Fenomena perang antara org tua dan anak krn agama ini lebih sering kita jumpai 
di masy tionghoa indo dibanding tempat lain. Biang keladinya karena kebijakan2 
agama yg dijalankan orba, yg berupa:
1.Pemberian cap agama diakui dan tdk
2.Semua orang hrs memilih agama yg resmi diakui pemerintah
3.Murid hrs mengikuti pel. Agama di sekolah.

Hal diatas lebih dominan pengaruhnya dibanding proses alami. Perpindahan agama 
yg mendadak dan jumlahnya signifikan lebih krn kebijakan ini. Maka konflikpun 
tak terhindar. Lainhalnya proses alami yg pasti berlangsung lebih smoth, takkan 
menimbulkan gejolak yg berarti. Seperti yg terjadi di negeri lain.

Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "Ning M. Widjaja" <nmw...@gmail.com>

Date: Wed, 11 Feb 2009 09:52:38 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] kristenisasi


Ini memang sebuah fenomena yg umum, yah ada salahnya dari para orang tua
ygan kurang perdulu dengan perkembangan sosial budaya anak-anak mereka
dengan tidak memberikan pengertian yang benar tetang tradisi, kepercayaan
dan cara pandang dan sistim kekeluargaan yang berlaku dikalangan kita
sendiri.

Begitu anak agak besar dan banyak pertanyaan yang tidak terjawab dari
lingkungan keluarga, tentunya dia akan mencari keluar.

Diluar banyak sekali "dijual" dan "diiklankan" ajaran-ajaran "baru" dengan
segala embel-embel : J-J-S-A-N.

J-J-S-A-N
JANJI JANJI SURGA & ANCAMAN NERAKA

Tentunya dengan teknik marketing yang canggih, yah, tertariklah sang anak
yang sedang dalam kegelapan identitas dan keyakinan diri.
Sifat manusia yg  selalu mau cari gampang dan jalan pintas, tentunya suka
dengan janji-janji surga dengan segala iming-imingnya. Bukan kah lebih baik
dari pada masuk neraka, lebih baik yah mengakui aja supremasi dari subyek
ajaran itu.

Apa lagi sebagian besar ajaran itu menjanjikan bila mengakui dan hanya
semata beriman kepada "X" maka pahalanya pasti surga dan semua hutang dan
dosa bisa diampuni.

Sebaliknya, bila seseorang bagaimanapun saleh, dermawan dan segala kualitas
bajiki yang dimiliki orang itu, tapi tidak mengenal atau mengakui sang
supreme being "X", maka masa depannya adalah neraka.

Pertanyaannya sekarang, bahwa umur alam semesta dan umur para penghuninya
sudah jelas jauh lebih tua sekali bila dibanding ajaran-ajaran dan konsep
supreme being "X" itu. Hanya sebagian amat sedikit seperti sebutir pasir di
padang pasir yg bisa mengenal "X" dalam kurun sejarah. Jadi nasib mereka
semua bagaimana? Dineraka semua kah?

Yah, memang semua orang bebas memilih dan mempercayai papaun konsep
spiritual dan religius mereka. Jadi dengan kata lain, semua orang juga
berhak untuk menolak tidak mempercayai konsep spiritual dan religius yang
dianggap tidak sesuai.

Selamat berpikir dan berperasaan jernih,
<Masih Belajar Budi Pekerti>



On 2/9/09, Budiman Wijaya <wbudi...@rocketmail.com> wrote:
>
>   menanggapi kisah nyata saudara gsuryana tentang anak yg memaksa orangtua
> nya masuk kristen saya sendiri banyak melihat baik di lingkungan
> tetangga,dari cerita teman2,mau pun yg saya saksikan sendiri seperti yg di
> alami oleh kerabat saya,dalam hal ini kita tidak bisa menyalahkan sang anak
> karena dia sudah ter doktrin dari masa kanak2 saat pertama mengecap
> pendidikan bangku sekolah yg sekarang ini notabene di dominasi oleh sekolah2
> kristen,sebagai seorang anak apabila dia merasa sang orang tua telah"
> tersesat " tentu saja dia akan berusaha menyadarkan orangtua nya,saran saya
> untuk orangtua yg non kristen adalah jangan sekali2 mendaftarkan anak nya di
> sekolah kristen untuk meminimalisir hal2 seperti ini terjadi di masa yg akan
> datang.
>
> salam
> budiman wijaya
> happy yuan xiao jie!!!
>
>
>  
>

Kirim email ke