ABS:
> > Sebenarnya judi termasuk dalam 5 budaya "negatif" yaitu:
> > - Chi (lit: makan, kont: foya-foya)
> > - He (lit: minum, kont: mabuk-mabukan)
> > - Piao (melacur)
> > - Du (judi)
> > - Yan (merokok dan candu)
> 
> Ini ajaran siapa, Hendry-heng?
> Kelihatannya sama dengan "mo-limo" dalam budaya Jawa, di mana untuk
orang
> Jawa 5 M terlarang itu maling, minum, madon, maen, madat.
> Jadi bedanya hanya M pertama, bukan foya-foya (chi/makan), tetapi
mencuri.

hy:

Sesuai falsafah budaya Tionghoa, ada penggolongan budaya menjadi yang
bersifat positif dan bersifat negatif.

Lengkapnya, 4 budaya positif:
- Qin (lit: kecapi, kont: musik/seni suara)
- Qi (lit: catur, kont: permainan/olahraga)
- Shu (lit: buku, kont: pengetahuan)
- Hua (lit: lukisan, kont: seni rupa)

4 budaya negatif, 1 budaya negatif tambahan seperti yang telah
diketikkan sebelumnya. Yang merupakan tambahan (setelah kejadian
perang candu) adalah Yan (merokok/candu).

Setahu saya ini adalah penggolongan yang umum. Detail asal-usul
penggolongan ini saya tidak tahu. Barangkali ada rekan lain yang lebih
tahu mengenai hal ini ?

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> ----- Original Message ----- 
> From: Hendri Irawan
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Friday, March 28, 2008 6:48 AM
> Subject: Topik Judi (Re: [budaya_tionghua] Tibet dan Media Barat,
> ramai-ramai memojokka
> 
> > Di Daodejing tidak ada soal judi.
> > Di Rujia juga setahu saya gak ada soal judi.
> > Walaupun ada legenda yang mengatakan Majiang / Mahjong
> > diciptakan oleh Kongzi sendiri. Menurut saya sih itu cuma legenda.
> 
> Terimakasih Yongde sianseng. Diskusinya jadi makin menarik, karena
ahlinya
> sudah 'turun tangan'...
> 
> Kongcu dan Laucu tidak singgung-singgung soal judi, artinya bisa tidak
> senang, tetapi bisa juga senang pada judi.
> Tetapi setidak-tidaknya tidak melarang.
> 
> Dan setahu saya (tolong koreksi kalau salah) keteladanan Kongcu dan
Laucu,
> besar pengaruhnya pada cara berpikir dan bertindak (dengan kata lain
pada 
> "budaya") orang Tionghoa. Sehingga situasi tidak melarang oleh
mereka itu
> kiranya turut membentuk mind-set orang Tionghoa dalam budaya judi.
> 
> - - - - - - - - - - - -
> 
> > Sebenarnya judi termasuk dalam 5 budaya "negatif" yaitu:
> > - Chi (lit: makan, kont: foya-foya)
> > - He (lit: minum, kont: mabuk-mabukan)
> > - Piao (melacur)
> > - Du (judi)
> > - Yan (merokok dan candu)
> 
> Ini ajaran siapa, Hendry-heng?
> Kelihatannya sama dengan "mo-limo" dalam budaya Jawa, di mana untuk
orang
> Jawa 5 M terlarang itu maling, minum, madon, maen, madat.
> Jadi bedanya hanya M pertama, bukan foya-foya (chi/makan), tetapi
mencuri.
> 
> Artinya, di budaya Jawa, mo-limo itu, karena mencuri ada di sana,
levelnya
> hukum pidana (KUHP), sedangkan versi budaya tionghoa yang chi he
piao du yan itu
> levelnya hanya kode etik saja.
> 
> - - - - - - - - - - - - -
> 
> > Sepanjang sejarah Tiongkok, kerajaan selalu berupaya
> > menegakkan peraturan anti perjudian.
> > Tentu saja dengan hasil yang boleh dibilang tidak ada.
> > Karena pejabat pemerintahan sendiri seringkali berjudi
> > (catatan Han ada yang menyebutkan pejabat yang dihukum
> > karena perjudian).
> 
> Pustaka formal ketionghoaan saya belum pernah baca. Tetapi pustaka fiksi
> ketionghoaan banyak sekali saya sudah baca, koq belum pernah muncul
dalam
> kepustakaan fiksi tentang adanya peraturan anti judi ya?
> 
> Dalam kisah-kisah Judge Bao, misalnya, tidak pernah ada episodenya yang
> mempersoalkan aturan tentang judi (Kalau episode Bao Zheng tentang
> gratifikasi ada. Nanti berikutnya kita bahas gratifikasi dalam budaya
> tionghoa)
> Kisah Hakim Bao ini menurut saya merupakan refleksi budaya tionghoa
> di tingkat peraturan perundangan. Walau awal kisahnya dari jaman dinasti
> Song, tetapi terus-menerus muncul penyegaran kisahnya di jaman-jaman
> berikutnya.
> 
> Jadi barangkali kalau peraturan anti judi tidak ada, Hendri-heng
> Yang ada adalah kode tatalaku (code of conduct) bagi pejabat negara,
yang
> mengatur mereka untuk menghindarkan diri nyadari akibat jelek
perjudian (jadi
> bukan melarang perjudiannya sendiri, dengan kata lain kalau berjudi
untuk
> amusement/hiburan boleh-boleh saja).
> 
> - - - - - - - - - - - -
> 
> > Perjudian bahkan sangat populer di kalangan masyarat tidak mampu.
> - - -
> > Komersialisasi judi sendiri dimulai pada masa Tang.
> > Sedangkan bentuk-bentuk permainan yang beragam
> > mulai dikembangkan semasa Song dan mencapai
> > puncaknya di masa Ming.
> > Orang-orang kaya di jiangnan (kanglam) banyak
> > yang menginvestasikan hartanya dalam bentuk rumah judi.
> > Di masa Qing, Guangdong dan Fujian adalah 2 provinsi
> > yang paling menonjol perjudiannya.
> > Dan dari sana pula orang Tionghoa Indonesia mayoritas berasal.
> 
> Ini memperkuat dugaan saya bahwa kalau peraturan perundangan anti
perjudian
> sebetulnya tidak ada.
> Yang ada adalah himbauan etika saja. Itu pun bukan untuk tidak main
judi,
> tetapi untuk tidak terhanyut ke dampak negatif dari perjudian.
> 
> - - - - - - - - - - - -
> 
> > Mengenai judi pada pesta perkawinan benteng, 
> > David Kwa pernah mengatakan bahwa 
> > sebenarnya tujuan dari judi itu adalah 
> > membantu pihak yang mengadakan pesta.
> - - -
> > Juga banyak yang menemukan judi bentuk lain:
> > bursa saham dan undian.
> 
> Ini menunjukkan bahwa judi dalam budaya tionghoa bukan saja tidak
dilarang,
> tetapi diterima baik, bahkan berperan dalam roda perekonomian.
> 
> - - - - - - - - - - - -
> 
> > Segitu saja yang saya tahu, maklum bukan tukang judi.
> 
> He he he... tentu saja.
> Dan saya juga bukan mau belajar main judi dari tukang judi.
> Yang saya mau tahu adalah bagaimana dalam budaya tionghoa peranan
judi untuk
> menumbuh-kembangkan entrepreneurship orang Tionghoa yang terkenal tinggi
> itu.
> 
> Karena banyak orang bilang Amerika Serikat maju karena bangsa itu adalah
> bangsa penjudi, gambling society. Di jaman berdirinya AS, yang tidak
berani
> berjudi tetap tinggal di Eropa, yang berjiwa gambling yang pergi ke
Dunia
> Baru.
> 
> Barangkali begitu juga dengan bangsa Tionghoa. Inti budaya tionghoa
adalah
> berjudi! Terutama leluhur Tionghoa yang berani 'berjudi nasib' datang ke
> Nanyang, termasuk ke Indonesia, seperti uraian Yongde sianseng di atas.
> 
> 
> Wasalam.
> 
> 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>


Reply via email to