Dari pengamatan saya puluhan tahun, mas, manusia itu ber-macam2. Banyak teman teman saya waktu SMA, kala itu zaman rock'n roll, rata rata memakai baju gaya cowboy, ada yang pakai topi cowboy, jalan meniru niru bintang layar. Kala itu Roy Rogers. Teman teman lain, yang main band, paling senang memainkan lagu lagu rock (yang memang banyak yang bagus sihh, seperti dari Bill Haley). Banyak yang malu mengaku Jawa, dan dengan bangga katakan tak suka keroncong Jawa, apalagi gamelan..
Mencari akar kita, merunut warisan leluhur, adalah seperti anda katakan, sesuatu yang alami. Rasanya aenh sih, kalau kita, duduk ditengah orang Barat, lalu merasa Barat seperti mereka, padahal ke Barat-an adalah memang akar mereka. Model kita saja sudah demikian beda ha ha ha Salam budaya Danardono --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Sdr Teddy, > > hal2 begini memang tak ada rumusan yang baku, dalam budaya tak ada istilah "harus seharusnya". semua sewajarnya berjalan alami. Jika anda sendiri tak lagi akrab dng budaya Tionghoa, bagaimana anda bisa berharap meneruskan ke anak2 anda? > > Orang berhak menangalkan budya asalnya, tapi seringkali, setelah usia beranjak tua, orang tersebut akan merasa ada sesuatu yang hilang! karena manusia tanpa akar akan kehilangan jati dirinya. apalagi saat bertemu dng orang lain dng budaya masing2 yang kental. anda akan merasa dangkal. maka sebelum terlambat, carilah akar budayanya sendiri. > > Selamat mencari > ZFy > > --- On Fri, 9/19/08, teddy.arthemus <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: teddy.arthemus <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] Apakah setiap orang tionghoa harus menjalankan budaya tionghoa ? > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Friday, September 19, 2008, 5:14 AM > > > > > > > Hem...sebelumnya salam kenal,saya anggota baru di milis ini.... > saya ini pernakan Tionghoa, tetapi sejak kecil sudah mengikuti agama > Kristen. NAh dulu waktu kecil, tinggal di kampung yang mayoritas orang > tionghoa. Jadi banyak budaya-budaya yang saya alami, mulai dari IMlek, > Lontong Cap Go meh, bakar2 duit buat orang mati, de el el. Budaya itu > semakin kental karena tempat pemukiman kami dekat dengan klenteng. > Banyak juga orang2 pribumi yang tinggal berdekatan dengan lingkungan > kami juga melakukan hal yang sama, imlek juga ikut imlek, dsb. Nah, > sekeluarnya dari perkampungan yang lama-lama dimasuki mayoritas ( maaf > ) suku Madura, hilanglah juga kebudayaan tersebut. Begitu juga dengan > saya yang jadi jarang mengikuti atau ikut dalam budaya2 nenek moyang > ini. Palingan juga ikut imlek, itu aja belum tentu dapet angpao.Hehehe. .. > Nah, apakah sekarang ( saya sudah keluar dari perkampungan ),menjadi > suatu keharusan buat saya untuk kembali memakai budaya tionghoa > tersebut? dan memperkenalkan pada anak2 saya kelak ( masih single neh! > ). Begitu....ataukah saya harus ikut budaya daerah setempat ? > Tolong dikasih jawaban atas masalah saya ini...makasih. ..:P >