Dalam hal ini orang tua memang ada perannya. Mengenai peran itu salah atau benar tidaklah penting. Namun kita juga harus menempatkan diri di posisi orang tua. Apakah mereka diajari, belajar, terpelajar mengenai budaya dan tradisi ? Saya bisa jawab mayoritas tidak. Termasuk orang tua saya sendiri sama sekali tidak mengerti.
Di masyarakat tionghua sejak dulu mereka-mereka yang mengerti tradisi, kepercayaan, ajaran budi pekerti dan segala macam budaya tradisi adalah mereka yang masuk golongan Shi, kaum terpelajar dan para sarjana. Para kaum Shi ini banyak yang dari kalangan tuan tanah dan orang berharta. Masyarakat kelas lainnya yaitu pengrajin-buruh-pekerja (Gong), petani-nelayan (Nong), pedagang (Shang) kebanyakan tidak mengecap pendidikan dan hanya menerapkan sedikit-sedikit budaya pragmatis yang diturunkan dari budaya "tinggi". Hal ini juga terbawa sampai ke nusantara. Apalagi kaum perantau yang rata-rata memang bertujuan mencari kehidupan yang lebih baik adalah kaum gong, nong, shang. Mulai abad ke 20 pendidikan boleh dibilang merata, namun kemudian di tahun setelah masa yang sensitif dibahas pendidikan budaya hilang. Wajar saja kalau generasi selanjutnya sangat banyak yang tidak lagi mengerti budaya dan tradisi. Coba anda bahas ini dengan orang tua, lihat mereka jengkel tidak. é¤ä¸æï¹ ç¶ä¹é yang bu jiao, fu zhi guo membesarkan anak tanda mendidiknya, adalah kesalahan orang tua Bisa-bisa dibilang anak tidak berbakti. Padahal ujaran yang bu jiao, fu zhi guo adalah bahan pelajaran dasar bagi anak-anak sejak jaman Song. Kalau di "ajaran budi pekerti" sih kayaknya tidak ada tuh yang demikian. Hormat saya, Yongde --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Ning M. Widjaja" <nmw...@...> wrote: > > Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang tua > ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka > dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi, kepercayaan > dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita > sendiri. > > Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari > lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar. > > Diluar banyak sekali "dijual" dan "diiklankan" ajaran-ajaran "baru" dengan > segala embel-embel : J-J-S-A-N. > > J-J-S-A-N > JANJI JANJI SURGA & ANCAMAN NERAKA > > Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang anak > yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri. > Sifat manusia yg selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya suka > dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih baik > dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari subyek > ajaran itu. > > Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya > semata beriman kepada "X" maka pahalanya pasti surga dan semua hutang dan > dosa bisa diampuni. > > Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala kualitas > bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang > supreme being "X", maka masa depannya adalah neraka. > > Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para penghuninya > sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan konsep > supreme being "X" itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir pasir di > padang pasir yg bisa mengenal "X" dalam kurun sejarah. Jadi nasib mereka > semua bagaimana? Dineraka semua kah? > > Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep > spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga > berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang > dianggap tidak sesuai. > > Selamat berpikir dan berperasaan jernih, > <Masih Belajar Budi Pekerti> > > > > On 2/9/09, Budiman Wijaya <wbudi...@...> wrote: > > > > menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa orangtua > > nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan > > tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti yg di > > alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang anak > > karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap > > pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh sekolah2 > > kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah" > > tersesat " tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran saya > > untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak nya di > > sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa yg akan > > datang. > > > > salam > > budiman wijaya > > happy yuan xiao jie!!! > > > > > > > > >