Apa pun kondisi para imigran, tetapi kalau kita cermati yang nampak seperti 
tiang kapal di kelenteng itu, akan nampak bahwa itu barang tiruan.

Bukan tiang kapal betulan. Bahannya beda, ukurannya beda, skala/proporsinya 
beda, dan instalasinya (pemasangan/pendiriannya) juga beda.

Jadi bentuk seperti tiang kapal itu hanya maknawi/simbolik saja.

Sekarang ini kalau kita lihat bangunan-bangunan Angkatan Laut RI dan 
Direktorat Jenderal Perhubungan Laut RI, hal serupa juga nampak.
Ada tiruan tiang kapal, tiruan bendera-bendera navigasi, tiruan 
anjungan-pandang, bahkan lengkap dengan lampu merah di kiri dan lampu hijau 
di kanan. Bagaikan di kapal.
Tetapi itu juga bukan dipindah/diambil dari kapal, melainkan dibuat 'in 
situ' dan hanya bersifat maknawi/simbolik saja.

Walaupun tentu saja muatan/kandungan dan nilai-nilai makna simbolik di 
kelenteng berbeda dengan di TNI-AL/DitJen-PerLa.
Hanya menggunakan sarana paraphernalia yang sama.

Wasalam.

------------------------------------------------

----- Original Message ----- 
From: Steve Haryono
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, July 08, 2008 9:26 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] perahu-tiang layar-patung Makco.

> Mereka yang memang berniat untuk imigrasi
> mencari kehidupan baru itu biasanya miskin
> dan tidak punya kapal. Juga tidak punya
> saham di kapalnya.
> Mereka itu jadi penumpang kapal dagang itu.
> Jadi ya kapalnya balik lagi.


> ----- Original Message ----- 
> From: ibcindon
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, July 08, 2008 4:19 PM
> Subject: [budaya_tionghua] perahu-tiang layar-
> patung Makco.

> > kayanya mereka yang turun memindahkan
> > patung Makco dan tiang kapal adalah para
> > penetap. Imigran. Tanpa maksud untuk
> > kembali lagi ke kampung asalnya.
> > Jadi tidak aneh akalu mereka bersikap
> > kanibal pada perahunya.
> > jangan dirancukan dengan  perahu yang
> > bolak balik dalam rangka perdagangan. 

Reply via email to