Sdr.David,

arti kata xiao sendiri memang luas dan juga tidak sesempit seperti di 
film-film, yang salah satunya yang anda tonton adalah berjudul "Born 
to defence" atau Zhonghua Yingxiong yang dibintangi oleh Jet Li.

Anak sekalipun berhak memprotes perilaku orangtuanya dengan istilah 
mengajukan jian atau petisi. Jian ini dilakukan dengan berlutut dan 
dengan hormat pula, bukan dilawan dengan emosi. Dan salah satu 
syaratnya adalah ketika orangtua sudah reda emosinya. Pengajuan jian 
ini ada beberapa cara, dimana yang paling umum adalah guijian hingga 
yang tertinggi adalah xuejian. Dan xuejian biasanya dilakukan oleh 
pejabat negara terhadap kaisarnya.

Perilaku Xiao yang baik adalah ketika dirinya tidak melakukan hal-hal 
yang menggelisahkan orangtuanya. Hal ini termaktub dalam kitab Lun Yu.
Selain itu adalah sikap yang terpuji di masyarakat, seperti tidak 
mencuri atau juga setengah mencuri, yang dikenal dengan istilah 
sepanyol. Jadi konsep berbakti juga terkait dengan sikap kita di 
masyrakat, dimana sikap kita harus menjaga muka orangtua kita jangan 
mencorengnya.

Orang yang sudah senior terkadang suka lupa daratan dan menekan yang 
bawah dengan senioritas atau juga hubungan kekerabatan. Padahal ada 
satu istilah yang berlaku juga dikalangan Ru, Seorang raja memiliki 
perdana mentri untuk menjaga alur kebijakan sang raja, seorang ayah 
memiliki anak untuk mengetahui kekurangannya.
Jadi disini orangtua boleh dikritik oleh anaknya sendiri, asal dengan 
cara yang sopan.
Dalam beberapa hal tertentu, kebiasaan di beberapa daerah terutama 
utara, biasanya keluarga ibu atau jiu-jiu akan turun tangan menangani 
masalah pertengkaran anak dan ayah, terutama anak itu sudah menikah.

Bicara masalah berkabung 1 tahun dan 3 tahun atau xiao xiang dan da 
xiang, sebenarnya dikaitkan dengan jerih payah orangtua kita 
membesarkan diri kita. Satu tahun pertama adalah suatu masa yang amat 
berat bagi kedua orangtua kita dan juga 3 tahun pertama itu amat 
rentan bagi pertumbuhan kita. Jadi masa berkabung juga dikaitkan 
dengan masa perawatan diri kita semasa balita.

Uniknya, sikap xiao selalu dikaitkan dengan Ru, seolah-olah aliran 
lain tidak bicara xiao. Dan begitu banyak orang yang beranggapan 
bahwa budaya xiao adalah milik kaum Ruist. Hal ini menyesatkan dan 
mengecilkan peranan aliran-aliran lain.




Hormat saya,


Xuan Tong
--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "David Kwa" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Ko Ophoeng dan RRS yb,
> 
> Owe ingin menambahkan.
> 
> U-Hao —LF dan Put-Hao •sF (bukan Pu-Hao) itu istilah Hokkian; 
> Mandarinnya You Xiao dan Bu Xiao. Hao (Hokkian selatan) = Xiao 
> (Mandarin) = sering diterjemahkan sebagai bakti (anak kepada 
> orangtua) dan kedua istilah itu sebagai eberbaktif atau etidak 
> berbaktif (kepada orangtua). Bahasa Inggris mencoba menerjemahkan 
> Xiao sebagai efilial pietyf. Tapi pengertian Hao/Xiao lebih dari 
> sekadar eberbaktif. Untuk itu mohon penjelasan dari para qianbei 
> dan rrs yang lebih paham tentang Hao/Xiao. 
> 
> Dalam budaya Tionghoa Put Hao (Bu Xiao) itu perbuatan yang sangat 
> nista. Bila dikatakan oleh orangtua bahwa sang anak put hao, maka 
> ucapan itu dapat dikatakan bernada kutukan. Oleh sebab itu kata-
kata 
> itu yang tidak sembarang diucapkan orangtua yang mengerti, seberapa 
> geramnya pun orangtua kepada perbuatan sang anak. Ajaran tentang 
Hao 
> diwariskan secara turun-temurun dan dimanifestasikan terutama dalam 
> hao selama orangtua masih hidup, pada waktu orangtua meninggal dan 
> setelah orangtua meninggal. Pada waktu orangtua masih hidup, dengan 
> selalu menyenangkan hati orangtua dan tidak pernah membuat hati 
> mereka berduka. Pada waktu orangtua meninggal, antara lain, dengan 
> menyelenggarakan upacara pemakaman yang pantas, mengenakan pakaian 
> berkabung, menyediakan petimati dan makam yang baik, dan berkabung 
> (toa-ha `ՍF) selama waktu tertentu. Setelah orangtua meninggal, 
> dengan menyembahyanginya pada waktu-waktu tertentu.
> 
> Karena begitu tingginya nilai Hao dalam budaya Tionghoa, maka dalam 
> film-film yang berlatar budaya Tionghoa tidak pernah/sangat jarang 
> ditampilkan anak yang melawan orangtuanya, bahkan gurunya 
> sekalipunn. Kadang kita sampai dibuat terharu melihat bagaimana pun 
> marahnya orangtua kepada anak, anak tetap tidak melawan. Sampai 
> akhirnya orangtuanya sadar akan sikapnya yang gketerlaluanh 
kepada 
> sang anak. 
> 
> Sebuah film yang dibintangi Jet Lee (saya lupa judulnya) berkisah 
> tentang seorang gadis dari keluarga miskin yang sampai harus 
> menjajakan dirinya kepada orang asing di Shanghai tempo doeloe. 
> Bukan main marahnya sang ayah yang penarik rickshaw (langchia) 
> mengetahui perbuatan sang anak yang dianggapnya terlalu nista, yang 
> sampai dipermainkan orang asing di depan matanya. Sang ayah sampai 
> tega mengusir sang anak dari rumahnya, namun sambil menangis dengan 
> memeluki kaki sang ayah sang anak berulang-ulang memohon ampun. 
> Akhirnya sang ayah sadar setelah ditengahi oleh Jet Lee. Di sinilah 
> kita melihat betapa tingginya nilai Hao dalam pandangan budaya 
> Tionghoa. Ini hanya sekadar contoh.
> 
> Jadi, pengertian Hao F di sini bukan Hao D dalam edialekf 
> Mandarin yang artinya ebaikf. Dalam dialek Hokkian selatan Hao 
> Mandarin dilafalkan Ho.
> 
> Kiongchiu,
> DK
> 
> Message #37241 of 37248 
> 
> Setuju, Memberi Muka=Memaafkan. (Was:Ajaran Budaya Tionghua tentang 
> memaafkan.) 
> 
> 
> Bung Sur dan TTM semuah,
> 
> Hai, apakabar? Sudah makan?
> 
> Ikut nimbrung dikit, mudah-mudahan tidak ditangkap sebagai 'salah' 
> ya.
> 
> Ijinkan saya bersetuju dengan pendapat anda, memberi muka bisa 
> berarti juga memaafkan, mengerti, memahami sikap seseorang. Apalagi 
> kalau yang dijadikan contoh adalah orangtua yang sudah pikun. 
Begitu 
> juga terhadap orangtua yang kita tahu semasa perjalanan hidupnya 
> dulu, selalu mengalami hal-hal yang tidak mengenakkan, selalu 
> mendapat perlakuan buruk, menjadikannya trauma, jadi apa-dan 
sesiapa 
> saja selalu menghubungkannya dengan memori yang menjadikannya 
trauma 
> mengerikan.
> 
> Justru kepada mereka yang mengalami trauma semasa hidupnya, mungkin 
> lebih baik kita merasa iba, kasihan, supaya traumanya menjadi 
hilang 
> berangsur-angsur dengan cara menunjukan empati kita, memberinya 
muka 
> dan memahami saja apa yang dikatakannya ya.
> 
> Memang benar untuk menjadi 'u-hauw' itu susah, makanya saya selalu 
> kutipkan ujar-ujar ini: it takes one second to be bad (= pu-hauw) 
> and a one whole year to be good (= u-hauw), katanya sih itu dari 
> Confusius. Makanya, lebih banyak jumlah orang gagal dari yang 
> sukses, butuh waktu 'setahun' untuk menjadi uhauw, tapi just one 
> second, sedetik doang: ambil batu, lempar ke kepala orang lewat, 
> beres, maka jadilah sudah anda seorang 'bad'!
> 
> Hanya saja, memang manusia secara hakiki, hak azasi, hak paling 
> mendasar itu dikasih pilihan, mau jadi 'bad' atau mau jadi 'good', 
> terserah anda saja. After all, katanya "there is nothing good or 
> bad, only thinking makes it so". So be it good or bad, tergantung 
> orang ajah yang menilainya, jeh!
> 
> Anda boleh saja berusaha menjadi baik, menjadi good, menjadi u-
hauw, 
> sesuai dengan norma yang ada atau standar yang normal, tapi bisa 
> saja anda tetep dianggap 'not good' ama orang lain toh? Lha, 
standar-
> nya ditentukan ama dia sendiri sih, yang beda dan 'benar' menurut 
> sendiri aja. Tapi, kembali lagi, hak azasi orang itu untuk 
> menentukan standarnya ya? Dunia kita menuntut kebebasan, begitu 
juga 
> milis BT kita ini toh.
> 
> Tapi, tetaplah berbaik-baik, walau butuh waktu setahun. Sebab 
> kebaikan itu ajaib: makin banyak anda bagikan, makin banyak anda 
> dapatkan. Ibarat materi, hanya yang berkelebihan saja yang bisa 
> memberi toh? Dan kalau anda berbagi kebaikan, anda tidak menjadi 
> miskin karenanya.
> 
> Begitu sajah sih ya kira-kira.
> Kalau salah, tolong dikoreksi, kalau kurang ya sila ditambahi.
> 
> Salam makan enak dan sehat saja,
> Ophoeng
> BSD City, Tangerang
>


Kirim email ke