梁
 
Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah Tiongkok, pendiri 
dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) menggunakan sistem seperti negara 
federal zaman sekarang. Dinasti dibagi dalam banyak negara bagian yang disebut 
negara zhuhou Orang-orangnya yang berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu 
hou atau zhuhou. Para penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia 
menterjemahkannya sebagai raja muda. 
 
Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian sedikit-sedikit 
melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat menjadi sangat lemah dan 
diganggu terus oleh kaum minoritas di utara.dan barat. Kaisar Xuanwang (Ciu 
Suan Ong) hanya berhasil mengatasi kesulitan negara untuk sementara atas 
jasanya pejabat yang bernama Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar 
berikutnya, negara melemah lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping 
Ong) terpaksa memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah gangguan dari 
sebelah barat. 
 
Kaisai Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang (Khang) 
menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang bernama Liangshan (di 
kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan negara Liang. Pada akhir zaman 
dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah tidak tunduk pada pemerintah pusat yang 
lemah dan saling serbu memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut 
zaman Chunqiu. Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). 
Negara Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk 
menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan kekaisaran baru 
yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin Se Ong) sebagai kaisarnya.
 
Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang menggunakan 
Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing Liang, adalah keturunan 
Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan 
Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) yang dianggap salah seorang leluhur orang 
Han. Orang Han selalu menganggap dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi 
(Yan Te) dan Huangdi. (*Ui Te).
 
Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi dengan orang 
Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang juga.
 
Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya banyak) maka pusat 
leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat leluhur atau junwang adalah tempat 
di mana xing itu berkembang menjadi xing yang besar dan didirikan sebuah 
kelenteng leluhur yang biasanya digunakan untuk penghormatan leluhur dan 
menyimpan semua silsilah orang xing tsb di tempat tsb beserta keturunannya. 
Karena orang xing Liang ini akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu tak 
praktis kalau semua harus datang bersembahyang ke junwang asli yang ribuan km 
jauhnya, padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena itu bila di tempat  yang 
baru mereka berkembang, maka didirikan junwang cabang. 
 
Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok selatan, 
terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia, Hinhua, Hakka), 
propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, orang Hakka), Hainan (orang 
Hainan yang keturunan orang Hokkian juga) dan sedikit Hakka, Guangxi (orang 
Konghu, orang Hakka) dll. 
 
Pencarian leluhur pertama biasanya mencari junwang cabang di daerah yang 
disebut di atas, zaman sekarang orang tak cukup mencari di sana, setelah ketemu 
dicari lagi leluhurnya dari mana, orang Han di Tiongkok selatan semua berasal 
dari Tiongkok utara, dicarilah junwang yang asli. Misalnya orang xing Wang 
(Ong) berhasil menemukan junwang pusatnya di Taiyuan, ibu kota propinsi Shanxi 
di Tiongkok utara sekarang.
 
Junwang cabang biasanya dapat dicari di kota kabupaten atau kota prefektorat di 
propinsi ybs. Zaman dulu orang selalu melapor kepada junwang pusat untuk 
dicatat silsilahnya, kebudayaan, buku dll yang bersangkutan dengan xing yang 
bersangkutan.
 
Xing Liang adalah dalam Mandarin, dalam dialek Hokkian menjadi Nio, Tiociu 
tetap Liang, dalam dialek Hakka menjadi Liong, sedang dalam dialek Konghu 
adalah Leung.
 
Junwang atau pusat leluhur xing Liang yang terutama ada tiga tempat:
 
1.      Anding,  terletak di perbatasan propinsi Gansu daerah Pingliang dan 
Daerah Otonomi Hui Ningxia kota Guyuan.
2.      Tianshui, propinsi Gansu
3.      Henan, dekat kota Luoyang.
 
Mencari kelenteng leluhur untuk xing kecil tidak mudah, tapi untuk xing besar 
lebih mudah. Meskipun dalam sejarah nama tempat dapat berganti, dan kelenteng 
dapat hancur karena tak terawatt rusak karena bencana alam, perang dll, 
keturunannya biasanya membangun kembali. 
 
Untuk yang masih mempunyai meja leluhur, pada dinding di belakang meja leluhur 
ada sederet huruf. Di tengah adalah gambar. Deret kiri dan kanan vertikal 
lazimnya adalah pepatah atau petuah yang dibuat oleh leluhur dari xing tersebut 
yang berhasil dalam kehidupannya. Ini diperuntukkan sebagai petuah dalam 
menempuh kehidupan anak cucunya. Di bagian atas horizontal  biasanya disebutkan 
mereka adalah dari junwang mana. Contohnya xing Liang ini dapat ditulis 
Tianshui Liangshi. Atau keluarga Liang turunan dari junwang Tianshui. Sayang 
sekarang yang menyimpan meja leluhur sudah tak banyak. Ada yang karena berganti 
agama, ada yang ketakutan dicap Cina jaman Orba. 
 
Junwang atau kampung halaman sering ditulis di atas batu nisan bongpay orang 
Tionghoa, jadi menelusur bongpay dapat dijadikan alat menelusur leluhur.
 
Sebetulnya leluhur kita tetap berjasa dan tetap itu-itu juga meskipun kita 
sudah pindah agama. Tanpa leluhur tak akan ada kita. Tanpa jasa leluhur kita 
tak akan hidup. Jadi penghormatan kepada leluhur seharusnya tetap ada, meskipun 
caranya berbeda. Kalau penghormatan dan penghargaan kepada leluhur hilang, 
terjadilah krisis orang tua seperti di negara barat, banyak yang mati baru 
ketahuan setelah busuk, sebab tinggal sendirian, bahkan ada yang bunuh diri, 
karena menderita tak ada anak cucu yang merawat.
 
Untuk mencari leluhur (xungen) dalam tahap pertama harus tahu berasal dari 
daerah mana, kabupaten apa? Misalnya kita xing Liang dari propinsi Fujian 
kabupaten Nan’an. Maka carilah ke kelenteng leluhur di situ. Kalau tak ada 
berarti orang xing Liang di situ tak banyak maka beberapa kabupaten bergabung 
menjadi satu di protektorat (keresidenan). Di sana biasanya ada. Kalau anda 
orang Hakka dari kabupaten apa? Meixian, cari ke sanalah. 
 
Kalau mau mencari junwang asli atau pusat, dari Junwang cabang sana dapat 
dicari data lagi, dari mana asal usul keluarga xing Liang di sana. 
 
Untuk: Ria_Tan 
[EMAIL PROTECTED]

--- On Sat, 6/28/08, angelulari_tan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: angelulari_tan <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: [budaya_tionghua] Nama Marga Liang
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Saturday, June 28, 2008, 10:17 AM






Bpk Liang U yang terhormat, saya ingin menanyakan asal-usul marga 
Liang, dan kata lain dari marga liang tersebut, saya membutuhkan itu 
untuk memberi nama anak2 saya kelak, karena suami saya memiliki marga 
Liang, sedangkan saya tidak terlalu familiar dengan marga Liang.
Atas perhatian dan bantuan Bapak saya ucapkan terimakasih

Best regards
-Ria_Tan-

 














      

Kirim email ke