Mas Op, orang kan minatnya beda2, saya memang bukan orang yang Hobby makan. 
Makan bagi saya hanyalah untuk menyambung hidup. Bagi saya, tak ada bedanya 
makanan biasa dan makanan enak, semua bisa saya makan. saya hanya bisa 
membedakan makanan biasa dan makanan yang tidak bisa dimakan saking parahnya. 
kalau ada yang ngajak makan tanya mau makan apa, jawabnya adalah sembarang.. 
Tak ada minat khusus terhadap makanan tertentu, tapi justru ada makanan2 jenis 
tertentu yang benar2 tidak suka. maka kalau ditanya apa yang suka sulit, kalau 
yang tdk suka jauh lebih gampang.
 
Saya menyebut Restaurant Trio terutama berkaitan dengan Tempat, bukan menu 
makanannya, karena saya lebih snang menikmati suasana restaurant dibanding 
makanannya. makanya suka mencoba resto2 yang baru buka. Apalagi Resto2 gaya 
lama yang menyimpan kenangan lama, sering menarik minat saya, meski makanannya 
sering  hanya biasa2 saja. Contoh satu lagi adalah cafe Ragusa di jl Veteran. 
masih bertahan dng gaya lama. meski es creamnya sebenarnya sangat kasar dan 
harganya sudah  tidak murah lagi.
 
Tak usah terusik oleh orang dng minat berbeda seperti saya, silahkan berpesta 
lidah. anda mau berpanjang2 ya tak perlu sungkan, jika tahu yang dibicarakan 
melulu menu makanan kan saya tk perlu menyimak tulisan anda kan ? yang 
mengganggu justru saat anda mau bicara yang lain, di depannya setelah 
diawali dng sudah makan belum, dibumbui dulu dng ocehan2 tentang makanana, baru 
menginjak ke Topik sebenarnya. ini membuat tulisan anda sering terlewat.  



----- Original Message ----
From: Ophoeng <[EMAIL PROTECTED]>
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Sent: Tuesday, September 30, 2008 12:51:35 AM
Subject: [budaya_tionghua] Resto Jadul Masih Bertahan. (Was: Tahu Makannya 
Doang, Jeh!)


Bung ABS, Bung Fy Zhou dan TTM semuah,

Hai, apakabar? Sudah makan (buka)?

Terima kasih atas respon anda berdua, terutama Bung Fy Zhou yang 
bilang bukan minatnya terhadap makanan, tapi tetap mau urun rem-
bug ungkapkan ttg resto jadul di Godila - Gondangdia Lama ini. Sa-
ya sangat menghargai respon anda ini, sebab walau ndak minat tapi
tetep ikut bicara. 

Kalau boleh saya ikutan nimbrung lagi nih ya...

Saya baru tahu kalau dulu-dulunya Toeng Kwong atawa Tjahaja Kota 
itu berlokasi di deket bunderan Patung Tani, dan namanya dulu Kra-
mat Bunder. Memang asyik kalau baca cerita jaman dulu, serasa kita 
masuk ke lorong dimensi waktu dan ruang dan tempat lama. Walau 
sesudahnya, saya suka merasa pusing ketika balik ke masa sekarang, 
tapi tetep sajah asyik sekali mengarungi waktu flash back gitu, jeh!

Trio memang enak-enak makanan-nya, menunya ya itu-itu saja. Sa-
king seringnya anda makan di situ, bisa hapal semua menu yang 'ku-
no' dan khasnya. Katanya dulu Trio didirikan oleh tiga orang sahabat, 
saya pernah baca entah di mana. Lalu 2 orang sahabatnya menyerah-
kan ke yang sekarang, untuk terus dikelolanya. Tapi juga ndak jelas 
kenapa yang 2 tidak lagi berminat meneruskan kongsinya.

Huzaren sla dan ayam nanking, juga gohiong Trio-nya enak sekali.

Yang unik lagi, waktu seolah berhenti berputar di Trio. background 
musiknya masih lagu-lagu lama jaman Patty Sisters, itu kira-kira ta-
hun 1960-an akhir ya?

Resto Trio dan Tjahaja Kota (d/h Toeng Kwong) dua-duanya bisa 
terima catering di tempat anda, lengkap peralatan dan orang yang
melayaninya.. Dengan order minimal sejumlah tertentu. Waktu saya
masih ngantor di Cikini, suka pesen mereka untuk makan rame-2
di kantor bersama teman-teman termasuk para bule expat-nya.

Resto di sebelahnya yang 'bersaudara' , mungkin yang Bung ABS mak-
sud adalah Paramount ya? Agak jauh sekarang lokasinya. Menunya 
memang agak-agak mirip, tapi saya tetap lebih suka makan di Trio,
walau panas tanpa AC, dan dikerubungi tukang ngamen dan tukang 
semir dan tukang majalah. Paramount banyak yang sewa untuk pes-
ta pernikahan. Tempatnya memang luas dan bertingkat plus AC.

Resto Toeng Kwong benar menunya hampir sama-sama jadul, tapi 
lebih ke arah Chinese food condongnya, sementara Trio lebih banyak
condong ke menu 'peranakan'( ?) yang ada pengaruh Belanda-nya. 
Harga masih lebih murah di Trio, walau sekarang Trio tidak bisa di-
golongkan sebagai resto dengan harga murah lagi.

Yang jadul juga, mungkin bisa disebut Tan Goei di Menteng. Atau ka-
lau mau bergaya sederhana mirip Trio, ada satu di kawasan Senen. Ma-
suk jalan kecil, namanya A-nam (atau Paknam, lupa lagi). Kuno banget 
dan menunya tidak banyak. Spesial mereka adalah pangsit masak (lu-
pa nama persisnya). Patut dicoba punya, sebab tidak ada resto yang 
menyediakan menu begitu.

Siauw A Tjiap juga mungkin bisa digolongkan jadul. Spesialnya tentu 
saja belut cah fumak. Yang otentik kayaknya yang di Pintu Besar Se-
latan. Pernah buka di BSD tapi pas BSD belum berkembang, jadi su-
dah tutup lagi digantikan Resto Padang. Padahal sekarang BSD (sori,
nyambung BSD lagi ya) banyak dikepung resto-resto di mana-mana.

Waktu Glodok Plaza belum dibangun, dulu di kawasan Pinangsia situ,
yang sekarang jadi Plaza Pinangsia(?) pusat komputer itu, ada satu ke-
dai soto ayam Kadipiro atau apa. Lokasinya di rumah-rumah gemeente
yang kayaknya dulu merupakan perumahan eks Belanda (sipir?). Dekat
situ tentu kudu mampir juga ke Resto Panggang Ayam Malang (mana
ada ayam dipanggang merasa 'bahagia' ya?), termasuk jadul juga.

Jangan lupa Eka Ria dan Angke, juga di Kebayuran Lama ada Nico, ka-
tanya Eka Ria dan Nico itu favorit Oom Liem ya. Satu lagi di Gunungsa-
hari, deket showroom Volvo, ada yang jual spesial sekba, kuno juga.
Bagaimana Nasi Tim Baharu di Mangga Besar? 

Kalau yang tendaan, saya suka kagum dengan Pinokio, masih bertahan 
sampai sekarang, tetap setia menjajakan ayam bakar. Sekarang mereka
mangkalnya di Samanhudi, malam saja, di depan Resto Bakmi Permata.
Juga di sekitar situ ada Nasi Uduk Kota Intan, Soto Kudus, dan sate +
sup kambing bening (sebelah Pinokio) yang sudah ada sejak tahun 70-
an, bertahan terus sampai sekarang mungkin sudah generasi ke-3?

Itu saja yang saya masih ingat, barangkali ada yang bisa dan mau me-
nambahkan? Silakan saja. Eh, barangkali ada yang tahu, kenapa Blue
Ocean (BO) tutup ya? Padahal itu resto dulu kayaknya laris tuh? 

Halah, kalau sudah bicara resto, saya selalu senang melanjut-lanjut,
sampai suka ndak ingat ada yang ndak suka ya. Sorry, kalau ternyata
tidak berkenan di hati anda ya.

Begitu ajah sih ya.
Sila koreksi kalau ada yang salah, dan tolong tambahkan kalau kurang.

Salam makan enak dan sehat,
Ophoeng
BSD City, Tangerang

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "Akhmad Bukhari Saleh" <[EMAIL 
PROTECTED] > 
wrote:

Restoran Trio ini, langganan saya dari kecil, unik.
Sebetulnya dia sudah meningkat jadi suatu restoran mewah, yaitu yang 
disebelahnya. 
Tetapi untuk yang masih kepingin makan di resto tanpa AC dengan debu jalanan 
ikut 
masuk piring, he he he... resto yang lama masih tetap dibuka.
Menunya agak sedikit beda, tapi dua-duanya enak.

Saingan Trio ini, saingan dalam arti jenis menu mirip, adalah Toeng Kong di 
bundaran 
Kramat Bunder yang sekarang tempat Patung Pak Tani.
Waktu Bung Karno memasang patung tersebut di bundaran itu, resto ini pindah 
beberapa 
ratus meter ke arah Barat dan berganti nama jadi Tjahaja Kota (mempertahankan 
inisial 
"TK"-nya).

Wasalam.

============ ========= ===


----- Original Message ----- 
From: Fy Zhou 
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
Sent: Monday, September 29, 2008 11:41 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Tahu Makannya Doang, Jeh! (Was: Belajar 
Makan Bakmi 
Tanpa Nasi di Medan)



Bagi yang senang bernostalgia, mungkin Restaurant Trio di jalan gondangdiah 
Menteng 
perlu dikunjungi. Mungkin Pak Danar sudah pernah kenal?

ZFy



 


      

Reply via email to