Wah, Resmi atau belum, menanti ahli bahsa Indonesia yang menjawab. tapi bahasa 
itu hidup lho, jika banyak orang yang pakai, lama2 yang tak resmi juga menjadi 
resmi. Yang jelas, saya sudah sering melihat pemakaian Kan dan Toh dalam karya2 
sastra. sering kali sastra itu mendahului kamus, dia bahkan berani memasukkan 
kosakata bhs daerah.
 
ZFy

--- On Mon, 10/27/08, liang u <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

From: liang u <[EMAIL PROTECTED]>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Mandarin sulit?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Monday, October 27, 2008, 3:44 AM










Zhou xiong, 

Benar sekali, fanzheng cocok dengan toh, tapi dalam bahasa Indonesia sekarang 
toh sudah dianggap bahasa resmi atau belum . Dulu waktu saya masih SMA, menulis 
ada toh dan kan, dicoret guru, bahkan dikatakan, orang Tionghoa tukang merusak 
bahasa , lihat bahasa Melayu Tionghoa katanya.
Maksud saya kan bisa menekankan arti, contoh:

Itu punya saya.
Beda dengan : Itu kan punya saya.

Salam
Liang U



--- On Sat, 10/25/08, Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Fy Zhou <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Mandarin sulit?
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Saturday, October 25, 2008, 2:22 PM






Mungkin fanzheng di sini bisa diterjemahkan menjadi Toh.
"kamu tak usah buru2, toh tak ada urusan penting."
 
Chengli tak bisa diterjemahkan menjadi masuk akal, karena ini mengandung dua 
aspek: Cheng/Qing dan Li, Li artinya memang akal/rasional, sedangkan Qing 
artinya rasa/emosional. Orang tionghoa dalam menilai sesuatu sering meninjau 
dari dua aspek sekaligus, tak pernah murni menilai dari aspek rasional.  kalau 
orang ngomong "tindakannya Chengli," itu berarti dari segi rasional memang 
benar, dari segi perasaan juga bisa diterima. maka sering muncul ucapan : " 
secara Li dia memang benar, tapi secara Qing tetap tak dapat diterima ". ucapan 
ini misalnya ditujukan ke orang yang menagih hutang saat pengutang sedang 
berkabung.
 
ZFy





From: liang u <[EMAIL PROTECTED] com>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Saturday, October 25, 2008 7:40:14 PM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Mandarin sulit?







Bung Alfonso

Terima kasih atas komentar anda, mengenai kata fanzheng yang saya maksud bukan 
fangzhen yang berarti pedoman, tapi 反正。Tentu saja semua bahasa bisa 
diterjemahkan asal mengerti, tapi jiwanya bisa hilang. Hal ini semua penerjemah 
tahu, apa itu yang disebut loss in translation, sehingga satu kata bahasa asing 
terpaksa diterjemahkan menjadi beberapa kata.. Fanzheng misalnya: Ni bu yong 
ji, fanzheng meiyou zhongyao de shi. 你不用急,反正没有重要的事。

Kesimpulan anda saya setuju, bahasa itu mudah,maka saya katakan anak umur 6 
tahun di Beijing bisa Mandarin, di Jakarta bisa bahasa Indonesia, di London 
bisa bahasa Jepang dll. Tapi tidak ada umur 6 tahun yang bisa fisika nuklir. 
Jadi kesimpulan saya sama dengan anda, bahasa itu mudah, termasuk Mandarin asal 
diberi lingkungan yang memadai., minimal sering bicara, sering menulis, sering 
mendengar dan sering bercakap. 
Setuju? 

Sekali lagi terima kasih atas komentarnya. 
Salam
Liang U

--- On Sat, 10/25/08, Alfonso <[EMAIL PROTECTED] com> wrote:

From: Alfonso <[EMAIL PROTECTED] com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Bahasa Mandarin sulit?
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Date: Saturday, October 25, 2008, 6:25 AM




Alfonso: Bung Liang U, yang Anda tulis di bawah itu pinyin yang 
benar adalah "fangzhen" bukan "zheng". Zhen = jarum. Fangzhen 
artinya pedoman.

Juga "cengli" dalam Mandarinnya adalah "qingli". Cengli artinya 
masuk akal, bukan ga tau aturan. Arti terakhir ini sudah berubah 
arti sejak di Indonesia. Jadi kalau kamu bilang 'bo cengli" 
(Mandarinnya: wu qingli), itu artinya tidak masuk akal.

Saya ambil 1 contoh lagi kata Hokkien yang di Indonesia juga 
berbelok artinya: Kongkow/Kongko. Apa artinya? Iya, di Indonesia 
kita tahu arti kongkow adalah ngobrol. Padahal yang benar arti 
kongkow adalah bercerita. Mandarinnya "jiang gu(shi)". Ngobrol dan 
bercerita itu tidak sama. Kalau ngobrol itu percakapan 2 arah. Kalau 
bercerita itu didominasi oleh 1 orang yang bercerita. Misal dulu 
saat saya SD ada kaset tape, namanya Sanggar Cerita. Di situ dia 
bercerita, misal tentang Malin Kundang mencuri kolor tetangga. 
Itulah namanya Kongkow.

Saya sampai saat di www.everydaymandari n.com masih aktif jadi 
penerjemah film Mandarin ke Indonesia di beberapa production house 
dan stasiun TV. Terjemahannya yang gampang-gampang aja Bung. Tidak 
perlu dipersulit dengan bahasa yang aneh-aneh. Kalau terjemahannya 
sederhana alias bahasa sehari-hari, orang juga bisa mengerti.:) Satu 
dua kata lewat, juga ga masalah. Orang masih bisa terima asal alur 
cerita/isi surat masih dimengerti. Tony Blair (eks PM Inggris) aja 
pernah tulis kata "tomorrow" jadi "toomorrow). Dan besoknya, media 
semua mengganti namanya jadi Toony Blair. ^^

Semua bahasa bisa diterjemahkan asal tahu cara yang benar. Kalau ga, 
mana mungkin buku silat Kho Ping Ho bisa mencetak best-seller di 
Indonesia. Itu kan semua terjemahan, dan hasilnya dimengerti oleh 
banyak penggemar Indonesia. Saya sendiri ga pernah baca buku Kho 
Ping Ho.

Alfonso

--- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, liang u <[EMAIL PROTECTED] > wrote:

> Contohnya kata fanzheng (æ–¹é'ˆï¼‰dalam Mandarin sulit 
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Kalau dihilangkan, jiwa dan 
maksud penulis hilang. Ini yang disebut "kehilangan dalam 
penerjemahan. " Seorang teman kerja saja, ingin tahu cengli (dialek 
Hokkian) itu apa? Teman-teman kerjanya yang sering menggunakan kata 
bo cengli (tidak cengli) tidak ada yang bisa menerangkan dengan 
jelas, sampai ia akhirnya karena sering mendengar timbul feelingnya, 
dan mengerti.  Ada yang mengatakan bo cengli tidak mengikuti 
aturan. Tapi coba ucapkan, akan terasa beda jiwa bahasanya, demikian 
juga artinya agak menyimpang  Fanzheng lebih sulit lagi. 




 














      

Kirim email ke