Sdr. Hai Hai,
Ulasan yang baik sekali, mudah-mudahan anggota milis
bisa merenungkannya tidak perduli anda beragama apa.
Salam
Liang U


--- hai hai <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> 
> 
> Diskusi tentang agama sudah berlangsung berkali-kali
> dalam
> millis ini, namun semuanya selalu berakhir di antah
> brantah, bahkan kesepakatan
> untuk tidak sepakat pun tidak pernah dicapai. Hal
> demikian nampaknya bukan
> monopoli millis budaya_tionghua saja. Banyak
> millis-millis lain yang diskusi agamanya
> justru berakhir dengan saling maki. Kenapa hal
> demikian terjadi? Bukankah semua
> diskusi itu dimulai dengan tujuan untuk mencari
> solusi, kenapa justru berakhir
> dengan situasi yang jauh lebih mengenaskan
> dibandingkan ketika memulainya?
> 
> 
>  
> 
> 
> Banyak orang yang tidak mau terlibat dalam debat
> atau
> diskusi tentang agama dengan alasan bahwa agama
> adalah keyakinan yang mustahil
> didiskusikan apalagi didiskusikan, mereka lalu
> mengajukan bukti-bukti baik
> berupa doktrin-doktrin agama yang saling
> bertentangan maupun contoh-contoh
> akhir dari diskusi-diskusi yang pernah dilakukan.
> Benarkah topik agama mustahil
> didiskusikan oleh dua atau lebih orang yang memeluk
> agama yang berbeda?
> 
> 
>  
> 
> 
> Berikut ini adalah contoh topik-topik diskusi
> tentang agama
> yang hangat didiskusikan adalah:
> 
> 
>  
> 
> 
> Kenapa
>      sebuah agama disebut agama?Ajaran
>      suatu agama.Prilaku
>      pemeluk suatu agama.Ajaran
>      sesat suatu agama.Agama
>      lain di mata pemeluk agama tertentu.Pemeluk
>      agama lain di mata pemeluk agama
> tertentu.Membandingkan
>      ajaran dua agama yang berbeda.
> 
>  
> 
> 
> Mungkinkah contoh-contoh topik tersebut di atas
> didiskusikan
> antar pemeluk agama yang berbeda? Secara logika
> semua topik-topik tersebut di
> atas bisa didiskusikan, namun kenapa diskusi-diskusi
> tentang topik-topik
> tersebut di atas selalu berkembang menjadi luar
> biasa panas dan berakhir di
> antah brantah serta menimbulkan luka di hati
> orang-orang yang mendiskusikannya?
> 
> 
>  
> 
> 
> Menurut saya, hal itu terjadi karena diskusi-diskusi
> dengan
> topik-topik tersebut di atas dilakukan dengan cara
> yang salah. Selama ini
> diskusi-diskusi dengan topik-topik tersebut di atas
> dilakukan tanpa menentukan
> BATAS-BATAS yang jelas dan tegas sehingga akhirnya
> berkembang tak terkendali. Tanpa
> pembatasan yang jelas dan tegas mustahil dapat
> melakukan diskusi dengan SISTEMATIS,
> karena sebelum suatu hal tuntas, kita sudah terlibat
> dalam hal lainnya. 
> 
> 
>  
> 
> 
> Kesalahan kedua terjadi karena kita tidak menentukan
> STANDARD atau UKURAN sebagai dasar kebenaran dalam
> diskusi tersebut. Setiap
> agama memiliki ajaran sucinya. Pada sebagian agama
> ajaran suci tersebut
> tercatat dalam kitab sucinya, namun pada agama lain
> ajaran itu diajarkan secara
> lisan. Bila kita mendiskusikan topik diskusi no 2-6
> dari contoh topik tersebut
> di atas, maka diskusi harus dimulai dengan
> menjadikan ajaran suci dari agama
> yang bersangkutan sebagai STANDARD kebenaran hingga
> tuntas baru dilanjutkan
> dengan menggunakan standard lainya. Bila sistematika
> demikian tidak diikuti,
> maka mustahil kita dapat melakukan diskusi tentang
> agama dengan benar. 
> 
> 
>  
> 
> 
> Kesalahan ketiga karena para peserta diskusi tidak
> berani
> terjun secara tuntas ke dalam diskusi tersebut. Saya
> teringat salah salah ayat
> dalam kitab Mengzi yang mengutip ucapan Kongzi
> berikut ini:
> 
> 
>  
> 
> 
> Mereka yang
> melewati gerbangku, namun tidak mau masuk ke
> rumahku, aku tidak menyesalinya. 
> 
> 
> mereka hanya orang yang mencari perhatian untuk
> mendapat
> pujian di kampung halamannya. orang yang mencari
> perhatian untuk mendapat
> pujian di kampung halamannya, adalah pencuri
> kebajikan. Mengzi VIIB:37:7 -  Jin Xin  
> 
> 
>  
> 
> 
> Walaupun yakin diri sendiri bukan orang yang
> dimaksudkan
> oleh Kongzi, namun umumnya kita berprasangka bahwa
> orang lain demikian. Kebanyakan
> umat beragama tidak mau memasuki ajaran agama orang
> lain secara tuntas karena dua
> alasan. Pertama, dia takut menemukan kebenaran dalam
> agama orang lain sehingga
> menggoyahkan iman atas agama yang dianutnya. Kedua,
> dia sudah memahami ajaran
> agama orang lain dengan baik sehingga merasa tidak
> perlu memasukinya lagi
> dengan tuntas. Umumnya umat agama demikian juga
> tidak mengizinkan pemeluk agama
> lain masuk secara tuntas ke dalam ajaran agamanya
> karena dua alasan. Pertama,
> dia takut orang lain tersebut menemukan ketidak
> sempurnaan di dalam ajaran
> agama yang dianutnya sehingga menggoyahkan imannya
> atas agama yang dianutnya.
> Kedua, dia berprasangka umat agama lain mustahil
> mampu memahami ajaran agama
> yang dianutnya dengan benar. 
> 
> 
>  
> 
> 
> Kebanyakan pemeluk agama tidak memahami ajaran
> agamanya
> dengan baik. Umumnya mereka merasa cukup dengan
> meyakini doktrin-doktrin yang
> diajarkan tanpa mempertanyakannya apalagi
> mempelajarinya secara langsung dari
> kitab sucinya. Sebagian pemeluk agama bahkan yakin
> bahwa mempertanyakan
> doktrin-doktrin agama yang mereka anut adalah dosa.
> Itu sebabnya ketika umat
> agama lain mempertanyakannya, mereka marah dan
> merasa wajib untuk membelanya
> dengan segala cara. 
> 
> 
>  
> 
> 
> Kebanyakan pemeluk agama tidak memahami ajaran agama
> orang
> lain dengan cara yang benar sehingga memiliki
> pemahaman yang tidak terjamin
> kebenarannya, namun merasa yakin dirinya memahami
> ajaran agama lain dengan
> benar. Bahkan ketika diberitahu tentang ajaran yang
> benar dia justru kekeh
> jumekeh menganggap pengetahuannyalah yang paling
> benar.
> 
> 
>  
> 
> 
> 
=== message truncated ===



      
____________________________________________________________________________________
Never miss a thing.  Make Yahoo your home page. 
http://www.yahoo.com/r/hs

Reply via email to