----- Original Message ----- 
From: Hendri Irawan
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Friday, March 28, 2008 6:48 AM
Subject: Topik Judi (Re: [budaya_tionghua] Tibet dan Media Barat,
ramai-ramai memojokka

> Di Daodejing tidak ada soal judi.
> Di Rujia juga setahu saya gak ada soal judi.
> Walaupun ada legenda yang mengatakan Majiang / Mahjong
> diciptakan oleh Kongzi sendiri. Menurut saya sih itu cuma legenda.

Terimakasih Yongde sianseng. Diskusinya jadi makin menarik, karena ahlinya
sudah 'turun tangan'...

Kongcu dan Laucu tidak singgung-singgung soal judi, artinya bisa tidak
senang, tetapi bisa juga senang pada judi.
Tetapi setidak-tidaknya tidak melarang.

Dan setahu saya (tolong koreksi kalau salah) keteladanan Kongcu dan Laucu,
besar pengaruhnya pada cara berpikir dan bertindak (dengan kata lain pada 
"budaya") orang Tionghoa. Sehingga situasi tidak melarang oleh mereka itu
kiranya turut membentuk mind-set orang Tionghoa dalam budaya judi.

- - - - - - - - - - - -

> Sebenarnya judi termasuk dalam 5 budaya "negatif" yaitu:
> - Chi (lit: makan, kont: foya-foya)
> - He (lit: minum, kont: mabuk-mabukan)
> - Piao (melacur)
> - Du (judi)
> - Yan (merokok dan candu)

Ini ajaran siapa, Hendry-heng?
Kelihatannya sama dengan "mo-limo" dalam budaya Jawa, di mana untuk orang
Jawa 5 M terlarang itu maling, minum, madon, maen, madat.
Jadi bedanya hanya M pertama, bukan foya-foya (chi/makan), tetapi mencuri.

Artinya, di budaya Jawa, mo-limo itu, karena mencuri ada di sana, levelnya
hukum pidana (KUHP), sedangkan versi budaya tionghoa yang chi he piao du yan itu
levelnya hanya kode etik saja.

- - - - - - - - - - - - -

> Sepanjang sejarah Tiongkok, kerajaan selalu berupaya
> menegakkan peraturan anti perjudian.
> Tentu saja dengan hasil yang boleh dibilang tidak ada.
> Karena pejabat pemerintahan sendiri seringkali berjudi
> (catatan Han ada yang menyebutkan pejabat yang dihukum
> karena perjudian).

Pustaka formal ketionghoaan saya belum pernah baca. Tetapi pustaka fiksi
ketionghoaan banyak sekali saya sudah baca, koq belum pernah muncul dalam
kepustakaan fiksi tentang adanya peraturan anti judi ya?

Dalam kisah-kisah Judge Bao, misalnya, tidak pernah ada episodenya yang
mempersoalkan aturan tentang judi (Kalau episode Bao Zheng tentang
gratifikasi ada. Nanti berikutnya kita bahas gratifikasi dalam budaya
tionghoa)
Kisah Hakim Bao ini menurut saya merupakan refleksi budaya tionghoa
di tingkat peraturan perundangan. Walau awal kisahnya dari jaman dinasti
Song, tetapi terus-menerus muncul penyegaran kisahnya di jaman-jaman
berikutnya.

Jadi barangkali kalau peraturan anti judi tidak ada, Hendri-heng
Yang ada adalah kode tatalaku (code of conduct) bagi pejabat negara, yang
mengatur mereka untuk menghindarkan diri nyadari akibat jelek perjudian (jadi
bukan melarang perjudiannya sendiri, dengan kata lain kalau berjudi untuk
amusement/hiburan boleh-boleh saja).

- - - - - - - - - - - -

> Perjudian bahkan sangat populer di kalangan masyarat tidak mampu.
- - -
> Komersialisasi judi sendiri dimulai pada masa Tang.
> Sedangkan bentuk-bentuk permainan yang beragam
> mulai dikembangkan semasa Song dan mencapai
> puncaknya di masa Ming.
> Orang-orang kaya di jiangnan (kanglam) banyak
> yang menginvestasikan hartanya dalam bentuk rumah judi.
> Di masa Qing, Guangdong dan Fujian adalah 2 provinsi
> yang paling menonjol perjudiannya.
> Dan dari sana pula orang Tionghoa Indonesia mayoritas berasal.

Ini memperkuat dugaan saya bahwa kalau peraturan perundangan anti perjudian
sebetulnya tidak ada.
Yang ada adalah himbauan etika saja. Itu pun bukan untuk tidak main judi,
tetapi untuk tidak terhanyut ke dampak negatif dari perjudian.

- - - - - - - - - - - -

> Mengenai judi pada pesta perkawinan benteng, 
> David Kwa pernah mengatakan bahwa 
> sebenarnya tujuan dari judi itu adalah 
> membantu pihak yang mengadakan pesta.
- - -
> Juga banyak yang menemukan judi bentuk lain:
> bursa saham dan undian.

Ini menunjukkan bahwa judi dalam budaya tionghoa bukan saja tidak dilarang,
tetapi diterima baik, bahkan berperan dalam roda perekonomian.

- - - - - - - - - - - -

> Segitu saja yang saya tahu, maklum bukan tukang judi.

He he he... tentu saja.
Dan saya juga bukan mau belajar main judi dari tukang judi.
Yang saya mau tahu adalah bagaimana dalam budaya tionghoa peranan judi untuk
menumbuh-kembangkan entrepreneurship orang Tionghoa yang terkenal tinggi
itu.

Karena banyak orang bilang Amerika Serikat maju karena bangsa itu adalah
bangsa penjudi, gambling society. Di jaman berdirinya AS, yang tidak berani
berjudi tetap tinggal di Eropa, yang berjiwa gambling yang pergi ke Dunia
Baru.

Barangkali begitu juga dengan bangsa Tionghoa. Inti budaya tionghoa adalah
berjudi! Terutama leluhur Tionghoa yang berani 'berjudi nasib' datang ke
Nanyang, termasuk ke Indonesia, seperti uraian Yongde sianseng di atas.


Wasalam.



[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to