Debat gegeloan di milis lain, ngapain dibawa-bawa kemari?

  ----- Original Message ----- 
  From: Ardian.C 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, November 17, 2008 12:57 AM
  Subject: [budaya_tionghua] Fwd: Banyak BLUNDER dalam komentar Ir. Njoo




  ---------- Forwarded message ----------
  From: King Hian <[EMAIL PROTECTED]>
  Date: Nov 16, 7:56 am
  Subject: Banyak BLUNDER dalam komentar Ir. Njoo
  To: komunitas-tionghoa

  Njoo:
  Western music normally does not use all of the keys on a piano in one
  song or even in one symphony. A song in the key of C uses the white
  keys. If a black key is used, it is perceived as being a sharpened or
  a flattened version of one of the "standard" white keys.

  Orang yang menulis diwebsite diatas TIDAK MENGERTI MUSIK, apalagi
  symphony.  Suatu musik yang ditulis dalam tangganada (key) C TIDAK
  HANYA memakai tombol2 putih saja, melainkan campur-aduk.  Ini seni
  musik sudah sejak jaman Vivaldi dan Bach (tahun 1600-an).  Orang yang
  menulis artikel diatas ini jelas BUTA akan SENI musik.  Dia tahunya
  cuma musik populer melulu, yang sebagian besar memang ditulis dalam
  SATU tangga nada saja. 
   
   
  KH:
  Kembali Ir. Njoo mengulang kesalahan yang sering dilakukannya: TIDAK
  BISA MEMBACA DENGAN BENAR.  -> dia tidak bisa membaca (atau tidak bisa
  mengerti) kata "normally" dalam kalimat di bawah:
  Western music normally does not use all of the keys on a piano in one
  song or even in one symphony.

  Apakah yang dibacanya adalah "ALWAYS" ???
  Coba Ir. Njoo tuliskan judul lagu/symphony yang menggunakan ke-12 not
  dalam satu oktaf. Kalau ada, berapa persentasenya dari seluruh lagu
  barat?
   
  Maksud Ir. Njoo adalah untuk menunjukkan bahwa penulis kalimat diatas
  tidak mengerti musik, supaya tulisannya yang lain tentang Chinese
  Music (yang bertentangan dengan ISAPAN JEMPOL Ir. Njoo) bisa dia
  bantah. Tetapi sayang Ir. Njoo TERTANGKAP BASAH melakukan LOGICAL
  FALLACY.
  --------------------------------------------------------
   
  Ir. Njoo:
  Ke-12 tangganda musik Tiongkok KUNO dibikin hanya atas dasar
  perhitungan matematik, di realisasi kan barangkali a.l. dengan
  panjangnya tali dan tegangan tali.  Tapi karena atas dasar
  perhitungan, tanpa fisika, maka hasilnya merupakan barang BIKINAN yang
  tidak alamiah, karena tidak eksis dalam alam.  Maka dari itu musik
  KUNO ini sekarang sudah dilupakan orang.  Sebaliknya, ke-7 nada dalam
  tangganada diatonis barat benar2 eksis dalam alam, yaitu sebagai
  OVERTONES dari setiap nada.  Karena hakekatnya yang alamiah, musiknya
  lebih bisa mengekspresikan perasaan manusia.  Hal ini sudah dibahas
  panjang lebar dalam tulisan saya yang lain. 

   
  KH:
  Kalimat di atas menunjukkan bahwa Ir. Njoo tidak mengerti dasar Musik
  Tionghoa. Website tersebut bermaksud memberikan penjelasan dasar teori
  tangga nada musik Tionghoa, untuk mempermudah penjelasan digunakanlah
  contoh alat musik bersenar.
  Ini kalimat dari website tersebut::
  "It will be easier to explain things in terms of stringed
  instruments."
   
  Standardisasi nada musik Tionghoa yang tertua adalah menggunakan zhong
  (bel). Kalau kita perhatikan bel di Tiongkok memang mempunyai nada
  yang sama. Standardisasi nada bel ini juga digunakan sebagai alat
  untuk menentukan standard volume dan panjang untuk dipergunakan oleh
  rakyat. Coba anda tonton serial "What the Ancients Did for Us" dari
  BBC.
   
  Ini kutipan dari buku: "The Genius of China" tulisan Robert
  Temple, penerbit: Andre Deutsch, ISBN: 978-0-233-00202-6, halaman 220:
  "The Chinese divided the octave into twelve notes. Consequently, there
  came to be offical sets of twelve bells giving out these fundamental
  notes, and grom them all other instruments would be tuned. Also, at
  the beginning of any piece of music, the apporopriiate bell would be
  sounded to give the key."
   
  dari buku yang sama halaman 222: ada foto satu set bel yang ditemukan
  di makam Zheng Hou Yi yang dimakamkan abad ke 5 SM. Saya tidak sempat
  meng-scan nya di sini, tetapi kalau anda ingin tahu bagaimana tangga
  nadanya, bisa dibaca dari link ini:
   http://www.travelblog.org/Asia/China/Guangxi/Guilin/blog-307310.html
  ini kutipannya:
   
  The most elaborate ancient bianzhong, a set of 65 bells, was unearthed
  in 1978 in Suixian County, Hubei Province, from the tomb of the
  Marquis of Zeng dating from the Warring States Period (475-221 B.C.).
  Their total weight is over 2,500 kilograms, and they were found hung
  on a three-tiered rack. The biggest of the bells has an overall height
  of 153.4 centimetres and a weight of 203.6 kilograms. The whole chime,
  unprecedented disovery in the history of musical instrument ever
  brought to light--not only in China but in the world as a whole.
  Although buried underground for over 2,400 years, the bells still
  produce fine tones. Ancient and modern music, including tunes from
  Beethoven's Ninth Symphony, revived ancient tunes of the Tang Dynasty
  and theme tunes of modern Chinese operas, has been played on them with
  satisfying results.
  Careful study of the bells has revealed that they were cast according
  to the 7-tone scale with 5 semitones in between, completing a well-
  integrated system of 12 tones. The scale of the whole chime agrees
  with the modern 7-tone scale in C major, and its range covers 5
  octaves, just two octaves less than the modern piano. What is more
  amazing, each bell can produce two different tones, a unique feature
  in percussion imstruments.
  An inscription of 2,500 characters engraved on the bells tells of the
  musical theories and the names of the tones prevalent at the time as
  well as the positions where the tones can be produced. The unearthing
  of this set of bells has proved beyond all doubt the application of
  the twelve-tone equal temperament in Chinese music as early as the 5th
  century B.C., providing one more evidence of the antiquity of the
  Chinese civilization.
  The 65-bell bianzhong can be seen at the Provincial Museum of Hubei in
  the Central China city of Wuhan.
   
  -------------------------------
  Ir. Njoo:
  Kecuali kesalahan diatas,
  12 nadadasar dalam musik Tiongkok KUNO ini pun juga sudah termasuk
  dalam tangganada musik barat, karena setiap note bisa dijadikan nada
  dasar (baca tulisan saya yang lain).  Jadi anggapan si penulis
  salah-kaprah. 
   
   
  KH:
  Sekarang anda bilang 12 nada dasar musik Tiongkok Kuno sudah termasuk
  dalam tangga nada musik barat -> berarti anda menyetujui bahwa
  Tiongkok Kuno sudah mengenal adanya 12 nada dasar dalam 1 oktaf.
  Ini kan BERTENTANGAN dengan ISAPAN JEMPOL anda yang mengatakan bahwa
  musik Tionghoa HANYA MENGENAL LIMA NADA dalam satu oktaf.
   
  ----------------------------------
  Ir. Njoo:
  Malahan sebenarnya musik barat mengenal 24 tangganada,
  yaitu jika 12 tangganada MAJOR (nada dasar =do) ditambah dengan 12
  tangganda MINOR (nada dasar = la).

   
  KH:
  Hahahaha...
  Kalimat di atas menunjukkan Ir. Njoo sama sekali tidak mengerti musik.
  24 nada itu frekuensinya berapa saja mas?
   

  --- On Sun, 11/16/08, haoliong njoo <[EMAIL PROTECTED]>
  wrote:

  From: haoliong njoo <[EMAIL PROTECTED]>
  Subject: [komunitas-tionghoa] Dua buah BLUNDER dalam tulisan KingHian
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Cc: [EMAIL PROTECTED]
  Date: Sunday, November 16, 2008, 11:32 AM

  The Theory Behind Chinese Music

  King Hian menulis sbb.:

  http://www.wfu.edu/~moran/G_tar2.html
  ini kutipan dari site di atas:

  Blunder pertama:
  Western music normally does not use all of the keys on a piano in one
  song or even in one symphony. A song in the key of C uses the white
  keys. If a black key is used, it is perceived as being a sharpened or
  a flattened version of one of the "standard" white keys.

  Ir. Njoo:
  Orang yang menulis diwebsite diatas TIDAK MENGERTI MUSIK, apalagi
  symphony.  Suatu musik yang ditulis dalam tangganada (key) C TIDAK
  HANYA memakai tombol2 putih saja, melainkan campur-aduk.  Ini seni
  musik sudah sejak jaman Vivaldi dan Bach (tahun 1600-an).  Orang yang
  menulis artikel diatas ini jelas BUTA akan SENI musik.  Dia tahunya
  cuma musik populer melulu, yang sebagian besar memang ditulis dalam
  SATU tangga nada saja.  Tetapi musik klasik barat berpindah2 tangganda
  terus menerus, hingga sekalipun mulai dalam kunci C, sebentar kemudian
  akan berkelana menerjang banyak sekali kunci2 lainnya, hingga tombol2
  hitam-putih akan dimainkan.  Malahan banyak ciptaan2 yang tidak jelas
  digubah dalam kunci apa.  Contoh yang tipikal adalah Konser untuk 2
  Biola + Orkes dalam D minor ciptaan Bach.  Meskipun nominalnya D
  minor, jika didengar, dalam kalimat musik yang pertama saja tangga
  nadanya sudah ber-pindah2.

  Blunder kedua:
  The Chinese system is based on the mathematical method of working back
  and forth by taking 3/2 of a base frequency, 3/4 of the frequency so
  produced, and so forth. Once a series of 12 frequencies is produced,
  they use each of those 12 frequencies as the fundamental frequency for
  a new scale. The result is 144 frequencies. (It turns out that there
  are quite a few duplications.) That gives the Chinese musician quite a
  large set of frequencies to play music with.

  Ir. Njoo:
  Ke-12 tangganda musik Tiongkok KUNO dibikin hanya atas dasar
  perhitungan matematik, di realisasi kan barangkali a.l. dengan
  panjangnya tali dan tegangan tali.  Tapi karena atas dasar
  perhitungan, tanpa fisika, maka hasilnya merupakan barang BIKINAN yang
  tidak alamiah, karena tidak eksis dalam alam.  Maka dari itu musik
  KUNO ini sekarang sudah dilupakan orang.  Sebaliknya, ke-7 nada dalam
  tangganada diatonis barat benar2 eksis dalam alam, yaitu sebagai
  OVERTONES dari setiap nada.  Karena hakekatnya yang alamiah, musiknya
  lebih bisa mengekspresikan perasaan manusia.  Hal ini sudah dibahas
  panjang lebar dalam tulisan saya yang lain.  Kecuali kesalahan diatas,
  12 nadadasar dalam musik Tiongkok KUNO ini pun juga sudah termasuk
  dalam tangganada musik barat, karena setiap note bisa dijadikan nada
  dasar (baca tulisan saya yang lain).  Jadi anggapan si penulis
  salah-kaprah.  Malahan sebenarnya musik barat mengenal 24 tangganada,
  yaitu jika 12 tangganada MAJOR (nada dasar =do) ditambah dengan 12
  tangganda MINOR (nada dasar = la).

  Salam,
  Ir. Haoliong Njoo


   


------------------------------------------------------------------------------



  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG - http://www.avg.com 
  Version: 8.0.175 / Virus Database: 270.9.4/1791 - Release Date: 11/15/2008 
6:57 PM

Reply via email to