonghucu di KalBar, pertahankan Imlek sebagai hari raya keagamaan Khonghucu, jangan membiarkan emas menjadi luntur begitu saja. Jika saudara melihat ada perayaan Imlek di berbagai tempat yang mungkin muncul pertanyaan seperti; lho kok sekarang disini juga ada perayaan Imlek padahal dulu tidak pernah ada bahkan terkesan tidak mengakui Imlek, setelah diakui negara malah ikut merayakan?, terhadap kejadian tersebut, saudara jangan bimbang karena nabi bersabda dalam Lun Yu IV:15 yang berbunyi "Jalan Suci itu satu, tetapi menembusi semuanya", saudara bisa memahami ayat ini bahwa ajaran nabi begitu luar biasa sehingga dapat menembusi semuanya, seperti kejadian diatas juga dapat menerima ajaran nabi kita. Wei De Dong Thian.** *) Penulis mahasiswa Universitas Sebelas Maret & Ketua Pemuda Agama Khonghucu (PAKIN) Solo, asal Singkawang. [Non-text portions of this message have been removed]