Sekarang ini banyak buku yang ngaco-belo tentang segala hal, terutama tentang sejarah. Yang populer antara lain tentang Tionghoa Indonesia brengsek, tentang PKI tidak terlibat G-30-S, dan tentang Soeharto itu orang baik. Karena buku-buku ini, yang mutunya, baik isi maupun cetakannya, bagi kita jelas-jelas rendah, tetapi nyatanya sangat laku di kalangan muda yang awam.
Untuk fenomena ini, tidak cukup kita hanya mengatakan itu ngaco, nggak usah ditanggapi. Justru harus dijelaskan kengacoannya itu dengan runut dan rinci, supaya orang kebanyakan tidak tersesat. Wasalam. -------------------------------------- ----- Original Message ----- From: David Kwa To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 09, 2008 3:42 PM Subject: [budaya_tionghua] Re: buku baru (3) RRS, Tanggapan saya sih singkat saja, ngaco-belo! Bagaimana mau menanggapi sesuatu yang ngaco-belonya parah. Harus mulai dari mana? Sejarah tidak tahu, semua tidak tahu! Sekolah THHK dibilang sebagai tandingan sekolah Belanda??? --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Karena ngawurnya sudah terlalu jauh, apa masih perlu ditanggapi sih??? bunag2 energi saja. > ? > Hanya saya geli juga,?istilah kasta yang saya cetuskan dulu ternyata diperkuat di buku ini! hahaha...huebat ya? > ? > ZFy > > --- On Thu, 10/9/08, King Hian <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > From: King Hian <[EMAIL PROTECTED]> > Subject: [budaya_tionghua] buku baru (3) > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com > Date: Thursday, October 9, 2008, 7:42 AM > > Tulisan di bawah ini mungkin bisa menjadi bahan diskusi yang panas di milis ini. > Tetapi, saya berpendapat masalah 'sensitif' bisa?didiskusikan dengan baik, daripada dipendam dalam hati masing2 (sambil ngedumel). > ? > salam, > KH > (bukan ngajak perang) > ------------ --------- --------- --------- --------- ---- > Ada satu buku baru yang akhir2 ini banyak dijual di toko2 buku, berjudul: > ? > APA KATA HATI ORANG PRIBUMI 1 APA KATA HATI ORANG NON PRIBUMI (CINA) > ditulis oleh: Asri Bintoro > diterbitkan: Aggra Institute > harga: Rp. 25.000,- > ? > Menurut penulisnya, buku ini ditujukan untuk menanggapi buku tulisan Prof Hembing yang berjudul <Pembantaian Masal 1740 Tragedi Berdarah Angke>. > ? > Menurut saya, banyak praduga (yang tidak benar) dari penulis buku ini. Berikut adalah beberapa point yang saya tuliskan di bawah: > ? > 1. Isi buku ini dimulai dari 'ketidak-tahuan' penulis tentang istilah Tionghoa dan Cina. > > Hal 15: > Hanya kami sebagai orang luar tak habis mengerti dan ingin mengerti mengapa ada dua golongan pendapat, yang sebagian golongan menyebut orang CIna itu sebagai orang Cina, ada segologan lagi yang menyebut diri sebagai etnis TIonghoa > 2. Penulis menyimpulkan bahwa istilah Tionghoa diinginkan oleh Cina kaya yang menginginkan perbedaan dengan Cina miskin. > > hal 19: > Timbul golongan Cina yang sudah mapan yang merasa diri lebih terhormat dari yang lain, orang pribumi alusan (golongan priyayi) ikut mengatrol gologan Cina yang berhasil denga menyebut mereka etnis Tionghoa. > Dalam suasana ke Jawaan yang aristokratis, mungkin kata Tionghoa dirasakan lebih bergengsi, lebih santun dan lebih pas ketimbang kata Cina yang dirasakan lebih negatif. > ? > hal 21: > Kegelisahan ini yaitu ingin segera meninggalkan sebutan Cina dan mengganti dengan etnis TIonghoanya hanya terjadi pada masyarakat Cina, yang sudah kaya saja, apa lagi yang sangat dekat hubungannya dengan kehidupan aristokratis keraton-kraton Jawa, ditambah kelompok lain diluar itu atau orang miskin yang sudah merasa kaya yang sudah terpengaruh budaya kraton tersebut. > 3. Penulis juga menduga, istilah Tionghoa-Cina ini seperti tingkatan dalam bhs Jawa: > > hal 20: > Kata CIna tampaknya dapat diperhalus menjadi TIonghoa agar serasi dengan kehalusan bahasa kromo Jawa. Kata Cina lebih lebih yang dikatakan dalam logat Jawa (Cino) seperti mengandung rasa terhina, kasar, urakan dan tak sopan bagi sebagian orang Cina mapan, karena kata itu menurut perasaan mereka hanya tepat untuk orang-orang Cina yang masih miskin dan terpuruk. > ? > hal 25: > Kata CIna, diperhalus menjadi Tionghoa agar serasi dengan kehalusan bahasa kromo inggil Jawa. ... Mungkin kelak tanpa sengaja menjadi kosa kata baru, bahwa untuk orang Cina golongan rendah disebut dalam bahasa ngoko sebagai Cino, dalam bahasa kromo madya Cinten, dan untuk golongan CIna yang mapan dan bergengsi disebut atau menyebut diri dengan bahasa kromo inggilnya Cina adalah Tionghoa. > 4. Menurut penulis, hanya Cina di Jawa Tengah -Timur saja yang mempermasalahkan istilah Tionghoa-Cina > > hal 22: > Orang-orang Cina diluar Jawa Tengah dan Jawa Timur yang belum menikmati suasana aristokrasi Jawa, misalnya orang Cina dari Pontianak, dari Bangka, dari Benteng, tak pernah memasalahkan perbedaan Cina dan Tionghoa > ? > 5. Penulis juga menduga bahwa istilah Tionghoa Cina ini karena orang Cina di Indonesia merasa lebih daripada Cina di tempat lain: > > hal 23: > Mungkinkah ada kelompok yang ingin melegalkan istilah Tionghoa sebagai satu-satunya nama kelompok orang CIna dengan risiko menghentikan upaya kelompok lain yang tetap menggunakan istilah Cina dan menggantikan istilah Cina bagi kelompoknya, yang dengan demikian dapat membentuk identitas baru dan meninggalkan identitas lama, alias mandiri tak terkait dengan negara leluhur, atau persaudaraan Cina di manapun? Atau karena kelompok itu merasa merupakan kelompok terbaik dibanding yang lain, bahkan dengan komunitas Cina di tempat atau negara lain. > 6. Penulis juga kurang/tidak mengetahui sejarah: > > 1. Sekolah THHK dikatakan sebagai tandingan sekolah Belanda, > hal 18: > Sudah ada paling tidak sejak berdirinya Sekolah CIna bernama Tiong Hoa Hwee Koan pada 1900 sebagai tandingan adanya sekolah-sekolah Belanda yang mahal, atau sebagai proklamasi dipergunakannya istilah Tionghoa. > ? > 2.?Tujuan Zheng He?untuk meneruskan pasukan Kubilai Khan atau intervensi pengangkatan Raden Patah > hal 45: > Ada spekulasi yang menyatakan bahwa kedatangan Laksamana Cheng Ho ke nusantara sebagai pengulangan upaya pasukan Khublai Khan (dinasti Yuan) untuk menguasai tanah Jawa, setelah gagal di Kediri pada awal awal kerajaan Majapahit > ? > Atau ada yang mengatakan bahwa kedatangan CHeng Ho ke Jawa untuk mengadakan intervensi dan mengawal pergantian raja Majapahit yang Hinduistis kepada raja R. Patah atau Pangeran Jin BUn raja Islam peranakan orang Cina.? di > ? > hal 47: > Kita lihat saja kedatangan duta Menchi, kedatangan pasukan penyerang yang ingin balas dendam kepada raja Kertanegara, kedatangan ekspedisi Laks, Cheng Ho, penuh dengan kegarangan tentuk mendatangan pikiran lain dengan kedatangan kuli Cina untuk menambang emas di Sambas dan timah di Bangka. > ? > hal 79: > Yang mengherankan ialah bahwa hanya untuk missi damai mengapai sampai Kaisar Zu Di mengerahkan armada demikian besar,? tetap menjadi tanda tanya. Untuk missi damai mestinya Kaisar Zu Di tak mengerahkan armada sebesar itu 208 kapal dan 27.000 pasukan cukup untuk emnghancurkan negara negara kecil yang dilaluinya dengan mudah. Ada spekulasi bahwa kedatangan Laksamana Cheng Ho untuk mengintervensi pergantian rejim di Jawa. Raja Brawijaya terakhir yang Hinduistis digantikan Pangeran Jin Bun yang nama Islammya disebut Raden Fatah, peranakan Cina dengan jajaran pemimpin2 Islam yang mendukungnya yaitu para ulama yang semua didatangkan dari negeri CIna bersama armada Laksamana Cheng Ho yang beragama Islam. > 7. Penulis melihat Cina di Indonesia yang serba negatif: > > 1. Pikiran orang Cina adalah duit, tidak suka politik, masuk PTN gak mau, jadi PNS gak mau, jadi tentara juga ada maksudnya > hal 63: > Jiwa dagang orang Cina, akan betahkah menekuni dunia politik di parlemen yang masih gelap duitnya (dulu). Selain itu pemuda-pemudi Cina juga kurang tertarik memasuki Perguruan Tinggi Negeri karena menganggap mutunya yang kurang memenuhi selera, apa lagi untuk mata pelajaran yang terkelompok menjadi pelajaran humaniora yang tak akan quick yielding. Yang menarik biasanya hanya fakultas kedokteran, ekonomi dan bahasa Inggris. > ? > Tentu saja kurang tertarik untuk memasuk pegawai negeri selain saingannya sangat banyak gajinya sedikit dan menunggunya cukup lama sulit untuk mencukupi kehidupan apalagi mewujudkan kehidupan bergengs. Akan betahkah jiwa dagang orang Cina untuk menunggu uang gajian yang sedikit sampai pada ujung bulan dan dalam keadaan tidak mencukupi. Meragukan. > ? > Beberapa orang masuk menjadi tentara dicurigai, sebagai bukan karena patriotismenya, melainkan karena wajib kerja, dan sangat bermanfaat bagi keamanannya dan keamanan keluarganya, mungkin etnisnya. Tentu saja pilihan terbaik mereka adalah menjadi manajder, bos usaha, baik itu kecil maupun besar. Dapat bekerja bebas dan banyak uang. > ? > 2. Orang Cina serakah dan suka berbuat negatif > hal 61: > Ketika kami orang pribumi belum melek huruf, orang? Cina sudah pintar2, tahu seluk beluk hubungan manusia dengan manusia lain, sudah tahu tipu menipu, mengakali negara atau orang lain, tahu ekonomi perdagangan, tahu soal bank, soal kredit, dan cara cara utang dan cara cara orang ngemplang. Orang orang pribumi (pejabat pejabat) yang mencoba coba main api, tetapi wong kurang pengalaman ya ketangkap semua. > Biarlah mereka orang orang CIna kemaruk dan kini ingin dan sedang mendapat giliran menikmati keberhasilannya. Biarlah berikan kesempatan untuk itu. Tak usah risau nanti ada giliran buat orang pribumi. > ? > hal 99: > Yang menumpang mencari makan, makannya enak-enak, punya tanah luas, pabrik pabrik, menjadi bos bos, sedangkan orang yang ditumpangi jadi kuli kulinya, jadi tukang kebonnya jadi pembantunya, makanya hanya dari sisa sisa dan tulang karena dagingnya sudah habis, dimakan taokenya. > ? > 3. Orang Cina tidak nasionalis, selau? Cina sentris > hal 38: > Padahal pikiran mereka boleh dikata Cina sentris, artinya dalam setiap pembicaraan selalu membangga banggakan negeri leluhur apapun yang terjadi .. selalu tidak menyukai negara pesaing Cina misalnya Amerika,? padahal anaknya belajar di Amerika atau Australia. Kenapa tidak berterima kasih kepada negara di mana anaknya belajar atau cari nafkah. Hal ini tentu saja menimbulkan tanda tanya mengenai kesungguhan tentang bagaimana mereka mengamalkan pribahasa yang berbunyi "dimana kita berdiri, disitu langit dijunjung, apalagi right or wrong my country. > ? > hal 60: > ketika orang pribumi merebut kemerdekaan dan mempertahankan keutuhan bangsa, ada sih partisipasi orang CIna, tetapi yang lain boleh tak mau tahu dan tetap lebih terbuai di dalam usahanya dan dunianya sendiri. Hal ini mungkin juga disebabkan sulitnya melihat dan menentukan gelagat untuk menempatkan diri pada sebelah mana, selain itu tuntutan memenuhi kebutuhan hidup lebih tinggi dibanding dengan penduduk pribumi, kadang-kadang dapat mengaburkan jiwa perjuangannya. Perasaan hanya sebagi penumpang cari nafkah, mebongsai nasionalisme orang Cina, demikian pula orientasinya yang selalu ke negara leluhur mengurangi cinta terhadap tanah air barunya yang dihuninya. > ? > hal 86: > Tampaknya Cina sentrisme di nusantara ini yang masih selalu berorieantasi ke negara leluhur dan selalu menjagakan dan mengagul agulkan dukungan paling besar yang diharapkan datang dari pemerintah Cina. > ? > 4. Kerusuhan antiCina adalah teguran karena orang Cina setelah sukses menjadi arogan > hal 51: > Sayang sekali ketika datang keberhasilan2nya, maka tumbuh pula arogansinya. Sebagai orang timur yang sedikit2 masih percaya pada spriritualisme, kami katakan bahwa musibah peristiwa Angke 1740 terjadi, sebagai TERGURAN atas arogansi yang dikarenakan keberhasilan yang dicapai. > ? > hal 52: > Namun sayang sekali ketika telah sampai kepada keberhasila2nya, maka tumbuh arogansi2nya, lalu datang musibah 14 Mei sebagai TEGURAN. > ? > 5. Pikiran Cina selalu negatif thd pribumi > hal 62: > Jika pak Lee Kua Yew, mengatakan pemerintah berusaha memarjinalkan orang orang CIna setelah orang orang Cina (di Malaysia dan Indonesia) memperoleh kemajuan. Heran, getaran suara hati orang Cina di mana-mana sama. Sehingga tampaknya orang orang Cina dimana saja mempunyai pikiran yang sama terhadap kaum pribuminya. > ? > 6. Cina kaya melarikan modalnya ke luar negeri > hal 88: > Kenyataan di Singapura ada 18.000 orang Cina kaya Indonesa yang ikut memperkaya Singapura. Bagaimanapun pikiran orang Cina melihat kejadian ini. Pikiran orang pribumi jelas kesal setengah mati (mungkin termasuk orang Cina miskin). Ketika orang di sini masih kesulitan uang (katanya) tahu-tahu kok dibawa kabur keluar negeri. Betul betul setan alas. > ? > hal 100: > Orang pri umumnya rela ditipu mentah mentah tak mengapa itung itung membayar sekolahan sebab masih bodoh. Hanya masalahnya tukang tipu tak mau berhenti, silih berganti, seperti hal itu akan menjadi sikon yang tetap. Yang berhasil mengambil bagian besar dan yang konangan lari, yang ketangkap anah buah yaitu orang pribumi, yang bagiannya kecil-kecil saja. Sudah begitu yang berhasil dan lolos jerat hukum yang dulu miskin jadi sombong, arogan. > ? > Sekarang tinggal bagaimana maunya orang pri. Mau atau sudah cukup menjadi orang pinter sendiri, atau cukum menjadi atek orang yang minteri, atau cukum menjadi orang yang ditipu tapi makmur. > ? > 7. Ada niat orang Cina Indonesia?untuk mendirikan negara sendiri seperti Singapura > hal 39: > Atau memang mereka masih beranggapan di nusantara ini bukan dinegaranya alias menumpang atau seperti orang Singapore yang baru merasa dinegaranya setelah mereka berhasil menguasai negara Singapore. > ? > hal 96: > Merasa ekonominya telah kuat, maka orang Singapura merasa lebih baik berdiri sendiri. Sekalipun belum tentu bersepaham dengan negeri leluhurnya yang baru, di Singapuralah etnis Cina telah menancapkan bendera politiknya secara berhasil. Cina Singapore bukan beruang merah, tetapi naga. Naga yang kecil kini menjadi naga besar dan bertengger di sana, untuk memaksa singa bodoh jadi patung, karena singa itu bener benar bodoh. Apa itu akan terulang lagi di bumi nusantara ini. > ? > Demikian pula sekalipun Singapore telah memperlihatkan contoh pencinaan (Cinanisasi) negara Singapore secara nyata, toh segala lapisan masyarakat pribumi dari pejabat sampai dengan rakyat serta merta ikut dengan tulus membaur dalam pesta Cina yang meriah dan merah itu tanpa disertai pretensi dan tanpa diracuni perasan curiga. Apa kita masih bodo dan minder akan adanya penetrasi, dan tanpa hirau perbedaan etnis yang ada, atau tanpa hirau ada apa dibalik pikiran Cina yang tersembunyi. Atau karena kita masih bodoh? > ? > Orang pribumi sudah mengantisipasi hal tersebut sejak lama, entah kapan. Dengan ketawa Indonesianya yang khas dan ramah orang pribumi cuma mengingatkan yang berniat baik akan dilayani dengan baik, yang jahat harus dibuang. SURO DIRO JAYANINGRAT LEBUR DENING PANGASTUTIU, dikatakan jika hal itu terjadi, menjadikan bumi ini seperti Singapore dengan cara yang tak senonoh, orang pribumi meramalkan (mengancam) siap dan bertekad "Elo Elo Cino Londo kari sejodo, wong Jawa kari separo." Kedengarannya seperti guyon (humor), tetapi apa kurang dahsyat? > ------------ --------- --------- --------- ------ > ? > ? > ? > ? > ? > > ? > ------------------------------------------------------------------------------ No virus found in this incoming message. Checked by AVG - http://www.avg.com Version: 8.0.173 / Virus Database: 270.7.6/1711 - Release Date: 10/6/2008 5:37 PM