Mr.Liang U:
 
Terima Kasih Banyak.. saya di US...Karena ini 4 arah nenek moyang paternal dan 
maternal saya
 
Tan dari Lasem Jateng - Hangzhou (Zhejiang?) koq bukan Fujian?
Tio?
Ang dari Pasuruan
Liem dari Bodjonegoro (Hokjia)
 
Also, Jalur Pribadi bisa saya email?
 
Salam Hormat
 
 
u <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: liang u <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Buku marga : terbitkan oleh Gramedia ?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, July 10, 2008, 4:09 AM











Sdr. Tandjung, 
 
Akan saya jawab secepat mungkin, bukan hari ini, sebentar harus mengantar cucu 
ke sekolah. 
Saya tinggal di Singapore, kalau anda ke Singapore boleh mampir.
 
Salam
Liang U

--- On Wed, 7/9/08, naga_tandjung <naga_tandjung@ yahoo.com> wrote:

From: naga_tandjung <naga_tandjung@ yahoo.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Buku marga : terbitkan oleh Gramedia ?
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Wednesday, July 9, 2008, 5:43 PM




Pak Liang U yang terhormat, Anda domisili di mana, saya minta tolong 
sejarah Marga Ang dan Marga Tan ?

Salam,
NT

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "ibcindon" <[EMAIL PROTECTED] .> 
wrote:
>
> Pak Liang U,
> 
> 
> 
> Kalau diperlukan saya bisa memperkenalkan Pak King Hian, dengan 
beberapa
> penerbit yang agaknya ada minat menerbitkan serta memasarkan 
bukunya. Yang
> kurang ruwetnya dari pada penerbitan Gramedia. ( maklum penerbit 
besar
> sekali, banyak naskah dan banyak yang ingin diterbitkan oleh 
mereka . Jadi
> agak jual mahal!!!! ) heheheh
> 
> 
> 
> Salam ,
> 
> Sugiri.
> 
> 
> 
> From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> [mailto:budaya_tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of liang u
> Sent: Tuesday, July 08, 2008 9:27 AM
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Buku marga : terbitkan oleh 
Gramedia ?
> 
> 
> 
> 
> Sdr. Sugiri, 
> 
> 
> 
> Karena saya tak di Indonesia, maka semua itu sudah saya serahkan 
kepada sdr.
> Liao King Hian, menurutnya memang sedang dibicarakan dengan 
Gramedia. Karena
> kesibukan sdr. Liao itu, sekarang sudah lama saya sendiri tak 
mendapat
> berita, sampai kemana prosesnya. Sdr. Liao King Hian adalah salah 
seorang
> moderator milis Budaya Tionghoa. 
> 
> 
> 
> Anda dapat menghubunginya, tapi repotnya kalau dia tak buka email. 
Mungkin
> melalui moderator agar di telpon atau minimal anda dapat telpon 
dia, dan
> tahu kapan dia dapat bicara.
> 
> 
> 
> Salam
> 
> Liang U
> 
> --- On Sun, 7/6/08, ibcindon <[EMAIL PROTECTED] .> wrote:
> 
> From: ibcindon <[EMAIL PROTECTED] .>
> Subject: [budaya_tionghua] Buku marga : terbitkan oleh Gramedia ?
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Sunday, July 6, 2008, 4:52 PM
> 
> Pak Liang U,
> 
> 
> 
> Apakah buku ini akan diterbitkan oleh Gramedia ?? Sebab Anda 
menyebutkan
> "sebagian permintaan Gramedia ??"
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> Sugiri.
> 
> 
> 
> From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@
> yahoogroups. com] On Behalf Of liang u
> Sent: Sunday, July 06, 2008 3:53 PM
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
> 
> 
> 
> 
> Zhou Xiong, 
> 
> 
> 
> Terima kasih atas usulnya. Hanyu Pinyin memang sudah dicantumkan, 
ejaan
> Indonesia lama (Hokkian ala cerita silat) sudah dicantumkan, lalu 
empat
> dialek utama di Asia Tenggara, yaitu Hokkian, Tiociu, Konghu dan 
Hakka juga
> dicantumkan, hanya ejaannya ejaan Indonesia dengan ditambah sedikit 
sana
> sini yang tak ada dalam bahasa Indonesianya, agar dapat dibaca 
tepat.
> Maksudnya agar semua orang Indonesia dapat membaca tepat nama maupun
> marganya. Mengenai ejaan Malaysia-Singapore yang kacau balau juga, 
saya tak
> punya data lengkap karena variasinya banyak, demikian juga ejaan 
Konghu di
> Hongkong saya tak mempunyai data lengkap. Misalnya saja di 
Singapore untuk
> marga Gouw Indonesia jadi Goh, Gor, Ngor dll, terlalu rumit untuk 
saya juga.
> Wade system sudah tak saya ikutkan karena saya anggap sudah 
obsolute, Hanyu
> Pinyin sudah diundang-undangkan dan diakui PBB, pendidikan Mandarin 
sudah
> intensif di seluruh dunia, penggunaan ejaan Wade hanya akan 
memperumit orang
> yang tak mengerti. Tapi biar bagaimana, akan saya rundingkan dulu 
dengan
> teman-teman.
> 
> 
> 
> Terima kasih atas masukkannya.
> 
> 
> 
> Salam
> 
> Liang U
> 
> --- On Sun, 7/6/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:
> 
> From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Sunday, July 6, 2008, 5:04 AM
> 
> Liang Xiong,
> 
> 
> 
> sekedar usul, dalam buku, selain dicantumkan nama marga dalam aksara
> Tionghoa, mungkin bisa dicantumkan romanisasinya dalam hanyupinyin, 
sekalian
> romanisasinya dalam ejaan wadegill. juga padanannya di Singapore( 
Hokian dng
> ejaan Inggris), sekalian padanannya dalam cantonis yang populer di 
Hongkong.
> 
> 
> 
> ZFy
> 
> 
> 
> ----- Original Message ----
> From: liang u <[EMAIL PROTECTED] com>
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Sent: Sunday, July 6, 2008 9:55:03 AM
> Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
> 
> 
> Xuan Tong xiong, nin hao, 
> 
> 
> 
> Rikuh saya disebut qianbei oleh anda, meskipun tampaknya anda 
memang lebih
> muda dalam usia dari saya, tapi dalam pengetahuan ke-Tionghoaan 
anda adalah
> lebih dari saya, oleh karena itu sebaiknya lain kali panggil saya 
xiong saya
> dah.
> 
> 
> 
> Mengenai buku, karena saya sudah tak menetap di Indonesia, juga tak 
tahu
> perkembangan di Indonesia (memang tahu dari berita, tapi mendengar 
tidak
> sebaik merasakan), maka semuanya sudah saya serahkan kepada sdr. 
King Hian.
> Di dalamnya kalau dilihat sekarang masih ada yang perlu diralat, 
misalnya
> junwang, saya tulis qunwang. Lalu cara baca sne secara umum, ada 
yang kurang
> tepat, artinya ternyata di Indonesia orang Hokkian banyak 
menggunakan Snui
> (Ciangciu peq), sedang di Singapore menggunakan Sng (Cuanciu peg). 
Dalam
> tulisan itu saya masih menonjolkan Sng. Sudah saya beritahu sdr. 
King Hian. 
> 
> 
> 
> Memang buku itu tujuan saya hanya untuk menambah pengetahuan orang 
Tionghoa
> Indonesia, terutama yang sudah tak dapat membaca huruf Tionghoa, 
agar tahu
> minimal mengenai sne-nya, bukan untuk mencari uang, sehingga untuk 
saya asal
> ada yang mau menerbitkan sudah puas. Itu semua sudah saya serahkan 
kepada
> sdr. King Hian. Jadi saya harap Xuan Tong bicara dengan King Hian, 
tidak
> perlu meminta persetujuan saya, kecuali kalau penerbit mau memotong 
isinya.
> Sebagian perubahan berdasarkan permintaan Gramedia juga sudah 
dikerjakan
> oleh sdr. King Hian. 
> 
> 
> 
> Terima kasih atas perhatian anda, memang menyesal sekali kita tak 
dapat
> bercakap-cakap ketika bertemu di Singapore. Saya sebetulnya sudah 
menunggu
> kedatangan anda, hanya mendadak Adrian mengatakan hanya bisa 
bertemu di
> station. 
> 
> 
> 
> Konsep buku ada dua, satu tentang sne yang cukup tebal meskipun 
ringkas,
> kedua tentang nama, yang cukup singkat, jadi tak tebal. Dalam nama 
saya tak
> mengerti peq-ji, jadi kalau perlu saya minta King Hian 
menambahkannya.
> Mengenai nama huruf yang saya pilih sudah meliputi kebanyakan yang
> dipergunakan orang di Indonesia, dan dalam cerita-cerita modern. 
Setelah
> akhir-akhir ini saya sering berkeliling ke pelosok-pelosok di 
Tiongkok ,
> saya menemukan banyak huruf yang di Indonesia tak pernah dipakai 
nama,
> sedang di sana lazim. Din Tiongkok selatan, misalnya propinsi asal 
Huaqiao
> memang namanya (huruf yang dipergunakan) lebih mirip dengan yang
> dipergunakan di Indonesia, baik orang Han, maupun minoritas lain. 
Sedang di
> utara banyak menggunakan huruf yang jarang kita pergunakan untuk 
nama di
> Indonesia.
> 
> 
> 
> Mengenai ejaan waktu itu sepakat dengan sdr. King Hian untuk 
memperbaiki
> ejaan Belanda yang tak dapat mencerminkan bunyi Hokkian 
sesungguhnya. Tapi
> ejaan Hokkian yang dibuat Xiamen University terlalu sulit untuk 
orang
> Indonesia, demikian juga ejaan di Taiwan. Jadi kita memperbaiki 
ejaan lama
> saja diganti ejaan baru dan menambahkan bunyi hidung yang tak ada 
dalam
> ejaan Belanda. 
> 
> 
> 
> Ternyata banyak memang salah sangka, orang Tionghoa sekarang 
menganggap
> snenya itu adalah tulisan baku, jadi berlaku secara internasional 
termasuk
> di Tiongkok. Muncullah orang yang sne Tjan mencari leluhurnya, dan 
semua
> orang menggelengkan kepala termasuk orang dari Tiongkok, Hongkong 
dan
> Singapore, "Tak ada sne itu" jawab mereka.
> 
> Akubatnya si penanya jadi timbul tanda tanya, apakah betul saya ini 
orang
> Tionghoa? Koq di Tiongkok sendiri tak ada sne Tjan?
> 
> 
> 
> Di milis juga kelihatan banyak yang ragu, hanya karena ejaan dengan 
basis
> bahasa Belanda beda dengan ejaan dengan basis bahasa Inggeris yang 
berlaku
> di Singapore, Malaysia dan Hongkong. Sne Lee di Singapore ternyata 
Lie di
> Indonesia, Teo di Singapore ternyata Thio di Indonesia, Gouw di 
Indonesia
> ternyata Goh atau Gor di Singapore.
> 
> 
> 
> Oleh karena itu selain menyeragamkan ejaan yang cocok untuk 
Indonesia, kita
> ingin membekali orang Tionghoa Indonesia yang sudah tidak mengerti 
huruf
> Tionghoa dengan huruf Tionghoa bagi snenya, kalau mungkin dengan 
namanya.
> Sehingga kemanapun ia bertanya orang mengerti. Misalnya agar tahu 
sne Tjan
> tadi adalah $BA=(B Zeng. Dengan bertanya asal usul snenya dengan 
membawa
> huruf Mandarin itu, maka ia akan mendapat jawaban yang benar dan 
pasti. 
> 
> 
> 
> Salam dan terima kasih perhatian anda bagi tulisan kami.
> 
> 
> 
> Liang U
> 
> --- On Sat, 7/5/08, perfect_harmony2000 <perfect_harmony200 0 
@yahoo.com>
> wrote:
> 
> From: perfect_harmony2000 <perfect_harmony200 0 @yahoo.com>
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Nama Marga Liang
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Saturday, July 5, 2008, 8:11 PM
> 
> Liang laoqianbei,
> 
> sebelumnya saya minta maaf, pada saat pertemuan pertama kita itu 
tidak
> pada saat yang tepat dan waktu yang luang. Mohon Liang qianbei
> memaafkan kesibukan wanbei.
> 
> Liang qianbei, buku marga yang anda susun itu begitu berharga dan 
saya
> pribadi mengatakan buku marga yang anda susun sebenarnya jauh lebih
> lengkap daripada buku marga Tionghoa yang diterbitkan dalam bahasa
> Indonesia.
> 
> Saya pernah menanyakan kepada sdr.King Hian kendala apa yang
> menghambat penerbit tidak mau menerbitkan ?
> Apakah hanya masalah editing ? 
> Jika masalah editing, saya minta ijin untuk membantu qianbei.
> 
> Terimakasih atas perhatiannya.
> 
> Hormat saya,
> 
> Xuan Tong
> --- In budaya_tionghua@ <mailto:budaya_ tionghua% 40yahoogroups. com>
> yahoogroups. com, liang u <liang_u@ > wrote:
> >
> > $BNB(B
> > 
> > Pada zaman dinasti Zhou (Ciu), dinasti ketiga dalam sejarah
> Tiongkok, pendiri dinasti kaisar Zhou Wuwang (Ciu Bu Ong) 
menggunakan
> sistem seperti negara federal zaman sekarang. Dinasti dibagi dalam
> banyak negara bagian yang disebut negara zhuhou Orang-orangnya yang
> berjasa diangkat sebagai kepala negara yaitu hou atau zhuhou. Para
> penerjemah cerita kuno dan cerita silat di Indonesia 
menterjemahkannya
> sebagai raja muda. 
> > 
> > Dinasti Zhou berdiri abad 11 sebelum Masehi, tapi kemudian
> sedikit-sedikit melorot, sampailah suatu ketika pemerintah pusat
> menjadi sangat lemah dan diganggu terus oleh kaum minoritas di
> utara.dan barat. Kaisar Xuanwang (Ciu Suan Ong) hanya berhasil
> mengatasi kesulitan negara untuk sementara atas jasanya pejabat yang
> bernama Qin Zhong (Cin Tiong). Tapi waktu kaisar berikutnya, negara
> melemah lagi, sampai akhirnya kaisar Zhou Pingwang (Ciu Ping Ong)
> terpaksa memindahkan ibukota ke sebelah timur untuk mencegah 
gangguan
> dari sebelah barat. 
> > 
> > Kaisai Zhou Pingwang mengangkat cucu Qin Zhong yang bernama Kang
> (Khang) menjadi rajamuda di suatu tempat di propinsi Shaanxi yang
> bernama Liangshan (di kota Hancheng sekarang). Di sanalah didirikan
> negara Liang. Pada akhir zaman dinasti Zhou negara zhuhou ini sudah
> tidak tunduk pada pemerintah pusat yang lemah dan saling serbu
> memperluas wilayah masing-masing, zaman ini disebut zaman Chunqiu.
> Pada saat itulah negara Liang dihancurkan negara Qin (Tjin). Negara
> Qin ini akhirnya berhasil mengalahkan seluruh lawannya termasuk
> menghancurkan dinasti Zhou yang sudah lemah, dan mendirikan 
kekaisaran
> baru yaitu dinasti Qin (Tjin) dengan Qin Shihuang (Tjin Se Ong)
> sebagai kaisarnya.
> > 
> > Sebagaimana kebiasaan waktu itu, anak cucu keturunan raja Liang
> menggunakan Liang sebagai xing (sne, marga) nya. Jadi orang xing
> Liang, adalah keturunan Qin Zhong, sedang Qin Zhong adalah keturunan
> Bo Yi, Bo Yi adalah keturunan Huangdi (*Ui Te atau Kaisar Kuning) 
yang
> dianggap salah seorang leluhur orang Han. Orang Han selalu 
menganggap
> dirinya adalah keturuan Yan-Huang yaitu Yandi (Yan Te) dan Huangdi.
> (*Ui Te).
> > 
> > Sne Liang mempunyai tambahan dari suku non Han yang terasimilasi
> dengan orang Han dan mengganti xingnya dari Balielan menjadi Liang 
juga.
> > 
> > Karena Liang adalah xing yang besar (yang jumlah penduduknya 
banyak)
> maka pusat leluhurnya juga ada beberapa tempat. Pusat leluhur atau
> junwang adalah tempat di mana xing itu berkembang menjadi xing yang
> besar dan didirikan sebuah kelenteng leluhur yang biasanya digunakan
> untuk penghormatan leluhur dan menyimpan semua silsilah orang xing 
tsb
> di tempat tsb beserta keturunannya. Karena orang xing Liang ini
> akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok, tentu tak praktis kalau semua
> harus datang bersembahyang ke junwang asli yang ribuan km jauhnya,
> padahal lalu lintas zaman dulu sulit, karena itu bila di tempat yang
> baru mereka berkembang, maka didirikan junwang cabang. 
> > 
> > Hampir semua orang Tionghoa di Indonesia berasal dari Tiongkok
> selatan, terbanyak dari propinsi Fujian (orang Hokkian, Hokchnia,
> Hinhua, Hakka), propinsi Guangdong (orang Konghu, orang Tiociu, 
orang
> Hakka), Hainan (orang Hainan yang keturunan orang Hokkian juga) dan
> sedikit Hakka, Guangxi (orang Konghu, orang Hakka) dll. 
> > 
> > Pencarian leluhur pertama biasanya mencari junwang cabang di 
daerah
> yang disebut di atas, zaman sekarang orang tak cukup mencari di 
sana,
> setelah ketemu dicari lagi leluhurnya dari mana, orang Han di 
Tiongkok
> selatan semua berasal dari Tiongkok utara, dicarilah junwang yang
> asli. Misalnya orang xing Wang (Ong) berhasil menemukan junwang
> pusatnya di Taiyuan, ibu kota propinsi Shanxi di Tiongkok utara 
sekarang.
> > 
> > Junwang cabang biasanya dapat dicari di kota kabupaten atau kota
> prefektorat di propinsi ybs. Zaman dulu orang selalu melapor kepada
> junwang pusat untuk dicatat silsilahnya, kebudayaan, buku dll yang
> bersangkutan dengan xing yang bersangkutan.
> > 
> > Xing Liang adalah dalam Mandarin, dalam dialek Hokkian menjadi 
Nio,
> Tiociu tetap Liang, dalam dialek Hakka menjadi Liong, sedang dalam
> dialek Konghu adalah Leung.
> > 
> > Junwang atau pusat leluhur xing Liang yang terutama ada tiga 
tempat:
> > 
> > 1. Anding, terletak di perbatasan propinsi Gansu daerah
> Pingliang dan Daerah Otonomi Hui Ningxia kota Guyuan.
> > 2. Tianshui, propinsi Gansu
> > 3. Henan, dekat kota Luoyang.
> > 
> > Mencari kelenteng leluhur untuk xing kecil tidak mudah, tapi untuk
> xing besar lebih mudah. Meskipun dalam sejarah nama tempat dapat
> berganti, dan kelenteng dapat hancur karena tak terawatt rusak 
karena
> bencana alam, perang dll, keturunannya biasanya membangun kembali. 
> > 
> > Untuk yang masih mempunyai meja leluhur, pada dinding di belakang
> meja leluhur ada sederet huruf. Di tengah adalah gambar. Deret kiri
> dan kanan vertikal lazimnya adalah pepatah atau petuah yang dibuat
> oleh leluhur dari xing tersebut yang berhasil dalam kehidupannya. 
Ini
> diperuntukkan sebagai petuah dalam menempuh kehidupan anak cucunya. 
Di
> bagian atas horizontal biasanya disebutkan mereka adalah dari 
junwang
> mana. Contohnya xing Liang ini dapat ditulis Tianshui Liangshi. Atau
> keluarga Liang turunan dari junwang Tianshui. Sayang sekarang yang
> menyimpan meja leluhur sudah tak banyak. Ada yang karena berganti
> agama, ada yang ketakutan dicap Cina jaman Orba. 
> > 
> > Junwang atau kampung halaman sering ditulis di atas batu nisan
> bongpay orang Tionghoa, jadi menelusur bongpay dapat dijadikan alat
> menelusur leluhur.
> > 
> > Sebetulnya leluhur kita tetap berjasa dan tetap itu-itu juga
> meskipun kita sudah pindah agama. Tanpa leluhur tak akan ada kita.
> Tanpa jasa leluhur kita tak akan hidup. Jadi penghormatan kepada
> leluhur seharusnya tetap ada, meskipun caranya berbeda. Kalau
> penghormatan dan penghargaan kepada leluhur hilang, terjadilah 
krisis
> orang tua seperti di negara barat, banyak yang mati baru ketahuan
> setelah busuk, sebab tinggal sendirian, bahkan ada yang bunuh diri,
> karena menderita tak ada anak cucu yang merawat.
> > 
> > Untuk mencari leluhur (xungen) dalam tahap pertama harus tahu
> berasal dari daerah mana, kabupaten apa? Misalnya kita xing Liang 
dari
> propinsi Fujian kabupaten Nan$B!G(Ban. Maka carilah ke kelenteng 
leluhur di
> situ. Kalau tak ada berarti orang xing Liang di situ tak banyak maka
> beberapa kabupaten bergabung menjadi satu di protektorat
> (keresidenan) . Di sana biasanya ada. Kalau anda orang Hakka dari
> kabupaten apa? Meixian, cari ke sanalah. 
> > 
> > Kalau mau mencari junwang asli atau pusat, dari Junwang cabang 
sana
> dapat dicari data lagi, dari mana asal usul keluarga xing Liang di 
sana. 
> > 
> > Untuk:$B!!#R# i#a!2#T#a# n!!(B
> > angelulari_tan@ ...
> > 
> > --- On Sat, 6/28/08, angelulari_tan <angelulari_ tan@> wrote:
> > 
> > From: angelulari_tan <angelulari_ tan@>
> > Subject: [budaya_tionghua] Nama Marga Liang
> > To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> <mailto:budaya_ tionghua% 40yahoogroups. com> 
> > Date: Saturday, June 28, 2008, 10:17 AM
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > Bpk Liang U yang terhormat, saya ingin menanyakan asal-usul marga 
> > Liang, dan kata lain dari marga liang tersebut, saya membutuhkan 
itu 
> > untuk memberi nama anak2 saya kelak, karena suami saya memiliki 
marga 
> > Liang, sedangkan saya tidak terlalu familiar dengan marga Liang.
> > Atas perhatian dan bantuan Bapak saya ucapkan terimakasih
> > 
> > Best regards
> > -Ria_Tan-
> >
>


 














      

Kirim email ke