ada rencana mau undang lage mr.Tan Yaw Wee alias Chen Yaowei datang ke 
Indonesia trus ajak kumpul2 sama member BT, moga2 dapet hoki jadi bisa undang 
dia.

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, David Kwa <david_kwa2...@...> wrote:
>
> Ning M. Widjaja wrote:
> Belum lagi kasus raibnya banyak benda-benda antik di kelenteng-kelenteng tua 
> yang tidak ada catatan dalam hal ini seperti Kwan Im Hud Couw Bio Banten yg 
> telah saya kunjungi dan inapi sejak saya berumur 12 tahun, sekian tahun 
> banyak barang berupa lukisan, gambar, patung, lian, furniture dan 
> pernak-pernik altar yang hilang tanpa jejak ditambah lagi penambahan bangunan 
> yang tidak mengindahkan keindahan dan fungsi yang baik, sekedar untuk 
> menampung dana umat milyard demi milyard rupiah dan pekerjaan jasa konstruksi 
> dan pembelian material yang tidak pernah diaudit.
>  
> DK:
> Bahkan sebuah pian (Man. bian) 匾 (papan horizontal) berangka tahun Kong Si 
> 光ç·' (Man. Guang Xu, 1875-1908) yang bertuliskan nama Kelenteng Ban Tek Ie 
> (Man. Wande Yuan) 萬德院 pun tidak digantung di tempat yang mudah diakses, 
> untuk diperlihatkan kepada umat. Akibatnya, umat hanya tahu nama kelenteng 
> itu adalah Koan Im Hut Cou Bio 觀音佛祖廟, padahal sebenarnya Ban Tek 
> Ie, seperti terbukti oleh adanya pian tersebut. Saat beberapa waktu lalu 
> kunjungan owe ke Kelenteng Ban Tek Ie, secara tak sengaja owe menemukan 
> beberapa pian tergeletak di lantai karena sedang dibersihkan―di antaranya 
> pian papan nama kelenteng tersebut. 
>  
> Sungguh sayang memang, Kelenteng Ban Tek Ie 萬德院, aka Koan Im Hut Cou 
> Bio 觀音佛祖廟 atau Vihara Avalokitesvara Banten (sejak orde babe), yang 
> sudah berusia ratusan tahun―bukan ribuan deng, sejak masa Kesultanan Banten 
> (1524-1813)―harus mengalami terbakar ruang altar utamanya. Jadi, tidak 
> seluruh bangunan terbakar. Menurut kabar, kebakaran terjadi pukul 4 subuh, 
> saat di kelenteng tidak ada orang. Akibat kejadian tersebut, atap ruang altar 
> utama runtuh, kimsin (Man. jinshen) é‡`身 (image) Koan Im Hut Cou 
> 觀音佛祖 turut terbakar, namun tidak rubuh, apalagi hancur. 
>  
> Yang belum jelas, seberapa parah kerusakan yang dialami kimsin; apakah masih 
> bisa diperbaiki? Mudah-mudahan saja kimsin masih bisa diselamatkan, karena 
> kimsin tersebut sudah sangat tua, jauh lebih tua dari bangunan kelenteng yang 
> sekarang, sebab kelenteng sebelumnya konon dibangun di Kampung Dermayon, 
> sebelah selatan Masjid Agung Banten, pada 1652, semasa pemerintahan Sultan 
> Ageng Tirtayasa (1651-1680). Kelenteng tersebut baru dipindahkan ke tempatnya 
> sekarang di Kampung Pamarican, Desa Pabean, pada 1774, semasa pemerintahan 
> Sultan Abul Mafakir Muhammad Aliyuddin (1773-1799).
>  
> Nama Kelenteng Ban Tek Ie menjadi sangat terkenal sejak ke mana-mana 
> terjadinya tsunami yang menyertai Meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda 
> pada Senin, 27 Agustus 1883, yang letusannya terasa sampai ke Hawaii. Tsunami 
> yang meminta korban ± 50.000 di pantai Banten dan Lampung. Menurut penuturan 
> seorang saksi mata yang berhasil selamat, ketika itu ribuan orang dari 
> berbagai bangsa yang mengungsi ke Kelenteng selamat dari bencana itu, karena 
> Kelenteng tidak kena tsunami, bahkan air sama sekali tidak bisa memasuki 
> Kelenteng!
>  
> Masalahnya sekarang, apakah pembangunan kembali ruang altar utama kelenteng 
> akan tetap mempertahankan ciri-ciri gaya arsitektur Tiongkok selatan (Fujian, 
> Taiwan dan Guangdong) yang kita kenal selama ini, dan tidak latah mengubahnya 
> ke gaya arsitektur Tiongkok utara yang asal jadi, seperti yang 
> terjadi―maaf―dengan Kelenteng Sam Poo Tong (Man. Sanbao Dong) 三寶洞 
> Semarang dan sebuah kelenteng lain―owe lupa namanya―juga di Semarang? 
>  
> Kenapa hal ini penting? Karena berdasarkan kunjungan owe dan salah seorang 
> modie BT Sdr Ardian Zhang beberapa hari lalu ke beberapa kelenteng tua di 
> Jakarta, nara sumber owe dari Malaysia yang ahli bangunan tradisional 
> Tionghoa masih bisa mengenali gaya-gaya eksterior dan interior beberapa 
> kelenteng tersebut. Apakah itu gaya Hokkian, Konghu atau Hinghua. Sebagian 
> besar bangunan tersebut masih asli, dan kalau pun diperbaiki, masih mengikuti 
> “pakem” aslinya. Di Malaysia juga Kelenteng Cheng Hoon Teng (Man. Qingyun 
> Ting) é'雲亭 di Melaka telah dipugar dengan menggunakan tenaga ahli-ahli 
> bangunan tradisional Tionghoa dari Hokkian, Tiongkok, dan hasilnya pun tidak 
> mengecewakan. Keasliannya tetap terjaga, tidak seperti kelenteng-kelenteng 
> tua kita yang banyak rusak karena penanganan yang asal jadi, sekadar daripada 
> tidak ada! Ukiran yang dibuat pun sudah ala Jepara, bukan lagi Tionghoa, 
> sebab tukang ukirnya dari Jepara, dll. Apakah nasib yang sama juga
>  akan dialami oleh Kelenteng Ban Tek Ie setelah dipugar nanti? Apakah 
> Kelenteng Ban Tek Ie kelak masih punya nilai historis, tidak sekadar megah 
> bak istana Kota Terlarang di Beijing, dan bukan di Fujian, Taiwan atau 
> Guangdong? Just wait and see!
>  
> Semoga kali ini kesalahan yang telah terjadi tidak terus diulang-ulang, 
> karena ketidaktahuan dan juga ketidakpedulian kita terhadap bangunan-bangunan 
> tua yang kita miliki. Semoga.
>  
> Kiongchiu sembari dipenuhi keprihatinan,
> DK
>  
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
>  
> G setuju juga, adakah disini para auditor yg bersedia membantu adain 
> penyuluhan ke para yayasan n klenteng2 tentang good governance? Dibantu ama 
> para ahli hukum dan ahli pajak juga bakal lebih bagus.
>  
> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, agoeng_set@ wrote:
>  
> G setuju juga, adakah disini para auditor yg bersedia membantu adain 
> penyuluhan ke para yayasan n klenteng2 tentang good governance? Dibantu ama 
> para ahli hukum dan ahli pajak juga bakal lebih bagus.
>  
> -----Original Message-----
> From: "Ning M. Widjaja" <nmwhtt@
>  
> Date: Fri, 1 May 2009 09:29:23 
> To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Subject: Re: [budaya_tionghua] info kebakaran di dalam vihara-Banten
>  
> Menyedihkan sekali ketika sahabat-sahabat dan saudara saya 3 hari lalu 
> menceritakn kisah terbakarnya alatar Kwan Im Hid Couw Bio Banten.
>  
> Sudah saatnya masyarakat lebih menaruh perhatian pada kepengurusan 
> kelenteng-kelenteng tua. Tidak di pungkiri aset dan liquiditas kas yang 
> dikelola swakelola oleh para pengurus yayasan, locu dan bio kong jumlahnya 
> sangat besar dan belum dikelola secara transparan dan akuntabel.
>  
> Belum lagi kasus raibnya banyak benda-benda antik di kelenteng-kelenteng tua 
> yang tidak ada catatan dalam hal ini seperti Kwan Im Hud Couw Bio Banten yg 
> telah saya kunjungi dan inapi sejak saya berumur 12 tahun, sekian tahun 
> banyak barang berupa lukisan, gambar, patung, lian, furniture dan 
> pernak-pernik altar yang hilang tanpa jejak ditambah lagi penambahan bangunan 
> yang tidak mengindahkan keindahan dan fungsi yang baik, sekedar untuk 
> menampung dana umat milyard demi milyard rupiah dan pekerjaan jasa konstruksi 
> dan pembelian material yang tidak pernah diaudit.
>  
> Sayangnya lagi kesejahteraan dan pengurusan karyawan sangat diabaikan, sampai 
> terakhirpun keperluan persembahan dan persembahyangan sudah banyak yang di 
> sunat sampai sangat menyedihkan.
>  
> Mungkin sudah saatnya, kita semua sebagai pewaris legasi dari jasa-jasa para 
> leluhur terdahulu, untuk bisa memperjuangkan keberlangsungan 
> kelenteng-kelenteng dan dikelola secara baik dan benar dan terbuka.
>  
> Alangkah baiknya juga, bila dana kelenteng bisa di gunakan untuk kepentingan 
> peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitarnya seperti pembangunan sekolah, 
> puskesmas, klinik, panti jompo, balai pelatihan ketrampilan, lembaga 
> pendidikan budaya dan tradisi dsb.
>  
> Ironis, kelenteng seperti Bio Banten ini yang mewah, dikelilingi oleh 
> masyarakat yang amat sangat miskin baik dari kalangan penduduk daerah asli 
> setempat maupun yang keturunan warga Tiong Hoa.
>  
> Mudah-mudahan bisa ada yang tergugah dan mulai melakukan perbaruan demi 
> kebaikan yang lebih mulia.
>  
> Salam hormat,
> (Masih Belajar Budi Pekerti)
>  
> 2009/4/30 Jen Ku Luk <jenkuluk@
>  
> Rekan-rekan semuanya,
> Saya mendapatkan kiriman sms dari teman yang isinya bahwa Klenteng Dewi Kwan 
> Im di Banten mengalami kebakaran di ruangan dalam,persisnya di altar yang 
> menyebabkan patung Dewi Kwan Im juga ikut terbakar.
> Adakah rekan yang berdomisili di daerah tersebut yang bisa memberikan 
> informasi tsb benar/tidak?
> Thank's a lot.
>  
> Aluk.
>


Kirim email ke