Untuk orang bokek cengbengannya bisa setiap saat koq, lagian bila memang mau merawat tidak perlu nunggu cengbengan. Minimal 6 bulan sekali marmer dan rumput harus di sikat, jadi makam terlihat bersih dan rapi, bila pohon besar tidak boleh ditanam, yah nanem pohon menjalar, kan tetap saja bawaannya adem serta biaya nya murah. Acara Cengbengan memang acara bagi bagi duit buat para kaypang, yang kerja di aku ajah libur sehari, dalam waktu 2 hari dia bisa dapat uang 500 ribuan. yang seorang lagi dapet 200 ribuan padahal cuti sehari. Bila ada makam tidak terawat, bukan karena bokek, melainkan memang tidak ada niat untuk merawat, bisa juga kerabatnya sudah jauh sehingga 'lupa'.
Di Gunung Gadung, untuk makam seluas 16 M² biaya perawatannya perbulan kurang lebih 50 ribu rupiah, dan itu dijamin akan bersih setiap mau ziarah, tentunya dengan memakai penduduk setempat, bila perlu datangi rumahnya, sehingga bisa jelas asal usulnya. sur. ----- Original Message ----- From: <kwaih...@ymail.com> > Ya filosofinya memang bagusnya begitu, tapi kita harus siap jadi > sinterklas, karena selain kaypang baju bersih pangcunya nodong > Rp.100.000,- pada saat anda bersih2 serombongan kaypang baju kotor siap > dengan serbuannya. inilah Indonesia yg gemar bagi2 BLT, jadi rakyatnya > secara tdk langsung dididik kungfu jurus kaypang tadi.makanya saya tdk > heran, banyak tionghoa miskin yg enggan tilik kubur, karena takut kena pak > kauw pang. > sojah wushu, > Koay Hiap. > > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "gsuryana" <gsury...@...> wrote: >> >> From: "ardian_c" <ardia...@...> >> >