**** Tak ada masalah agama wanita berjilbab itu apa. 

Yang utama dalam kisah ini, mereka datang ke vihara untuk berdoa. Karena memang 
vihara adalah tempat berdoa. Bagi siapapun.

Salam
Danardono


--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Denny Tan <dennyta...@...> wrote:
>
> Dear danarhadi,
> Tidak semua berjilbab adalah muslim.
> Salam.
> 
> 
> 
> 
> ________________________________
> From: danarhadi2000 <danarhadi2...@...>
> To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
> Sent: Tuesday, August 25, 2009 8:52:23 PM
> Subject: [budaya_tionghua] Re: Fwd: Cermin untuk kita semua
> 
>   
> *** Saya teringat pengalaman yang mengesankan beberapa waktu yang lalu. 
> Ketika melawat ke Semarang, saya kunjungi vihara Zhenghe yang sudah 
> direnovasi itu. Kini, para pelawat yang berdoa masuk kedalam vihara, 
> sedangkan para wisatawan melalui wilayah luar vihara.
> 
> Saya melihat satu kelompok pengunjung, 2 pria dan tiga wanita. Pria dan 
> wanita yang agak tua kelihatannya orang tua, yang muda muda mungkin anak 
> anak. Yang mentakjubkan saya, adalah, bahwa mereka ini orang orang Jawa, dan 
> yang wanita semua berjilbab.
> 
> Saya ikuti mereka dengan pandangan mata secara terpesona dan kagum. mengapa? 
> mereka memasuki wilayah pejiarah yang berdoa. Mereka juga membawa hio. Mereka 
> berdoa secara khusuk sebagaimana kita berdoa di sebuah vihara Tridharma.
> 
> Saya katakan pada istri saya, lihatlah, mereka juga merasakan kebesaran Sang 
> Pencipta disini, Thian. Istri saya jawab, ya, rumah ibadah ini kan juga 
> ditinggalkan pendirinya, bagi umat Tionghoa dan Jawa, baik Buddhist, Tao 
> maupun Islam, bukan?
> 
> Kerinduan akan berkah sang Pencipta menyatukan mereka yang percaya.
> 
> Salam
> Danardono
> 
> --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "ardian_c" <ardian_c@ .> wrote:
> >
> > --- In budaya_tionghua@ yahoogroups. com, "perfect_harmony200 0" 
> > <perfect_harmony200 0@> wrote:
> > 
> > 
> > Membaca beberapa posting yang sedang dibicarakan membuat saya 
> > merenung.
> > 
> > Tradisi atau budaya merupakan ciri khas suatu bangsa , entah berapa 
> > banyak tradisi dan budaya yang lenyap karena benturan dengan tradisi 
> > atau budaya lain , entah berapa banyak tradisi dan budaya yang 
> > dihapuspaksa dengan label agama atau ideologi.
> > 
> > Semua yang ada di dunia ini memiliki sisi positif dan negatif , 
> > begitu pula agama maupun kitab yang diyakini oleh pemeluk agama 
> > apapun.
> > 
> > Kita secara tidak sadar langsung menghakimi mereka yang berpandangan 
> > lain atau berbudaya lain dengan sudut kacamata agama yang kita anut.
> > Kita tidak perduli apakah orang tersebut merasa bahagia dengan 
> > tradisinya atau merasa suatu bentuk kenyamanan dari budayanya.
> > Kita dengan mudah memberi label sesat , iblis , anti Tuhan dan lain-
> > lain.
> > Jika ada orang lain yang merasa hidup menjadi baik dengan budaya dan 
> > tradisinya , silahkan saja kalau perlu kita membantunya agar menjadi 
> > lebih baik lagi , bukan dengan mengubahnya menjadi bagian dari kita 
> > apalagi menghakiminya.
> > 
> > Kita merasa bahwa yang kita yakini itu terbaik tanpa pernah 
> > merefleksikan kedalam diri kita apa itu yang baik ?
> > Semua manusia memiliki suatu keyakinan atau iman terhadap apapun 
> > berdasarkan 2 hal yaitu mengalami dan membuktikan.
> > Ke 2 hal itu hanya bisa dinyatakan dalam dirinya sendiri dan tidak 
> > bisa dinyatakan kepada orang lain apalagi dibuktikan.
> > Semua yang bisa dibuktikan itu hanya sebatas kata-kata bukan suatu 
> > bentuk pengalaman spiritual.
> > 
> > Kehidupan setelah kematianpun kita masih bingung dan belum ada bukti 
> > sahih bahwa kita setelah meninggal itu berreinkarnasi , tumimbal 
> > lahir , rebirth , ke surga atau neraka , pindah dimensi lain , musnah 
> > dan lain-lain pemikiran soal kehidupan setelah kematian.
> > Kita tidak pernah mendengar cerita dari orang yang telah meninggal 1 
> > tahun dan bangkit kembali dari alam kubur kemudian menceritakan apa 
> > yang dialami di dunia kematian itu.
> > Kita semua tidak pernah mengalami apa itu yang disebut kematian , 
> > jadi mengapa kita berani menghakimi mereka yang lain dari kita ?
> > Bahkan kita sendiri tidak mampu mengingat-ingat apa yang kita alami 
> > sebelum kita lahir.
> > 
> > Manusia merangkai pemahaman the CREATOR (baik secara impersonal , 
> > personal , berkepribadian banyak , tunggal ) secara bertahap.
> > Rangkaian pemahaman the CREATOR itu sendiri berdasarkan pengalaman 
> > hidup dan budaya tempat kita tumbuh berkembang.
> > Kita tidak bisa menyatakan bahwa budaya pemahaman the Creator yang 
> > kita percayai itulah yang terbenar.
> > Jika masih menganggap terbenar , simpanlah dalam hati kita dan hayati 
> > hakekatnya bahwa rangkaian the CREATOR itu luar biasa besarnya dan 
> > luasnya.
> > 
> > Berbicara masalah suatu bentuk kebenaran , tiada yang namanya 
> > kebenaran mutlak atau hakiki, kita tidak bisa mengetahui apa itu 
> > kebenaran mutlak atau hakiki jika kita tidak bisa mengetahui ragam 
> > dunia dan menilainya tanpa ada satu subyektifitas melainkan hanya 
> > obyektifitas saja dalam benak kita.
> > 
> > Kejujuran dalam menilai suatu proses terjadinya agama merupakan hal 
> > yang mutlak harus dimiliki oleh siapapun.
> > Saya teringat ketika sempat berdiskusi menggunakan sarana YM dengan 
> > salah satu netter disini.
> > Pada diskusi tersebut saya sempat bertannya ,"Anda sebagai penganut 
> > aliran Quan Zhen , apakah anda tahu bahwa pra Zhang DaoLing tidak ada 
> > yang disebut San Qing ?". Rekan tersebut menjawab ,"Ya , secara sudut 
> > pandang historis saya mesti akui hal tersebut, tapi tidak membuat 
> > saya menjadi ragu atau goyah , yang terpenting apa yang bisa saya 
> > rasakan dalam perkembangan diri saya itulah yang terutama."
> > 
> > Kita kadang lupa dalam mempertahankan suatu bentuk keyakinan kita , 
> > kita akan bersikeras membantah fakta-fakta bahkan dengan memanipulasi 
> > sekalipun kita berani lakukan. Ini adalah suatu bentuk kebohongan 
> > luar biasa dan mereka yang melakukan ini adalah mereka yang takut 
> > imannya runtuh karena menghadapi suatu bentuk kebenaran historis.
> > Iman yang ada dan kuat adalah iman yang berani mengakui kebenaran 
> > historis bukan kebenaran semu yang dianggap sebagai suatu bentuk 
> > kebenaran hakiki.
> > 
> > Kita dalam menilai suatu agama , kadang lupa ada sudut fakta historis 
> > yang juga harus dikaji , jangan memelintiri fakta historis tersebut 
> > hanya karena IMAN. Jika suatu bentuk penjelasan gaya misterius SANG 
> > CREATOR dalam bentuk mitos diyakini sebagai suatu bentuk kebenaran 
> > mutlak , maka matilah rangkaian gambaran asli THE CREATOR itu sendiri.
> > 
> > Ada rekan Kristiani menggunakan alasan Paulus bahwa jika Yesus tidak 
> > terbukti bangkit dari kematian maka runtuhlah iman (baca:dogma) 
> > Kristiani.
> > Bagi saya , terserah apa benar Yesus bangkit atau tidak , ke India 
> > atau tidak , dikubur di Kashmir atau Jepang , bukanlah suatu hal yang 
> > pokok atau terutama.
> > Seandainya kebangkitan itu juga memang tidak ada , tidak akan 
> > menggoyahkan saya dalam pengenalan salah satu gambaran THE CREATOR 
> > melalui KASIH yang mentransformasikan menjadi Yesus.
> > 
> > Bentuk KASIH lain yang mentransformasikan diri adalah Guan Yin , yang 
> > secara historis tidak pernah exist di muka bumi ini sebagai suatu 
> > bentuk personal.
> > Saya dan beberapa kawan saya pernah berbicara dengan seorang yang 
> > tekun beribadat kepada Guan Yin dan akhirnya terlarut pembicaraan 
> > kami ini dalam bentuk exist atau tidak putri Miao Shan ini dalam 
> > khazanah sejarah manusia. Hasil kesimpulan kami berbicara , KASIH 
> > tidak memerlukan suatu bentuk pernyataan atau pembelaan membuta 
> > mengenai keberadaanNYA. KASIH tetap exist dengan berbagai macam 
> > bentuk cara dan sarana.
> > Jika kita mengkotak-kotakkan kasih kita sendiri , maka kita mencoreng 
> > makna KASIH itu sendiri.
> > Bukankah KASIH itu tidak sombong , rendah hati ?
> > Saya perlu menambahkan bahwa KASIH juga harus jujur dan adil serta 
> > tidak memaksa atau menghakimi.
> > 
> > Jika kita mewartakan KASIH dalam bentuk apapun tapi dengan cara 
> > sombong , tinggi hati , memaksa , memanipulasi , tidak jujur , 
> > menghakimi , maka kita mencoreng KASIH itu sendiri.
> > Belajarlah memahami bahwa KASIH tidak memaksa , tidak menghakimi , 
> > bisa duduk berdampingan dengan yang lain , bisa bergandengan tangan.
> > Tidak mengkotak-kotakkan KASIH itu sendiri.
> > Tidak menjadi sombong bahwa KASIH kita itulah yang terbenar.
> > 
> > Belajarlah saling mengenal dan menghargai.
> > 
> > "KAMI menciptakan berbagai bangsa (dan budaya menurut saya) agar bisa 
> > saling mengenal(bukan saling membantai menurut saya)" dikutip dari 
> > Surat Al Hujarat 13 (CMIIW).
> > 
> > 
> > 
> > hormat saya ,
> > 
> > 
> > Xuan Tong
> > 
> > --- End forwarded message ---
> >
>


Kirim email ke