Bung Ardian C. dan TTM semuah, Hai, apakabar? Sudah makan?
Nimbrung dikit ajah ya. Saya setuju dengan prinsip yang anda ajukan di bawah ini. Buat saya, namanya orang hidup, masih bisa berubah. Bisa lebih baik, tapi bisa saja lebih buruk. Rasanya manusiawi sekali, tergantung kita mau bergaul atau tidak dengan se- seorang. Kalau mau ya terima saja apa adanya, bukan? Juga, kalau kita kenal seseorang, mungkin memang tak perlu menggali-gali ke- lakuannya di masa lalu, tidak usah juga mencari rahasianya, atau membeberkan keburukannya. Kita cocok, kita bergaul apa adanya dia yang sekarang. Kalau ke- mudian tidak cocok, ya sudah tidak perlu diteruskan ya. Tapi, nanti disalahkan tidak kalau kita bertindak demikian? Sebab mungkin ini bisa dikategorikan tidak transparan? Membaik-baikkan yang buruk istilahnya? Haiya, jaman memang selalu berubah. Jangan-jangan saya sudah mesti masuk museum, atau bahkan sudah menjadi fosil. Maksud hati mau positive thinking, tapi apa daya lantas jadi masalah juga. Sudah tidak cocok lagi kita menganut a- jaran budi pekerti yang lama kayaknya ya? :D) Begitu ajah sih ya. Salam makan enak dan sehat, Ophoeng BSD City, Tangerang --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "ardian_c" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Ada satu buku namanya Cai Gen Tan èæ ¹è° karangan Hong Yingming 洪�"æ yg dibuat jaman dinasti Ming. Ditulisnya ä¸æä»äººä¹ç ä¸æ¢ä»äººä¹ç§ ä¸æä»äººä¹æ§è¿ åå¯ä»¥æ¤å »å¾·ç害 yang artinya Tidak membuka keburukan orang tidak mencari rahasia orang tidak memikirkan perbuatan lampaunya hal ini bisa menjaga/memelihara budi pekerti dan menghindari bahaya