Dear All, Mohon maaf, saya absen 2 minggu keluar kota. Lao Xiong Ulysee yang baik.
"Bagaimana menurut Anda - hal itu bisa menjadi SOLUSI untuk menangkal diskriminasi?" Jawabannya sudah Anda jawab sendiri dan juga pada email2 lainnya. Mungkin yang lebih menarik adalah " apa langkah selanjutnya ? " Menurut hemat saya, kita harus banyak belajar dengan orang Negro di Amerika, walaupun kita mempunyai historis yang berbeda tapi kita mempunyai inti permasalahan yang sama yakni diskriminasi. Dengan tampilnya sosok Obama sebagai Capres Amerika, merupakan keberhasilan mereka dalam menanggulangi masalah diskriminasi. Pertanyaannya ialah kapan kita mempunyai seorang sosok Obama di Indonesia ? Terima kasih, Santo Putra. ----- Original Message ---- From: Ulysee <[EMAIL PROTECTED]> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Friday, August 22, 2008 10:13:04 AM Subject: RE: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional Setujuuuuuuu. Identitas diri yang SAH secara hukum memberikan batasan jelas mengenai hak dan kewajiban sekaligus memberikan penilaian tentang jati diri, siapa kita ini di mata orang lain. Yang seharusnya bagaimana, yang dilihat oleh diri sendiri bagaimana, yang dilihat oleh oranglain bagaimana, lebih gampang dinilai apabila berdasarkan suatu patokan yang "sah" itulah. Kalau tidak, orang menilai mengandalkan perasaan dan pendapat pribadi tok, seribu kepala bisa seribu pendapat, terus ngotot- ngototan sendiri, kapan mau mencapai solusi. Ya nggak? Ayo Broer Putra, share lebih banyak donk mengenai 'penegasan identitas diri sebagai langkah awal' Bagaimana menurut Anda - hal itu bisa menjadi SOLUSI untuk menangkal diskriminasi? -----Original Message----- From: budaya_tionghua@ yahoogroups. com [mailto:budaya_ tionghua@ yahoogroups. com] On Behalf Of Santo Putra Sent: Wednesday, August 20, 2008 9:41 PM To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional Lao Xiong Fy Zhou yang baik. Mungkin saya harus mengulangi kata-kata pembukaan dari Lao Xiong Iwan Kustiawan. No Offense dan sekedar memberikan pendapat, Sedikit penjelasan saya bahwa kata "semestinya" didalam kalimat yang saya utarakan adalah sama sekali tidak mengandung unsur dikotomi, akan tetapi maksudnya adalah "tidak ada pilihan lain yang lebih baik", dan ini hanya sekedar pendapat saya, setiap pendapat adalah ungkapan kepedulian kita dan demi kebaikan bersama, jadi saya mohon jangan negative thinking. Berbicara tentang identitas diri tentulah tak lepas dari aspek hukum, karena tanpa legitimasi hukum pengakuan itu tentulah tidak sah dimata hukum.Dan kalau kita berbicara tentang hukum maka kita harus taat pada hukum, sikap taat hukum itulah yang disebut warga negara yang "baik", sebagaimana motto yang Anda pinjam dari Aquino "dimanapun, orang baik akan selalu dihormati". Adapun topik pembahasan tentang indentitas diri ini hanyalah berorientasi pada orang-orang Tionghua yang berwarnegaraan Indonesia, dan tidak melibatkan orang-orang Tionghua yang berada di seluruh dunia. Mengenai rasa sedih dan trauma atas insiden kerusuhan yang lalu, saya yakin bahwa kita semua juga ikut merasakannya. Dan saya sendiri sejak kecil sudah pernah mengalami hal tersebut yang membuat saya harus berhenti dari sekolah karena harta orangtua saya ludes akibat dari kerusuhan itu dan pada saat kerusuhan Mei saya juga kehilangan sebagian harta yang dikumpulkan dengan susah payah. Menurut hemat saya mungkin karena kita ini mempunyai rasa kesamaan akan nasib yang sama dan kebiasaan yang sama maka kita bisa akrab dan berkumpul dalam forum milis ini serta berdiskusi berbagai hal, walaupun diantara kita masih banyak perbedaan aspek pandangan dan sikap mental yang berbeda dalam mengatasi berbagai permasalahan hidup kita ini. Di forum ini saya tidak mengenal siapapun baik itu Lao Xiong Iwan dan Lao Xiong lainnya termasuk Lao Da Moderator, pendek kata tidak ada siapapun yang saya kenal, jadi saya berpendapat diskusi ini berjalan sangat alami dan tanpa adanya rekayasa. Forum diskusi kita ini berawal dari diskusi tentang diskriminasi dan kemudian berkembang ketahapan mencari solusi yang terbaik untuk menangkal diskrimasi itu, maka muncullah ide penegasan identitas diri sebagai langkah awal perjuangan, dan diskusi kita ini belum mencapai kata kesepakatan, jadi pendapat-pendapat yang dikemukakan masih berupa bahan pertimbangan dan masukan, oleh sebab itu janganlah terlalu cepat mengartikan pendapat-pendapat itu sebagai anjuran dan imbauan. Xie Xie. Salam kasih dan damai. Santo Putra ----- Original Message ---- From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tuesday, August 19, 2008 8:46:43 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional Saya kira, dalam soal identitas dan orientasi sosial, tak pantas bicara "mesti semestinya". Di dunia ini tak ada Tionghoa yang seragam, dan sebaiknya juga tak seragam. ketidak seragaman ini bahkan tidak bisa dijadikan dasar dikotomi, tak cukup hanya dikelompokkan menjadi dua, totok dan babah misalnya. orientasi budaya dan politik Tionghoa di Indonesiapun bisa sangat beragam, lebih tepat dibuat skema segi 3, ditiap kutub kita tempatkan tiga titik orientasi: Indonesia, Tionghoa, dan Barat. dalam skema ini, setiap orang pasti menempati posisi ber beda2 , jauh dekatnya terhadap masing2 kutub bisa berbeda secara gradasi. Jika dibuat skala, ada yang keIndonesiaan 5 Tionghoa 3 barat 2, ada yang Tionghoa 5 indonesia4 barat 1, tapi juga ada yang barat 5 indonesia 4 Tionghoa 1. tak ada yang seragam, tergantung pengalaman hidup masing2. Orang yang pengalaman menjadi Indonesia menyenangkan pasti akan berbeda dng yang pernah diperkosa dalam kerusuhan Mei tentunya. Demikian juga, orang yang sedari kecil dibesarkan dng nilai2 kristen pasti beda dng yang dibesarkan dng nilai klenteng, bahkan, terdapat babah yang lebih fanatik dng klenteng dibanding totok. ini sangatlah alami. Tak perlu diseragamkan, tak usahlah membuat segala anjuran dan imbauan, biarkanlah semua berjalan alami. Yang penting, sesuai dng perkataan Aquino saat mengunjungi tanah leluhur di Tiongkok: " di manapun, orang baik akan selalu dihormati " ZFY --- On Sun, 8/17/08, Santo Putra <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: From: Santo Putra <[EMAIL PROTECTED] com> Subject: Re: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Sunday, August 17, 2008, 7:34 AM Lao Xiong Iwan Kustiawan yang Bijaksana, Saya sependapat dengan Anda, sudah semestinyalah kita segera mengindentitaskan diri secara tegas khususnya orang-orang Tionghua yang berwarganegara Indonesia dan tidak ngambang lagi atau dualisme. Menurut hukum kewarganegaraan Indonesia juga tidak dibenarkan adanya Dwi Kewarnegaraan, jadi sesungguhnya tidak ada alasan bagi kita untuk mengaku-ngaku bahwa kita adalah Zhongguo Ren atau Chinase Indonesia maupun Indonesia Chinase yang benar ialah Indonesia tanpa embel-embel. Dan dengan pengakuan kita sebagai bangsa Indonesia tidaklah berarti kita meninggalkan segala budaya Tionghua yang kita warisi dari leluhur kita dan tidak berarti juga kita harus tetap memegang teguh budaya warisan tersebut, mungkin untuk bijaknya adalah jalan polos tengah, artinya yang mana masih relevan kita pertahankan dan yang tidak cocok lagi kita tinggalkan. Budaya adalah berkembang seiring zaman dan berbaur dengan kondisi setempat dimana kita bertempat tinggal yang kemudian menjadi budaya baru, saya maklumi masih banyak Laowei-Laowei kita yang masih menganggap kita-kita ini adalah Chongguo Ren, itu dikarena mereka dibesarkan dalam kondisi yang berbeda dan mereka mengalami kondisi yang memaksa mereka harus meninggalkan tanah leluhurnya, kerinduan akan tanah leluhur diwariskan kepada anak-cucunya yaitu kita-kita ini. Terus terang saya sampai saat ini pun masih ragu-ragu untuk mengindentitaskan diri sebagai bangsa Indonesia terutama dihadapan para Laowei-Laowei dan di forum umum kelompok Tionghua, takut dikucilkan dan dianggap Bo Jin Chou (dialek Tio Cio) maksudnya tidak mengakui leluhur atau kualat pada leluhur. Saya juga punya pengalaman yang menarik khususnya menyangkut indentitas diri selama di Chongguo (nanti dilain waktu akan saya ceritakan), ringkasnya adalah bahwa saya bersama beberapa teman dari Indonesia berkunjung ke Chongguo dalam rangka jalan-jalan dan mencari keluarga ditanah leluhur.Ternyata baik orang pemerintahan maupun masyarakat kota dan masyarakat di desa dan termasuk keluarga-keluarga yang berada di tanah leluhur tersebut tidak ada satupun yang mengakui dan menerima bahwa kami ini adalah Chongguo Ren walaupun kami ini berkulit kuning langsat dan mata sipit berbahasa mandarin dan juga bahasa daerah seperti hakka, tio ciu, dan hokkian. Bahkan ada yang marah-marah ketika kami mengaku bahwa kami adalah Chongguo Ren, betapa kecewanya hati setelah melihat kenyataan ini dan pada akhirnya kami memutuskan untuk secara tegas menyatakan diri sebagai orang Indonesia, setelah itu tidak ada lagi masalah yang kami temui, semua orang menerima kami dengan tangan terbuka serta penuh senyum. Mohon maaf kalau ada yang mempunyai pengalaman yang berbeda. Zai Jian Santo Putra ============ ========= ========= ========= ========= ========= ========= ========= ----- Original Message ---- From: iwan kustiawan <[EMAIL PROTECTED] com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Saturday, August 16, 2008 10:08:21 PM Subject: [budaya_tionghua] identitas was: Fenomena diskriminasi media internasional NO Offense..... . sekedar memberikan pendapat.... .. Menurut saya orang Tiong hoa di Indonesia memiliki keunikan sendiri yang agak berbeda ( bahkan mungkin sangat berbeda) dibandingkan orang orang China saat ini, baik dari segi budaya, cara hidup, dan cara berfikir. Namun tidak dipungkiri semua atribut atribut ini pun berubah sepanjang perjalanan waktu yang justru menurut saya makin membedakan orang orang Tionghoa di Indonesia dibandingkan dengan orang orang China. Oleh karena itu agak berlebihan menurut saya kalau kita mengidentikkan diri kita sebagai orang China masa ini, dilain pihak jangan pula kita memungkiri nilai nilai hidup dan identitas diri kita sebagai orang Tiong Hoa dengan segala value nya yang telah hidup sekian lama di bumi Indonesia. Sebagian dari kita masih merawat dan melestarikan nilai nilai (dengan segala variasi intepretasinya) yang diajarkan Filsuf filsuf China dan hidup dengan nilai nilai itu, nilai nilai itu meresap dalam budaya Tionghoa yang berkembang dan berasimilasi ratusan tahun di Indonesia dan mencirikan kita sampai saat ini sebagai orang Tionghoa Indonesia. Sebagai gambaran yang saya simpulkan sebagai hasil interaksi saya dengan anak anak muda dari China yang saya temui di Eropa sini. Sebagian besar bahkan mereka tidak pernah membaca dan mengerti mengenai apa yang diajarkan oleh filsuf Filsuf China tersebut dan bahkan mereka berterus terang mereka tidak berminat mengetahuinya. ....dan satu hal lagi mereka mendifinisikan seseorang sebagai Chinese adalah orang berkulit kuning yang lahir di China dan mampu berbahasa China atu dialeknya... jadi ibu/bapak/saudara meskipun kita mampu berbahasa mandarin/ hakka/ kongfu etc, meskipun kita memelihara abu leluhur, memuja dewa dewa, meskipun mata kita sipit, meskipun kulit kita kuning, tapi sebagian besar kita bukan lahir di negri China, dan mereka tidak mengindentikkan kita sebagai orang China, karena bagi saya mereka memang berbeda dari saya/kita. Kita telah berkembang dengan jalan yang mungkin berbeda dengan jalan mereka selama ratusan tahun ini. Maka menurut saya sadarilah hal tersebut, sadarilah bahwa kita adalah seperti kita apa adanya saat ini, terlahir dengan kewarganegaraan Indonesia dengan ciri yang mungkin mirip chinese dan satu hal lagi,hiduplah sebagai salah satu suku dari bangsa kita , bangsa Indonesia. Gunakanlah nilai kebaikan dari leluhur tersebut untuk dasar dan tujuan yang mulia bagi bangsa kita atau sesama manusia/ mahluk, tetapi kita harus sadar diri bahwa China yang dari mana leluhur dan nilai nilai itu berasal telah berevolusi menjadi suatu bangsa yang berbeda dari yang mungkin ada dibenak kita saat ini. Mohon maaf jika pendapat saya ini mungkin berbeda. saya hanya berharap agar kita bisa hidup dalam realitas tanpa kehilangan identitas diri kita. Jika kita sendiri bingung dengan identitas diri kita (Indonesia/China? ), bagiamana kita mungkin bisa dihargai dan diterima sebagai bagian dari bangsa Indonesia? Jadilah diri kita sebagai orang tiong hoa Indonesia, terimalah dan berdamailah dengannya, dan jangan lupa berjuanglah untuk dapat memperkenalkan dan diterima sebagai bagian dari bangsa ini. Bagaimana memperjuangkannya? untuk itu pertama tama kita harus bersatu sebagai orang tiong hoa, merumuskan identitas kita ( saya rasa inilah tujuan mailing list ini ), merumuskan kesamaan diantara kita, dan berbuat sesuatu kepada bangsa ini.sekian. Terima kasih. Iwan Kustiawan eddy witanto <[EMAIL PROTECTED] com> wrote: >>[Peristiwa BERSEJARAH serta KEMEGAHAN baru ini] akan mengangkat derajat >>warga keturunan juga - ... [baru saat ini ; PERISTIWA OLY<PIADE 2008 -] >>dapat membuka MATA KITA - bahwa kita berasal dari bangsa yang besar !! Ha3... ;p nggak usah terlalu chauvinis lah, mbok ya biasa2 aja gitu lho. Jangan terlalu mendewa2kan. Masih untung lho kalo di sini Anda disebut "huaren" (jangan berharap terlalu banyak untuk bisa disebut huaqiao ya), jangan2 malah cuman sekedar "laowai", dan mungkin Anda bisa frustrasi karenanya karena itu sama seperti ngomong "lu itu siapa sih." Ha3. dy - beijing No virus found in this incoming message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.6.6/1621 - Release Date: 8/19/2008 6:53 PM No virus found in this outgoing message. Checked by AVG. Version: 7.5.524 / Virus Database: 270.6.6/1621 - Release Date: 8/19/2008 6:53 PM