Apeq Liang U yb dan RRS ,

Kamsia atas koreksi Apeq. Memang juga kurang pas rasanya bila 
kalender Tionghoa disebut Imlek (kalender lunar), seperti yang 
selama ini secara populer dikatakan orang. Lebih tepatnya dinamai 
Imyanglek (kalender luni-solar), karena kalender ini memang 
menggabungkan dua sistem penanggalan―yakni lunar (kamariah) dan 
solar (syamsiah)―bersama-sama, sehingga bertepatan dengan bulan 
tilem (tanggal 1/che’it) dan bulan purnama (tanggal 15/capgoo), 
sekaligus dengan empat musim, sistem mana pernah diuraikan secara 
rinci oleh Keng Hian Liao Hiante di milis ini beberapa waktu lalu. 
Dan memang juga masih kurang tepat jika Tahun Baru Imlek 
diterjemahkan sebagai Tahun Baru Lunar (Lunar New Year); mungkin 
lebih pas jika dimaknai sebagai Tahun Baru Tionghoa (Chinese New 
Year), yang dikontraskan dengan Tahun Baru Yanglek (Tahun Baru 
Gregorian). Bisakah owe katakan demikian? Mohon pencerahan.

Istilah Chunjie (Spring Festival) sendiri kan baru dipakai oleh Sun 
Yat-sen pada berdirinya Republik Tiongkok pada 1 Januari 1912, sejak 
kalendek Im (Tionghoa) diganti dengan Yang (Gregorian), sebagaimana 
diuraikan oleh Ardian Hiante. Jadi sangat muda, belum sampai 
seabad!!! Sedangkan orang Tionghoa di Indonesia dan banyak tempat 
lain sudah merayakannya jauh hari sebelum itu, sejak dinasti Ming 
(1368-1644) dan Qing (1644-1911). Lagipula, buat kita orang Tionghoa 
di Asia Tenggara yang tidak mengalami empat musim, istilah ini tidak 
mengandung sentimen apa-apa. Bagi kita, istilah yang pas ya tetap 
Tahun Baru Tionghoa (Chinese New Year), yang dirayakan seluruh orang 
Tionghoa di seluruh dunia di mana pun mereka berada... Di belahan 
bumi selatan sekarang ini malah sedang musim panas, tapi tetap saja 
orang Tionghoa di sana merayakannya sebagai Tahun Baru Tionghoa.

Kiongchiu,
DK

Re: [budaya_tionghua] Re: Arti simbol-simbol dalam Imlek 

Rekan-rekan, 
Hari Raya tahun baru Imlek memang betul, karena dalam bahasa 
Tionghoa, Imlek kebalikan dari Yanglek, yaitu penanggalan barat. 
Tapi istilah tahun bulan, atau penanggalan berdasarkan bulan kurang 
tepat, karena penanggalan Tionghoa atau Imlek adalah gabungan antara 
perhitungan bulan dan matahari. Orang barat menyebut Lunar New Year, 
jelas salah kaprah. Di Tiongkok sendiri sebutan paling lazim adalah 
Chunjie atau perayaan musim semi, yang dalam bahasa Inggerisnya 
disebut Spring Festival, ada juga yang menyebut Yinli Xinnian atau 
Tahun Baru Imlek. Istilah Spring Festival lebih terkenal karena 
memang musim semi ini musim harapan bagi para petani. Tumbuhan mulai 
berbunga, petani mulai bekerja lagi mempersiapkan ladangnya yang 
akan segera ditanami. Meskipun demikian kitapun harus sadar, 
Tiongkok yang luas itu, dalam praktek tak mungkin musim semi 
bersamaan untuk semua tempat yang berbeda garis lintang maupun garis 
bujurnya secara geografi. 
Pengalaman pertama hari raya Musim Semi itu di Tiongkok untuk saya 
terjadi tahun yang lalu. Sebelum itu udara dingin sekali bahkan 
beberapa puluh km dari tempat saya mangkal di keluarga suku Yao di 
sana terjadi badai salju yang sangat parah, sehingga presiden Hu 
datang sendiri melawat. Pada hari raya Musim Semi itu beliau ada di 
Nanning ibukota propinsi Guangxi. Selama 8 hari di sana, hanya satu 
hari udara agak baik, sehingga saya pergi ke ibukota kabupaten 
membeli charger batere kamera saya yang ngadat, masih sempat 
meninjau SMA tempat anak pemilik rumah yang saya tumpangi sekolah 
sebelum masuk ke universitas. Kota kecil rapih makmur dengan 60% 
lebih penduduk suku Yao dan bahasa sehari-hari adalah bahasa Zhuang, 
minoritas terbesar di Tiongkok yang berjumlah 15 juta orang lebih. 
Hari Raya berjalan sederhana, kecuali petasan sejak jam 12 malam tak 
ada hentinya, udara kelihatan mulai cerah. Hari kedua kami sudah 
meninggalkan kota kecamatan itu kembali ke Nanning ibukota propinsi. 
Dan sejak hari itulah udara menjadi cerah dan hangat, sehingga lima 
hari sisanya saya di Nanning berhasil dimanfaatkan semaksimal 
mungkin untuk meninjau berbagai objek wisata dan universitas. 
Universitas Bangsa-bangsa di Nanning (Guangxi Minzu Daxue) ternyata 
diminati banyak sekali mahasiswa asing terutama dari Vietnam, 
Thailand, Laos, Kamboja dan Myanmar. 
Mula-mula saya juga bingung, mengapa tidak ke Beijing atau Shanghai? 
Ternyata menurut orang sana, ada hubungan budaya dan bahasa yang 
dekat antara negara IndoChina dengan mayoritas orang Zhuang, 
penghuni utama propinsi ini. Seorang kader orang Zhuang mengatakan 
kepada saya, tanpa belajar tanpa penerjemah, kalau ada orang 
berbicara bahasa Thai saya sudah mengerti kira-kira 30%?? katanya. 
Saya percaya itu karena memang logatnya agak mirip dengan bahasa 
Thai dari Thailand. 
Tahun baru Imlek tahun ini saya akan mangkal di wilayah bencana 
dekat Chengdu dan tahun baru Imlek tahun depan mudah-mudahan ada di 
propinsi Yunnan, di mana kaum minoritasnya lebih kompleks dari 
Guangxi. 
Mengenai penanggalan Imlek yang campuran perhitungan bulan dan 
matahari pernah dibahas jelas di milis ini oleh sdr. Liao Keng Hian, 
bisa dicari.

Salam,
Liang U


Kirim email ke