Ini org kebykan baca referensi orba karya tionghoa Indonesia
emang selalu ditutupi,masak sih hari gini masih blm tau byk yg 
menyumbang/partisipasi baaik politik,(terutama jaman orla),nah kwik,
Ciputra yg masih idup aja kamu udah lupa,gimana yg jaman dulu
kamu belum lahir ya????????
 
Soal agama sensi bung buat milis ini,....mereka tdk merasa tersiksa
yg menjalaninya,begitu juga dg anda yg menjalani puasa(kalau2 puasa lho ya)
kalau saya sih ogah,... ngapain susah2 nahan haus,lapar,..subuh2 bangun harus
sahur.........begitu kira2 liatnya itu hal ya!!!!!!!!!



--- On Mon, 8/9/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, 8 September, 2008, 8:31 PM











Se-umur2 anda tidak pernah mendengar, bukan berarti tidak ada, mungkin saja 
anda yang kurang gaul atau memang berniat mentulikan diri! 
Pernah dengar yang namanya BPPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan 
Kemerdekaan Indonesia) belum? coba cari informasi, siapa2 saja anggotanya! ada 
nggak nama Tionghoanya?

--- On Mon, 9/8/08, dhanis <ariono_dhanis@ yahoo.com> wrote:

From: dhanis <ariono_dhanis@ yahoo.com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, September 8, 2008, 9:09 AM








Ehem, begini lho, bukannya kita anggep disana ada setan, karena di agama Islam 
itu ya kita boleh memilih dan mengambil yang baik-baik, ya kalo kita anggap 
serem dan sangar ya ndak kita ambil, apa ya ada orang yang suka tinggal bareng 
keseraman.
Kalaupun kita ngasih uang sedekah ya ndak ke semua orang itupun kita pilih yang 
ndak serem-serem juga.

Terus tadi kok ada jawaban ekstrim ya bikin kuping panas, eh gini ya jaman 
dahulu kala waktu negara ini merdeka karena ada orang Islam yang berjuang buat 
memerdekakan negara Indonesia ini. Seumur-umur aku belum pernah denger tuh 
sumbangan golongan Kristen, Khatolik, Konghuchu, Taoisme, Konfusianisme, 
Budhisme, Hindhuisme yang berjuang memerdekakan negara ini. Nah ada tanggapan.

Kalo Tahun baru Imlek itu kan ya dilihat angka tahunnya, tuh lebih tua dari 
angka tahun Masehi kan dan angka tahun Hijriyah, berarti kita lebih maju dong. 
Meski angka tahun Yahudi lebih jauh diatasnya lagi, sih.

Abu ? abu itu ndak baik buat kesehatan ya kenapa dipertahankan, diganti saja. 
Fly ash/abu terbang saja bisa membuat sakit paru-paru. Bukan kah agama yang 
baik itu yang ndak menyusahkan hamba-hambanya. Terus kenapa harus dengan 
membakar, apakah sensor panas Tuhan kurang peka, kalo Tuhan ya pasti serba 
peka, begitu hati panas doa sudah didengar, ndak usah pakai bakar-bakaran. 
Jangan-jangan yang suka mbakar pabrik itu dari golongan yang suka bakar-bakar 
ini. he he heh

Dhanis

--- On Mon, 8/9/08, ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: ChanCT <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Monday, 8 September, 2008, 4:48 AM




 
Soalnya dimana saja ada manusia berhati setan, ... jadi takut ketemu setan 
beneran. Jadi tidak bisa mengerti dan tidak bisa menghormati kepercayaan orang 
lain yang berbeda, hati-setannya itulah yang kemudian bilang 
kepercayaan menyembah setan, sereeem, .... Percaya ada setan, entar malam anda 
bisa dicekik, lho? Heheheee, ... 
 
Sudahilah saling melecehkan kepercayaan orang lain yang berbeda. Terima dan 
hormatilah segala perbedaan yang ada, .... apalagi dalam kenyataan tidak saling 
dirugikan, tidak saling mengganggu untuk melakukan ibadah ditempat 
masing-masing yang dianggap paling suci dan saleh itu. Berdamai-damai dan 
tingkatkan persahabatan untuk hidup harmonis bersama dalam masyarakat nan indah 
permai ini.
 
Salam,
ChanCT
 

----- Original Message ----- 
From: Hartono 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 08, 2008 12:43 PM
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen di 
Indonesia

menurut saya, adalah kurang bijaksana menilai dengan memakai "kacamata" 
tertentu.
coba d dipahami, mengapa mereka tidak merasa seram, sedangkan anda merasa 
seram? coba dipahami dan renungkan.
setau saya, budaya Tionghoa (Konghucu-Tao- Buddha) adalah yg paling tidak 
suka mengganggu orang lain. malahan selalu menjadi korban. dituduh menyembah 
berhala, menyembah setan.
coba kita lihat, mengapa mereka yg mengaku menyembah tuhan merasa seram, ga 
brani masuk ke tempat yg mereka tuduh menyembah berhala? sedangkan mereka yg 
dituduh menyembah berhala dengan santai aja keluar masuk tempat yg menyembah 
tuhan?
bukankah seharusnya tuhan lebih kuat daripada setan dan ga perlu takut2 sama 
setan, dan sebaliknya setan yg seharusnya ketakutan setengah mati ga berani 
ke tempat tuhan.
ini kok terbalik ya, mengapa bisa demikian? coba direnungkan.
kemudian klo kita lihat di lapangan, budaya Tionghoa kalo sedang melakukan 
amal, selalu tidak memandang suku-ras-agama, semua orang ditolong. sedangkan 
mereka yg mengaku penyembah tuhan, dalam beramal selalu memilih-milih, hanya 
mau menolong saudara seiman. dari sini banyak yg bisa kita renungkan.
kemudian, budaya Tionghoa ga suka menjelek2an ajaran orang lain, selalu 
mengatakan semua agama adalah baik, semua agama mengajarkan kebaikan. 
sebaliknya penyembah tuhan selalu menjelek2an ajaran lain. dari sini banyak 
yg bisa kita renungkan.



----- Original Message ----- 
From: dhanis
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Monday, 08 September 2008 10:13
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia


Sumbangan pemikiran yang bagaimana ? Sudah sejak dahulu kala memang sudah 
seperti itu, golongan Taoisme, Budhisme, Konfusianisme, Kristen, Islam.
Dan memang konflik selalu terjadi, bukankah ilmu pengetahuan diperoleh dari 
konflik supaya orang menggunakan akal

Dhanis

--- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan Tionghoa-Kristen 
di Indonesia
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:58 PM


Yah kalau pemikirannya demikian, bagaimana konflik antar etnis dan
agama tidak bermunculan ?

Capek deh....

Di milis ini banyak yang non tionghoa dan non umat kelenteng, coba
anda-anda juga turut menyumbang pemikiran.

Hormat saya,

Yongde

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, dhanis <ariono_dhanis@ ...> wrote:
>
> Budaya permen itu saya temui ketika saya tinggal/kerja di Singapore,
detailnya:
> si penari/laki- laki yang berpakaian serba hitam (1 orang) dan putih
(1 orang), dengan penutup kepala yang panjang keatas 0.5 meter
menyerupai badut, di rias dengan entah bubuk hitam dan putih, mereka
memakan permen dan diludahkan keluar dan ada yang memungutnya (semoga
tidak dimakan oleh si pemungut). Kemudian disusul aksi pembagian
permen. Sungguh keras sekali dan brutal, itu kesan yang saya tangkap.
>
> Adapun warna merah yang lama-lama membuat ndak enak adalah bukan
warna merah yang dipakai untuk pakaian atau dekorasi
gedung/rumah/ toko, namun warna merah yang diciptakan dari api. Warna
merah yang diciptakan dari api tersebut jika sebatas untuk perayaan
dan terkontrol untuk memperindah, tentu baik-baik saja, namun
bagaimana dengan warna merah yang terus menerus dibuat dipertahankan
di dalam klenteng dari api. Di Singapore, klentengnya selalu ada api
merah yang menyala dan meninggalkan kesan ruang tersebut merah menyala
seperti neraka, hal demikian yang membuat saya ketakutan dan merasa
seram dengan mereka setiap kali saya pergi ke masjid untuk shalat,
karena satu arah jalan. Tempat ibadah semestinya tidak dipenuhi dengan
hal-hal yang menyeramkan. Belum lagi karena banyak abu disana-sini di
dalam klenteng, bukankah semestinya tempat ibadah itu bersih dan
syukur ada air nya, air yang bersih dan mensucikan umat-umat nya. Di
masjid selalu ada air, tidak ada
> masjid yang tidak ada airnya. Air itu sumber kehidupan dan api itu
sumber malapetaka. Namun berdekorasi dengan warna merah adalah tidak
di larang, karena justru Tuhan menyerukan kepada Hambanya untuk
memancarkan rahmat nya melalui cara mereka berpakaian (tampak kanlah
bekas rahmat Tuhan itu dengan pakaianmu), dan tentu warna merah adalah
bagian dari bagaimana kita berdandan.
> Salam hangat penuh semangat
>
> Dhanis
>
> --- On Sun, 7/9/08, Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] > wrote:
> From: Hendri Irawan <[EMAIL PROTECTED] >
> Subject: Re: Bls: [budaya_tionghua] fwd: Imlek di Kalangan
Tionghoa-Kristen di Indonesia
> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
> Date: Sunday, 7 September, 2008, 10:11 PM
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Oh ada yah tradisi membuang permen ? Seumur-umur belum
pernah ketemu
>
> yang beginian. Sepertinya menarik sekali, bisa tolong diceritakan
>
> lebih rinci bagaimana tradisi itu ?
>
>
>
> Warna merah itu dalam budaya Tionghoa melambangkan hal positif,
>
> kebahagiaan. Warna putih justru melambangkan kematian dan kesedihan.
>
> Jadi bukalah sedikit cakrawala pemikiran.
>
>
>
> Hormat saya,
>
>
>
> Yongde 




------------ --------- --------- ------

.: Forum Diskusi Budaya Tionghua dan Sejarah Tiongkok :.

.: Website global http://www.budaya- tionghoa. org :.

.: Pertanyaan? Ajukan di http://groups. yahoo.com/ group/budaya_ tionghua :.

.: Arsip di Blog Forum Budaya Tionghua http://iccsg. wordpress. com :.

Yahoo! Groups Links







No virus found in this incoming message.
Checked by AVG. 
Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.6.17/1655 - Release Date: 2008/9/5 _U__ 
07:05



Get your new Email address! 
Grab the Email name you've always wanted before someone else does! 

 














      

Reply via email to