so gampangnya gini aja ya , ada yg tereak2 anti ataw ngebela
diskriminasi tapi dirinye sadar gak waktu bilang cina totok jg berengsek ?

So jadi ada org yg ngaku2 dirinye gak diskriminan tapi hanya
segelintir doang dari suku itu, yg laennye suku itu mah HARAM JADAH
hehehehehehe.

Iki orgnye bener2 gak rasialis ape rasialis ya ?


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "thongshampah"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Yaa bung Tidar, 
> 
> Diskriminasi itu terjadi di mana mana diseluruh dunia, 
> dalam berbagai bentuk, level, cara dan gaya nya masing masing. 
> Selama masih ada kepentingan dan kesadaran akan eksistensi
> maka diskriminasi akan tetap eksis
> walaupun telah coba dikemas dan dihias 
> dalam bingkai hukum dan perundang undangan yang katanya adil.
> Sebab keadilan itu sendiri akan dipertanyakan eksistensinya,
> adil menurut siapa.
> 
> Tidak ada satu negarapun walau sedemokrasi apapun
> yang bebas dari diskriminasi.
> Setiap penggolongan dan pengelompokan sebagai unsur dasar
> bermasyarakat, sarat akan nuansa diskriminasi. 
> Bahkan masalah perkelaminan yang sangat natural sekalipun, 
> bagi kaum feminist bisa diangkat menjadi masalah gender.
> 
> Dan memang diskriminasi rasial dan religi 
> berada di strata terendah dalam piramida diskriminasi
> Ditambah dengan gesekan gesekan antar sesama kaum di strata bawah 
> yang juga umumnya berpendidikan rendah, 
> maka jika masalah diskriminasi ini tidak di manage baik
> maka akan semakin meluas dan memanas 
> yang pada gilirannya dapat meruntuhkan piramida sosial 
> yang sudah cendrung terbentuk stabil dengan berbagai mekanisme nya.
> 
> Bahkan seorang Jusuf Kala sekalipun, 
> secara sadar akan mengakui
> bahwa dia tidak akan terpilih menjadi presiden di negara ini
> sebab dia bukan orang Jawa.
> Kecuali ada The Shadow Government yang memiliki kepentingan atas nya
> seperti yg terjadi pada Barrack Obama
> jika tidak mustahil itu.
> 
> Adakah hukum dan perundang undangan yang membatasi dan melarangnya
> Tidak ada.
> Tapi coba saja beliau maju, kalau berani.
> Pasti akan kalah, sebab diskriminasi terstruktur dalam alam bawah
> sadar kelompok mayoritas yang tidak sesuku dengannya akan menolaknya.
> Mengapa???
> Sebab, unsur primordialisme sempit 
> masih sangat dominan berperan di starata berpendidikan rendah.
> Dan karena dia pedagang, 
> dia realistis untuk tidak buang uang percuma for nothing.
> 
> Dan, FYI 
> Masalah diskriminasi sudah dibicarakan ribuan kali di milis ini
> sudah basi, sudah out of date, sudah obsolete deh
> seperti memutar kaset usang, isi nya itu itu saja
> 
> Yang menjadi masalah adalah
> kerab kali, selalu muncul anak anak muda nan gagah perkasa
> yang bak Fabrisius di Water Loo
> muncul ujuk ujuk seolah dia adalah pahlawan sejati
> pembela demokrasi yang anti diskriminasi.
> 
> Dan setiap orang yang coba menjelaskan 
> the other side of discrimination
> selalu dianggap pro statusquo. Birokrat, antek, penjilat ect ect
> Dan dengan huruf kapital seakan berteriak sinis
> kebo kebo hijau ini selalu bertanya 
> NENEK MOYANG LO DARI MANA.
> 
> Padahal dia tahu jelas nenek moyang kita dari Tiongkok
> Dan pada saat bersamaan Tiongkok yang nenek moyang kita itu 
> juga saat ini sedang diprotes habis habisan oleh world wide
> karena masalah diskriminasi di Tibet 
> dan daerah daerah non Han lain nya.
> Jadi--- so waht getu lhooo
> Nenek moyang elo juga diskriminatif kok.
> 
> Salam Damai
> 
>  
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, tidar@ wrote:
> >
> > Jadi...diskriminasi itu adanya di pikiran sendiri 'kan? Ditambah  
> > dengan 'kebutuhan' akan duit, ato nama besar, ato gengsi' ato
sebagai  
> > 'trade mark'... pokoknya 'kepentingan pribadi'lah.......problem
tambah  
> > 'rumit en ruwet' kalo 'pribadi' ini berubah menjadi 'golongan  
> > masyarakat' ato 'birokrasi' ato 'organisasi' tertentu........pada  
> > hakekatnya orang gak bisa milih 'aku mau jadi cina' ato 'jadi jawa'  
> > ato 'jadi sunda'....ato lainnya, iya gak? Ato juga karena tugas, apa  
> > bisa menolak tanpa konsekuensi kalo, katakan, orang Jawa ditempatkan  
> > di Sumatera ato tempat lainnya di luar Jawa?.....cuma dengan adanya  
> > kesadaran bersama akan 'kepentingan' bersama, yaitu kepentingan
Negara  
> > ato bangsa secara utuh maka 'diskriminasi' bisa  
> > diminimalkan.....hehehe...sayangnya pendidikan en wawasan tiap orang  
> > berbeda, iya gak?......dalam hal ini Pemerintah saja ya gak bakal  
> > berhasil lah kalo tidak 'didukung' oleh seluruh anggota masyarakat  
> > yang 'pinter en bijak'.....sayangnya sampe sekarang nyang pinter en  
> > bijak ini masih 'hobi' keblinger....justru 'memakai' issue ini
sebagai  
> > 'alat' untuk menyamankan diri sendiri beserta kelompoknya......dan
ini  
> > merupakan 'tugas en beban' generasi ke generasi untuk lebih  
> > disempurnakan....perlu disadari pula bahwa sejak bayi diberi nama
dia  
> > sudah di'diskriminasi'kan dari yang laen, iya nggak?
> > hewan peliharaan aza dikasih nama masa orok manusia kagak, oya
nggak?  
> > Cuma perkembangan selanjutnya, hewan mah gak kenal itu  
> > diskriminasi....kantaran cuex bebek sama segala atribut nama asal
usul  
> > dsb tapi manusia justru sangat peduli
> > ....jadinya 'kalah' ama hewan dong.....!-)
> > 
> > salam damai,
> > tda
> > 
> > Quoting thongshampah <thongshampah@>:
> > 
> > > Bung Bud,s yg baik.
> > >
> > > Thongshampah, lahir di Jakarta tetapi besar di Medan.
> > > Tahun 70 an ketika SMA, Thongshampah bergabung dgn anak Cardova
> > > dan juga dengan anak anak Pondok Seng.
> > > Kita sering kumpul kumpul
> > > di Jln Sudirman, Babura, S Parman, Imam Bonjol dll
> > > dan setiap sore, apalagi malam minggu kerjanya cuma kebut kebutan,
> > > apalagi dulu Thongshampah dikenal sebagai anak maen
> > > yang naik nya Yamaha RD 125 Twin.
> > > kami nyaris tiap hari naek ke Sembahe - Bandar Baru,
> > > Dan pulangnya, tiap malam minggu,
> > > pasti banyak sekali undangan untuk pesta pesta Disco.
> > > Pokoknya nostalgia Medan 75an yang indah sekali.
> > >
> > > Dan seingat Thongshampah dulu,
> > > kalau lagi berantem antar gank,
> > > bukan Thongshampah si cina ini yg takut dengan mereka
> > > tetapi justru mereka yg mikir lawan anak Cardova dan Pondok Seng.
> > >
> > > Diskriminasi justru dialami Thongshampah bukan dari teman teman
> > > pribumi, melainkan oleh teman teman cina totok.
> > > Bisa dibayangin, anak cina kelahiran Jakarta
> > > yang gak bisa omong Hokkien tetapi sekolah di sekolah Tionghoa.
> > > Maka sebutan cina padang, kiau seng, bhak thau kak, phoa tang coan,
> > > bak kia lo dll dll dll selalu diejekkan ke Thongshampah.
> > > Dan setelah sekali dua kali kaki naik ke kepala
> > > baru ejekan itu berhenti.
> > >
> > > Dan mereka mereka yang totok ini justru sangat rasis
> > > memandang orang yang sama sama cina
> > > tetapi tidak bisa dialek Hokkien.
> > > Totally inferior, nista dan outsider.
> > >
> > > Berangkat dari hal ini, bagaimana pula cara pandang mereka
> > > terhadap orang yang mereka sebut Huana, Fan Kui, inijen
> > > dapat dibayangkan.
> > > Jadi soal diskriminasi, tergantung cara kita mengalaminya.
> > > Itulah yg menyebabkan kemudian
> > > Thongshampah mati matian belajar dialek Hokkien
> > > Supaya tidak disisihkan oleh mereka.
> > >
> > > Medan adalah wild wild west nya Indonesia
> > > semua suku ada disana, dalam komposisi yang berimbang.
> > > Dan itulah penyebab utama mengapa kerusuhan sosial
> > > jarang terjadi disana, walau semua maen dengan gayanya
> > > sebab inter dependensi yang sangat tinggi.
> > >
> > > Beberapa tahun terakhir ini ada fenomena menarik di sana
> > > Poldasu menurunkan Team Pemburu Preman,
> > > yang mengejar preman preman pengompas cina itu
> > > sampai ke sudut sudut kota.
> > >
> > > Metode represive ini, sesaat mungkin bisa menekan angka kriminalitas
> > > tetapi for the long run,
> > > akan menimbulkan benih benih kebencian yg dalam
> > > dimana seolah olah polisi kerjanya hanya membacking cina.
> > > dan bagi cina cina bebal tertentu,
> > > hanya membuat dia makin besar kepala
> > > yang memperdalam dan memperbesar social descrepancy itu.
> > >
> > > Istilah istilah "kapan dia tidak berak malam",
> > > selalu sampai ketelinga Thongshampah
> > > ketika ngobrol dengan teman teman OKP di Gedung Putih
> > > saat kunjungan ke Medan setiap tahun nya.
> > > So, marilah kita sama sama mawas diri.
> > > It takes two to Tango.
> > >
> > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "BUD'S 1" <bsugih2007@>
wrote:
> > >>
> > >> Saya juga setuju, Hukum harus ditegakan. untuk mendapatkan SIM
harus
> > > melalui
> > >> prosedur yang benar dan benar2 lulus. kalau tidak tentunya Nyawa
> > > orang lain
> > >> yang dimakan ( nyawa dia sendiri masih ngak apa2 ).
> > >>
> > >> Kalau untuk urus SIM, dijakarta dah gampang kok. ngak usah pakai
> > > calo2an.
> > >> Malah ada SIM keliling. Beberapa waktu lalu saya baru
perpanjang SIM
> > > saya,
> > >> 1.5 jam beres semua dan tanpa ada keluar uang extra. tidak seperti
> > > beberapa
> > >> tahun yang lalu. malah semasa saya kuliah pernah seharian untuk
yang
> > > urusan
> > >> ini di Komdak. Pernah juga 1/2 jam selesai karena pakai MEMO
> DINAS. Tapi
> > >> dengan melihat kondisi terakhir, sudah tidak perlulah pakai
MEMO2 AN
> > > lagi,
> > >> Tidak perlu pakai calo lagi. Semoga kinerja ini bisa dipertahankan
> > > dan bisa
> > >> menular ke Medan / POLDASU.
> > >>
> > >>
> > >
> > >
> > >
> >
>


Kirim email ke