Didalam budaya Tionghoa, memang ada yang memakai kebiasaan menjelekan anak, semisal untuk besanan, maka sesama calon besan akan menjelaskan kejelekan masing masing anak nya, sehingga diharapkan setelah menikah kedua besan sudah saling mengerti bila anak anak nya suka ribut .... :o), dengan kata lain menjelekan di sini untuk menjaga agar nantinya ketika ada keributan keempat orang tua tidak membela anak anak nya.
Sedang untuk menjelekan anak di bidang lain, biasanya dengan tujuan agar si anak tidak takabur, memang situasi sekarang sudah berubah, orang tua yang suka menjelekan anak berkurang, yang banyak membanggakan anak, bisa jadi karena terjadi pergeseran budaya, padahal makna menjelekan anak dengan tujuan agar sianak tidak takabur termasuk unik, daripada yang menjelekan nya orang lain. Semisal........" anak gue bloon banget masak ulangan math nya dapat 5 " " anak gue payah, math nya dapat 5 " " anak gue mathnya dapat 5 " " anak gue math nya dapat 5 padahal biasanya dapat 4 " " anak gue math nya dapat 5 sedang biasanya dapat 6 " Silahkan renungkan.....yang mana yang terbaik. Karena semua ucapan tersebut mengandung nilai psikologis yang berbeda akibatnya terhadap si anak. sur. http://indolobby.blogspot.com ----- Original Message ----- From: Lim Wiss Okelah, kejelekan ortu tidak boleh kita ungkit-ungkit tapi kenapa banyak ortu suka sekali ungkit-ungkit kejelekan anaknya di banyak orang ? Bukankah itu bodoh? Orang akan respek pada kita kalau kita tdk banyak kejelekan. Kalau orang sampai tahu kejelekan ortu dari anaknya atau kejelekan anaknya dari ortu, orang lain khan tdk akan respek