Sdr.Sdr. Milis yang baik Bicara tentang bahasa gua, uwe, saya pernah menganalisa mungkin setengah tahun yang lalu dimilis URECA. Gua atau Wa (Minnan) dan Ngua (Hokjia) adalah dari dialek bahasa mandarin Wo. Jadi perkataan gua adalah dari dialek Minnan (selatan dari sungai Min di Hokkian diantara Xiamen. Uwe menurut saya dipakai bahasa WenYen (Tiongkok kuno) yang dulu dipakai oleh orang yang terpelajar dari bahasa Oe atau Wu (tulisannya ialah diatas lima dibawa mulut) yang artinya ialah saya Ini adalah analisa saya, karena bahasa Putonghua, dulu namanya Bai Hua Wen ialah bahasa rakyat yang pada masa permulaan abad keduapuluh dianjurkan oleh Lu Xun, Dr. Hu Shih, Liang Chi Chao dan lain-lainnya agar dipakai bahasa Bai-Hua, bahasa yang dipakai oleh rakyat umum. Ini juga demikian dalam bahasa Indonesia, yang dipakai bukan bahasa mayoritas yaitu bahasa Jawa, tetapi mahasa minoritas Melayu. Tentang ini juga sudah sudah saya bahas dalam artikel-artikel saya dengan judul bahasa Melayu Tionghoa. Bahasa Melayu sudah dipakai secara luas dalam perdagangan, dan pers-pers yang terutama didirikan oleh intelektuil -intelektuil Tionghoa dan banyaknya certita-cerita dan esai-asai yang dibuat oleh mereka. Dan jangan lupa cerita silatnya yang digemari oleh segala etnis yang ada di Nusantara Tempo Doeloe. Mungkin ini memberi pencerahan. Salam bahagia, Han Hwie-song
_____ Van: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Namens Tjing Siauw Verzonden: zaterdag, augustus 2008 1:26 Aan: URECA Onderwerp: {URECA} Fw: Re: Kata Owe (Was: Kosakata Hokkian) Gunakan code UTF-8 ----- Original Message ----- From: David <mailto:[EMAIL PROTECTED]> Kwa To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, August 22, 2008 9:00 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: Kata Owe (Was: Kosakata Hokkian) Rekan Didi yth, Memang soal kata “owe” ini jarang dibahas atau bahkan kurang diketahui asal-usulnya. Bahkan, sejauh yang saya ketahui, Nio Joe Lan yang banyak membahas budaya peranakan pun tidak, hingga timbul pandangan kata “owe” berasal dari dialek Kheh (?). Atau, ada juga orang (Jakarta) yang mengaitkan kata “owe” dengan orang Tionghoa Tangerang (Cina Benteng) semata-mata karena orang Cina Benteng mati- matian mempertahankan penggunaan kata ini sebagai tanda hormat, padahal kata ini dikenal luas tidak hanya di Tangerang, bukan? Dan fenomena kata “owe” ini khas peranakan Indonesia, setidaknya Jawa, dari Barat sampai ke Timur. Kaum peranakan Singapura-Malaysia tidak mengenalnya; dalam bahasa Melayu Baba (Baba Malay) mereka menggunakan kata “gua” yang, dalam bahasa Melayu Betawi maupun Melayu Tionghoa, dianggap kasar. Saya patut bersyukur karena saya termasuk kaum peranakan yang “beruntung” karena masih dididik “in the true Baba way”―kata orang “sana”―sebab saya amati banyak kaum peranakan yang tidak lagi memahami akar budayanya: mengapa kami berbahasa Melayu dan/atau bahasa daerah Indonesia, bukan bahasa Tionghoa, mengapa kami suka gambang kromong-wayang cokek, mengapa perempuan kami di masa lalu bersarung-kebaya Nyonya, mengunyah sirih dsb, memiliki tradisi unik khas peranakan (misalnya, chniou-thau), mengapa kami memiliki furniture, barang-barang perak, sulaman-manik- manik dll. Di Singapura baru-baru lama ini dibuka Museum Peranakan yang baru, yang sebagian koleksinya―terus-terang―berasal dari Indonesia juga, yang mereka beli dari para pedagang kita dan dengan bangganya mereka pamerkan di sana. Kita sendiri tidak menghargainya... Salam, DK Rekan2 David, JT dll yth, Menarik sekali soal kata “owe” ini, yang mungkin unik khas peranakan. Terima kasih buat pencerahan rekan2 semua. Nio Joe Lan sudah membahas soal kata 'owe' dalam Indonesia: Madjalah kebudajaan No 1 (VI), Januari 1955, h. 20-22. Kembali soal kata 'owe' utk mengiyakan seperti yang ditulis rekan JT, ada anekdot menarik dari alm. Oey Hay Djoen yg baru saja wafat, yg ditulis dalam obituari tulisan Hilmar Farid: "Setahun kemudian keluarga Oey pindah ke Jakarta, karena Oey ditarik ke sekretariat pusat LEKRA. Rumahnya di Jl Cidurian 19 di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, ditawarkannya menjadi sekretariat. Pasalnya, kantor sebelumnya di Jl Dr Wahidin tidak memadai lagi. Tawaran itu langsung disambut oleh organisasi dan seiring dengan kemajuan organisasi pengunjung tetap dan tidak tetap semakin bertambah. DN Aidit, Oloan Hutapea, Njoto, Djokosudjono kerap mampir di tempatnya, untuk berdiskusi atau sekadar ngobrol dan minum bir.... Tabrakan budaya pun tidak jarang terjadi. Oey yang berasal dari keluarga Tionghoa yang sangat menghargai orang lebih tua, kalau mendengarkan orang bicara sering manggut-manggut sambil mengiyakan dengan dialek Khek, "owe, owe" (saya, saya). Suatu hari Aidit mendampratnya, "apa kamu owe, owe. Seperti feodal saja!" Tapi disini Hilmar kayaknya kurang tepat, karena dikatakan "owe" adalah dialek Khek, mestinya Hokkian. Salam hangat, didi --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa" <[EMAIL PROTECTED]: Ko JT jang bae, Kamsia atas Enko poenja tanggepan, jang mana soeda menambaken arti „owe” jang sasoenggoenja. Betoel sakali „owe” dan „saja” boekan tjoemah satoe perkatahan jang dipake boewat seboet diri sendiri, tetapi djoega goena mengijaken. Salaennja terhadep orang toewa atawa orang jang perna toewa, ade lelaki terhadep iapoenja enko, oepamanja, „owe” djoega dipake antara orang-orang sapantaran jang baroe kenal atawa soeda kenal lama tapi saling menghormatin. Marika saling seboet „owe” boewat diri sendiri, di laen pihak djoega saling seboet „Enko” satoe pada laennja. Ada satoe lagi pamakean „owe” dan „saja” jang belon diseboetken, jaitoe koetika kitaorang poenja orang toea atawa orang laen jang perna toewa panggil kita, maka kita moesti menjaoet „Owe, ‘Ba/‘Ne!” (boewat orang lelaki) atawa „Saja, ‘Ba/‘Ne!” (boewat orang prampoewan), oepamanja. Kita tentoe tida bole menjaoet: „Apa, ‘Ba/‘Ne!” atawa „Hah?,” sebab bisa dianggep koerang hormat sama orang jang toewahan. Di laen pihak, kaloe orang lagi mara, itoe perkatahan „owe” jang sopan mendadak-sontak bisa beroba djadi ... „goewa”! „Goewa” jang di dalem bahasa aslinja dialect Hokkian selatan sama sakali tida mengandoeng arti kasar, di dalem bahasa Melajoe dianggep kasar! Ini perobahan dari „owe” ka „goewa” teroetama berlakoe terhadep orang laen jang sapantaran, atawa antara enko-ade, jang perbedahan oesianja tida terlaloe djaoe, tentoe sadja tida berlakoe terhadep orang jang perna toewa, apalagi terhadep orang toewa sendiri! Bisa koewalat orang toewa di „goewa-goewa” in!!! Kiongtjhioe, DK Engko David Kwa en engko Ophoeng yang baek. Owe maoe adjar kenal en maoe kasi tanggepan sama engko berdoea. Owe ada setoedjoe sama engko2 poenja pendapet, iaitoe seboetan owe tjoema dipake boeat orang lelaki tetapi tra dipake sama orang perempoean. Orang perempoean ada seboet dirinja sendiri sebagi saja. Owe djoega ada heiran sama itoe hoedjin jang seboet dirinja sendiri dengen owe, jang njata ada boektiken kaloe itoe hoedjin ada satoe lelaki toelen. Kita orang waktoe ketjil ada diadjarken sama kita orang poenja orang toea, kaloe kita orang lelaki berhadepan sama orang jang lebih toea musti seboet diri kita dengan owe dan jang perempoean musti seboet dirinja dengen saja. Tapi kaloe kita lelaki berhadepan sama kita orang punja hopeng, kita ada boleh seboet diri kita dengan goea, tapi itoe orang perempoean tidak lazim kaloe seboet dirinja dengan goea melainken tetep seboet dirinja dengan saja. Itoe perkataan owe djoega ada bole dipake boeat laen keperloean hormat sama orang jang lebi toea, tra tjoema boeat seboet diri sendiri sadja. Itoe owe bisa diartiken sebagi betoel, baek, atawa ija, satoe perkataan boeat mengijaken. Tjontonja, kaloe ada orang jang lebih toea tanya: „Apa ini loe poenya?,” kita orang moesti djawab: „Owe tjek, itoe owe poenja,” en orang perempoean ada moesti djawab: „Saja tjek, itoe saja poenja,” jang artinja: „Betoel tjek, itoe owe / saja poenja” dalem perkataan jang sopan. Tjonto laen bisa kita orang seboetken koetika orang jang lebi toea bilang: „Apa begini soeda betoel?” kita orang moesti djawab: „Owe tjek, soeda betoel,” en orang perempoean ada moesti djawab: „Saja tjek, soeda betoel”. En sebaliknja kaloe kita seboet: „Ija tjek, soeda betoel” itoe ada artinja tidak sopan en bisa kita dipoekoel sama kita orang poenja orang toea sebab itoe ada bikin maloe orang toea jang tra bisa adjar adat sama anak. Sekean doeloe tanggepan dari owe. Kiongtjioe en hormat, JT ---------------- --- In budaya_tionghuayahoogroups.com, „David Kwa” <david_kwa2003...wrote: Toewan-toewan, Njonja-njonja dan Nona-nona sakalian, Memang betoel itoe perkatahan „owe” ada satoe seboetan merendah jang tjoemah digoenaken boewat orang lelaki; orang prampoewan slaloe pake „saja”. Sedari masi ketjil owe soeda dibiasaken oleh owe poenja kadoewa orang toewa boewat pake ini perkatahan tatkala bitjara pada marika dan sampe sekarang poen djoega owe masi biasa goenaken itoe perkatahan jang tjoema terpake di kalangan Pranakan―Totok tida―waktoe bitjara terhadep orang (Pranakan) Jang lebi toewaän atawa jang owe ada endahken, tiada perdoeli itoe orang jang owe adjak bitjara masi tersangkoet familie of boekan. Orang prampoewan selaloe pake seboetan „saja” boewat seboet diri sendiri, tida perna „owe”. Djadi soenggoe tida masoek akal kaloe satoe Hoedjin atawa Njonja seboet diri sendiri dengen „owe”. Owe djadi teringet pada tajangan sketsa di televisie di mana kaoem Totok dan orang prampoewan „ikoet-ikoetan latah” pake „owe” dengen logat bitjara jang dipelo-peloken, hal mana tentoe sadja soenggoe ada kliroe sakali!!! Sabenernja itoe seboetan „owe” ada terambil dari perkatahan Hokkian „owe "” jang di dalem satoe kamoes Hokkian dikasi arti „the answer to a call; yes, sir!,” dari sitoe di lida kaoem Pranakan di Java lama-kelamahan soeda berobah djadi perkatahan boewat seboet diri sendiri. Denger-denger kaoem Pranakan di Soematra djoega pake ini seboetan, tjoema owe sendiri blon dapet koetika jang baek boewat tjari taoe betoel tidanja itoe pendengeran, djadi owe blon bisa pastiken. Troes, itoengan tjara Hokkian satoe, doewa, tiga enz. ada it, djie, sha, sie, gouw, lak, tjhit, peh, kauw, tjap, tjap it, tjap djie enz., saperti jang kita bisa liat pada nama-nama boelan Imlek di kalender, boekan it, Nji, sa enz. Nji ada bahasa Kheh. Kiongtjhioe, DK ------------------------------------ .: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :. .: Website global http://www.budaya-tionghoa.org :. .: Pertanyaan? Ajukan di http://groups.yahoo.com/group/budaya_tionghua :. .: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg.wordpress.com :. Yahoo! Groups Links _____ Internal Virus Database is out of date. Checked by AVG. Version: 8.0.100 / Virus Database: 270.5.12/1599 - Release Date: 2008/8/7 _U__ 08:49 --~--~---------~--~----~------------~-------~--~----~ Anda telah tergabung di milis-URECA, Google Groups. Untuk mengirim tulisan ke grup ini, kirimkan email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk keluar dari grup ini, kirim email ke [EMAIL PROTECTED] Untuk pilihan lain, kunjungi grup ini di http://groups.google.com/group/ureca?hl=id -~----------~----~----~----~------~----~------~--~---