Bagus sekali ini kisah.... untuk wanita sudah menikah, dari pada ribet2 namanya 
di tambah, atau berubah ada baeknya di sapa begini aja, misalnya Hoedjin Kwee; 
Hoedjin Lim jadi tau ini nyonya kawin dengan orang bermarga tsb dan tida perloe 
mengetahui ia punya marga sejatinya... toch bangga dengan itu sebutan seperti 
saya


Hoedjin Tjamboek Berdoeri hihihihih :)




--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, liang u <lian...@...> wrote:
>
> Maaf, nimbrung sedikit:
> 
>      Dalam dialek Hokkian cabou (di Xiamen cabo) adalah perempuan, lang 
> adalah orang, caboulang berarti orang perempuan. Laki-laki terhadap orang 
> luar sering menyebut isterinya sebagai  gue e caboulang, yang berarti 
> perempuan saya, maksudnya adalah isteri. 
>      Ada yang salah sangka cabou dianggap pelacur, itu salah . Memang 
> anak-anak muda sering berkata;" Malam-malam lu keluyuran ke mana sih, cari 
> cabou?"  Meskipun cabou adalah perempuan, dalam konteks ini mencari 
> perempuan jelas mencari wanita P.  Akibatnya muncul salah interpretasi cabou 
> adalah pelacur. Banyak orang tua ngobrol berkata: gua e cabouknia, yang 
> berarti anak perempuan saya bukan pelajur. 
>     Dalam bahasa yang lebih halus, misalnya isteri anda , boleh saja 
> disebut lu e caboulang, tapi ini untuk teman akrab dan yang lebih muda, untuk 
> yang kita hormati, baik tamu atau lainnya seperti bahasa Indonesia diganti 
> menjadi nyonya yaitu hujin (dulu hoedjin). Marga suami tidak dipakai dalam 
> kebiasaan orang Tionghoa, jadi kalau si wanita sne Tan, pria  sne Lim, 
> setelah menikah tetap saja Tan dan Lim. Sekarang ada orang yang mengikuti 
> orang barat, kalau suami sne Lim, isterinya menjadi Lim, justru membuat orang 
> salah interpretasi, misalnya Tan Giok Nio setelah menikah jadi Lim Giok Nio. 
> Kalau suatu ketika orang melihat namanya Tuan Lim Tiong Sun dan Nyonya Lim 
> Giok Nio, orang menjadi bingung, koq saudara bisa gandeng-gandengan!!! Kita 
> maklum dalam kebiasaan orang Tionghoa, orang dengan sne sama tak boleh 
> menikah.
>     Di Hongkong sekarang banyak yang bukan mengganti sne, tapi menambah. 
> Sne suami ditambahkan didepan nama isteri, jadi dalam contoh di atas si 
> isteri menjadi Lim Tan Giok Nio. Ini lebih jelas, sebab orang langsung 
> memanggil mrs Lim. Saya lebih setuju sebagian orang yang menulis Lim, Tan 
> Giok Nio. Ada koma setelah sne suami, sebab arti tidak akan rancu lagi.
>    Sne rangkap selalu digabung, misalnya Suma, Aoyang, Cukat dll. 
> Jadi Khong Beng  tak boleh ditulis Cu Kat Khong Beng, tapi Cukat Khong  
> Beng atau Cukat Liang, bukan Cu Kat Liang dan bukan Cu Katliang.  
>    Sebutan keluarga bila lebih dari seorang memang pakai nomor, tertua  
> tua, kedua ji, ketiga sa dll. Jadi empek (yang benar mpeq atau apeq ) bila 
> ada 3 orang (ayah mempunyai 3 orang abang) , maka panggilan menjadi tuapeq, 
> jipeq dan snapeq. Demikian juga yang lain. Cici menjadi tuaci, jici, snaci 
> dll. Orang lain yang lebih tua dari kita biasa dipanggil tuaci, sebagai 
> penghormatan dianggap kakak sulung. 
>    Paman bisa abang ayah apeq, adik ayah ancek (encek), abang ibu (tuaku, 
> jiku dll) dan adik ibu engku. Yang setelah pengaruh bahasa dikikis, maka 
> semua menjadi oom. 
>   Liang U
> 
>    
> 
> 
> 
> 
> 
>  
> 
> 
> 
> ________________________________
>


Reply via email to