Nasionalisme Warga Tionghoa Tak Perlu Diragukan 
Medan, (Analisa) 
Wakil Ketua Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) Sumatera Utara, 
Johan Tjongiran, SH menyatakan semangat kepahlawanan dan nasionalisme warga 
Tionghoa, tidak perlu diragukan. 
Sikap nasionalisme itu telah ditunjukkan perintis kemerdekaan seperti tokoh 
yang mengikuti ikrar Sumpah Pemuda yakni Kwee Thiam Hong, Oei Kay Siang, John 
Lauw, Tjoan hok dan Tjio Djien Kwie. 
Kemudian lima anggota BPUPKI yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan 
menyusun UUD 1945 yakni Liem Koen Hian, Tan Eng Hoa, Oey Tiang Tjoei, Oey Tjong 
Hauw, Yap Tjwan Bing, pejuang kemerdekaan John Lee (Yahya Daniel Dharma, 
terakhir laksamana muda TNI), aktivis mahasiswa tahun 1966 Soe Hok Gie serta 
dua aktivis mahasiswa yang meninggal saat memperjuangkan reformasi, Hendrawan 
Sie dan Yap Yun Hap. 
Hal itu diungkapkan Johan Tjongiran, SH kepada wartawan belum lama ini terkait 
dengan Hari Pahlawan 10 November. 
Menurutnya, masyarakat Indonesia sering disebut mengidap amnesia sejarah, sebab 
kontribusi sosok-sosok Tionghoa yang berjuang bagi kemerdekaan negeri ini 
hilang dari ingatan masyarakat. 
Tidak Sedikit 
Padahal, tidak sedikit etnis Tionghoa punya andil dalam menegakkan kemerdekaan, 
seperti Sie Kong Yong yang meminjamkan gedung untuk pelaksanaan Sumpah Pemuda. 
Kemudian, tokoh Tionghoa yang pernah mendapatkan penghargaan antara lain, Drs. 
Kwik Kian Gie (Bintang Maha Putera Adi Pradana), Prof Hembing Wijaya (Bintang 
Jasa) serta alm. Abdul Karim/Oei Tjong Hien (Bintang Jasa Pratama) dan alm. 
Hendrawan Sie (Bintang Jasa Pratama). 
“Jadi, jangan lagi meragukan nasionalisme dan semangat patriotisme warga 
Tionghoa. Dan sudah pantas para pelaku sejarah dari etnis Tionghoa diberikan 
gelar pahlawan nasional, karena mereka memang layak mendapatkannya,” ujar 
Johan. 
Namun demikian, ucapnya, jika hingga saat ini belum ada pahlawan dari suku 
Tionghoa, suku Tionghoa sendiri tidak perlu berkecil hati. Pemberian gelar 
kepahlawanan itu boleh jadi memang penting, tapi lebih penting lagi adalah 
bahwa suku Tionghoa senantiasa memiliki jiwa kepahlawanan. 
“Karena, jiwa atau nilai kepahlawanan tidak harus mengacu pada figur personal, 
tapi dipahami sebagai rangkaian pengorbanan tanpa pamrih untuk bangsa dan 
negara dan itu bisa dilakukan siapa saja,” jelasnya. 
Ditambahkannya, untuk memupuk semangat nasionalisme, solusinya harus menjaga 
keutuhan NKRI secara bersama - sama agar tetap berdaulat dan rakyat sejahtera. 
Untuk itu nilai - nilai sila kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat 
Indonesia harus diterapkan sehingga tidak ada lagi diskriminasi sesama anak 
bangsa




      

Reply via email to