Kutipan di bawah ini bagus. Memang sebaiknya tidak perlunya membuka keburukan orang lain.
Tapi dalam banyak kasus kebenaran harus dinyatakan dan berarti keburukan juga harus disebut-disebut. Dari situ orang bisa belajar dan memperbaiki. Kalau kesalahan/ keburukannya dianggap tidak ada, berarti keadaan baik-baik saja, padahal kenyatannya tidak seperti itu, dan kalau hal buruk ini ditutup-tutupi mungkin akan berakibat jauh lebih buruk di belakang hari. Menyatakan "kebenaran" juga bukan berarti mengumumkan kesalahan orang lain ke "seluruh dunia" atau mengungkit-ungkit kesalahan tersebut seumur hidup. Mungkin segala sesuatu juga harus dilakukan berdasarkan kewajaran dan harus melihat masalahnya kasus per kasus. Seperti topik beberapa waktu lalu mengenai "memberi muka". "Memberi muka" juga bagus. Kalau orang sama sekali tidak mau memberi muka kepada orang lain, mungkin berarti tidak tahu "sopan santun" atau tidak punya "tenggang rasa". Tapi "memberi muka" juga tidak boleh terlalu berlebihan yang akhirnya berubah menjadi "menjilat". Hehe... --- On Fri, 10/10/08, ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> wrote: From: ardian_c <[EMAIL PROTECTED]> Subject: [budaya_tionghua] Menutupi keburukan ? To: budaya_tionghua@yahoogroups.com Date: Friday, October 10, 2008, 8:48 AM Ada satu buku namanya Cai Gen Tan è�œæ ¹è° karangan Hong Yingming æ´ªåº"明 yg dibuat jaman dinasti Ming. Ditulisnya ä¸�æ�ä»–äººä¹‹çŸ ä¸�探他人之秘 ä¸�æ€�他人之旧过 则å�¯ä»¥æ¤å…»å¾·ç–�害 yang artinya Tidak membuka keburukan orang tidak mencari rahasia orang tidak memikirkan perbuatan lampaunya hal ini bisa menjaga/memelihara budi pekerti dan menghindari bahaya