Wah hebatnya ABS,ternyata pejuang repormasi ya?????/ yg diluar???????kabur krn ;( bukan tau bacot doang) 1 ada yg jadi korban,merasa malu 2.kecewa 3 takut 4 udah cape peristiwa rasis berulang apa udah lupa peristiwa th 46-49 Btw ABS waktu itu sebagai apa ya? sampe bisa numbangi ORBA,saya ini kuper,ngak gaul jadi tdk tau sama sekali,maaf lho kalau sampe hari ini baru tau pak ABS punya andil besar dalam memrperjuangan repormasi. Soal larangan bhs CINO entah itu berbagai dialek mau pun mandarin, bagi semua org keturunan tau, dan yg radical pribumi /pencuci otak itu jahat tau?????/ saya masih ingat kalau lagi diluar rumah ngomong pake bahasa tionghoa,..apa kata anak pribumi,.."EEEEEEE...........CINO MAKAN BABI ,BALEK KAU KE RRC ,DISINI CUMA NUMPANG",... blm lagi yg sibling sy yg cowo2,pada jadi sasran empuk waktu kecilnya suka dipalakin duit jajannya,fisik juga sering diserang,...saya masih idup pak,saksi idup koko saya berantem sama temannya org sunda,bapaknya ketua RT, koko saya dipangil kerumahnya tanpa setau org tua saya,..didepan mata saya liat sendiri,kebetulan saya lagi beli lontong krn bininya pak RT jualan lontong,...itu kepala kokoku dibentur ke dinding sama bapaknya tuh anak,pake maki CINO lagi kurang ajar tau????????????? Menjadi tionghoa mau pun suku lain bukan masalah bangga atau tdk,yg menjadi bahan diskusi adalah soal pelarangan mengunakan bhs,...ini kan tidakan tdk manusiawi,... ABS bukannya pahlwan melawan Komunis jaman dulu (tdk suka konmunis)???????Pak?????????? Lalu 10 th lalu jadi pejuang repormasi juga????????
--- On Mon, 29/9/08, Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: Akhmad Bukhari Saleh <[EMAIL PROTECTED]> Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Monday, 29 September, 2008, 2:59 AM Saya tidak punya kepentingan untuk membela Orba, karena saya aktif dengan tindakan nyata menjungkalkan Orba. Tidak seperti banyak orang yang entah ada di mana waktu itu, lalu beraninya teriak-teriak keras belakangan sesudah Orba terjungkal, itu pun banyak yang hanya omong doang dari tempat kenikmatannya yang jauh di luar negeri. Saya hanya mempertanyakan keabsahan postulat Tjan sianseng, eh maaf, Chan sianseng, mengenai pasang-surutnya jumlah penutur bahasa Mandarin dikaitkan dengan periodisasi jaman. Sama saja kita mempertanyakan keabsahan postulat Harry Tjan sianseng mengenai pasang-surutnya nasib orang Tionghoa dikaitkan dengan periodisasi jaman. Sebetulnya di Indonesia tidak pernah ada larangan, di jaman Orba sekali pun, untuk orang ngomong bahasa Mandarin. Apalagi ngomong di antara sesamanya. Kalau pun dianjurkan tidak berbahasa Mandarin, itu ketika forumnya multi suku. Sama saja kita menghimbau agar tidak berbicara bahasa Batak, atau Jawa, atau bahasa suku lainnya, ketika forumnya multi suku. Jadi tidak ada yang tahu berapa persen warga suku Tionghoa yang tadinya bisa berbahasa Mandarin, jadi tidak bisa berbahasa Mandarin di masa Orba. Kalau pun jumlahnya ada rada banyakan, it's for good, untuk kebaikan, jadi lebih mantab berbahasa kesatuan, Bahasa Indonesia! Yang jelas, di jaman mana pun, orang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa Mandarin jauh lebih besar persentasenya dalam keseluruhan orang Tionghoa di Indonesia. Tetapi yang pasti, ini point saya dalam posting terdahulu itu, orang Tionghoa yang tidak bisa berbahasa Mandarin, baik mereka yang dari semula tidak bisa, maupun mereka yang tadinya bisa lalu menjadi tidak bisa, tidak ada yang berkurang kebanggaannya dan jatidirinya sebagai orang Tionghoa! Wasalam. ============ ========= === ----- Original Message ----- From: Fy Zhou To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Sunday, September 28, 2008 4:33 PM Subject: Re: Ketidakmampuan Mandarin Bukan Ukuran ()Re: [budaya_tionghua] Fwd: Apa kata Harry Tjan RE: [t-net] Selayang Pandang : Diskusi Tionghoa Dalam Cengkeraman SBKRI Kalau statment Pak ABS yng terakhir ini ngawur adanya! terkesan mau mengurangi dosa Orde Baru! Apa Pak ABS tak mau melihat faktanya : Pemakian bahasa mandarin itu pasang surut, jika di zaman belanda sempat surut karena sebagian sudah menjadi babah yang bermelayu pasar dan sebagian menjadi Holand spreaken, di zaman belanda pula mulai berdiri sekolah2 Tionghoa yang berhasil menaikkan lagi jumlah pemakai bhs Tionghoa. Puncak perkembangan pemakai bahs Tionghoa adalah pada zaman Orla, di mana sekolah2 berbahasa Tionghoa bermunculan seperti jamur. Jumlah sekolah maupun jumlah murid sekolah berbhs tionghoa jauh melebihi sekolah Tionghoa berbhs Indonesia. Harap maklum, saat itu anak2 usia sekolah yang WNA masih lebih banyak dari yang WNI. Jumlah Koran maupun jumlah oplah koran berbhs mndarin di zaman sekarangpun tak bisa menandingi zamn emas Orla. Belum lagi semaraknya penerbitan sastra mandarin lokal di masa itu! Di zaman sekarang, majalah2 dan buku sastra mandarin lokal dibagikn gratis! . No virus found in this incoming message. Checked by AVG - http://www.avg. com Version: 8.0.169 / Virus Database: 270.7.2/1689 - Release Date: 9/24/2008 6:51 PM